Keping 20 : Komitmen

40 4 0
                                    

Kayla pov

Sendiri aku termenung di depan 99Movie, aku ragu antara masuk atau pergi karena 30 menit lagi pemutaran film akan segera dimulai. Untuk pertama kalinya aku tidak berminat menonton film horor. 

Dering keras ponsel di dalam tas mengejutkanku, aku segera mengeluarkannya dan tanpa bersemangat kuangkat telepon tanpa membaca nama yang tertera di layar ponselku.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam.."

"Sayang kamu di mana? Jalan yuk terserah ke mana?" Suara Kak Rendy dari balik layar pipih itu memenuhi gendang telingaku.

"Ke mana ya enaknya kak?" Jawabku tanpa semangat.

"Aku jemput sekarang!" desaknya dengan suara lembut tapi terkesan memaksa. Aku tahu Kak Rendy pasti mengkhawatirkan aku karena sejak pagi aku tidak menjawab pesan atau pun teleponnya.

Kuhabiskan waktu di perpustaaan kampus dari jam tujuh pagi hingga tanpa kusadari aku terdampar di gedung bioskop langganan ku bersama sahabat-sahabatku. Entah berapa jumlah buku yang hanya aku bolak-balik karena tak berminat membacanya, aku hanya ingin menyendiri di tempat sepi. Dan benar saja, aku benar-benar merasa kesepian hingga tidak ada sedikit pun bacaan yang masuk ke dalam otakku, rasanya dari kemarin otakku lambat berfungsi. Aku sengaja ke luar dari rumah sebelum Kak Lyla dan suaminya ke luar kamar, aku tidak sanggup bertemu dengannya untuk saat ini. Tak mampu melihat kemarahan di kedua netranya seperti kemarin. Aku tidak pernah dan tidak akan bisa membenci Kakak apa pun yang terjadi.

"Sayang kamu di mana?" Ulang Kak Rendy dari balik telepon.

"Jemput aku di Masjid Agung depan alun-alun kota Kak!" Jawabku singkat.

"OK, 10 menit lagi aku sampai,  jangan ke mana-mana" balasnya singkat. Setelah sambungan telepon terputus aku segera melangkahkan kaki ke luar dari gedung bioskop hendak menuju masjid tempat Kak Rendy akan menjemputku.

*****

"Kay nikah yuk?" Ucap Kak Rendy memecah keheningan, aku tahu Kak Rendy bercanda hanya untuk mencairkan suasana yang sejak satu jam yang lalu membeku.

"Ayo, siapa takut!" Jawabku asal.

Pikiranku masih berkutat tentang peristiwa kemarin, selama ini Kak Lyla sangat menyayangiku tapi kemarin? Ah aku tak sanggup memikirkan hal lain selain ketakutanku untuk bertemu dengannya. Mungkin selama ini aku yang salah karena tidak pernah berkata jujur tentang perasaanku terhadap Kak Alfa, seandainya Kak Lyla tahu jika aku melakukannya demi kebaikan semua orang. Biarlah hanya aku yang terluka dan semua bahagia tanpa mengetahui kepedihan ku selama ini.

"Sayang...!" panggil Kak Rendy lirih sambil membelai lembut pipiku, ku genggam jemari Kak Rendy seraya menikmati kehangatan cintanya berharap mampu meredam amarah yang bercokol di hatiku.

"Nggak usah terlalu dipikirkan, aku yakin Lyla sekarang menyadari kesalahannya, memang menyakitkan mengetahui kebenaran dari orang lain." Deg...ucapan Kak Rendy tepat mengenai sasaran.

"Kak..aku memang salah, tapi aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan siapa pun!" Balasku lirih yang seketika membuat air mataku lolos mengalir begitu saja.

"Sudahlah Sayang!" Jemarinya menyeka air mataku dengan lembut.

"Kita pulang ya?" Ajaknya seraya menggenggam erat jemariku lalu memangkas jarak antara kita, hembusan hangat nafas Kak Rendy di wajahku menciptakan sensasi yang tak bisa aku identifikasi. Cup.. Kecupan singkat mendarat tepat di bibirku yang seketika membuat tubuhku membeku. Kurasakan desiran asing mengalir ke sekujur tubuhku. Kak Rendy segera menjauhkan wajahnya dariku lalu menyalakan mesin  mobilnya dan melajukannya. Tampak wajahnya memerah dan salah tingkah. Sedangkan aku membuang muka ke samping, menatap luar kaca sembari meredam debaran jantungku yang berkejaran.

*****

Tampak dua mobil mewah terparkir di halaman rumah saat kami tiba, aku penasaran siapa gerangan tamu yang datang dan sepertinya tamu penting. Dari halaman rumah terdengar riuh suara canda tawa, kugenggam jemari Kak Rendy erat. Entah mengapa perasaanku tiba-tiba gelisah, ada apa ini?.

"Assalamualaikum..!" Salamku terucap lirih yang seketika membuat seluruh orang yang berada di ruang tamu terpusat kepadaku, saudara sepuh dari ayah dan ibu pun turut hadir di sana. Aku mencoba mengingat sesuatu tapi aku sangat yakin jika ibu tidak mengatakan apapun padaku jika akan datang tamu sebanyak ini. Di ruang tamu pun telah tersaji berbagai hidangan. Dan aku sangat yakin acara ini sudah direncanakan melihat persiapannya yang sempurna.

"Calon pengantinnya sudah datang!" Ucap Kak Lyla dengan  lantang.

Suara lantang Kak Lyla spontan membuatku gugup, tak kuduga seorang wanita cantik yang sebaya dengan ibu menghampiriku lalu mengecup lembut pipi kanan dan kiriku bergantian, aku masih membisu dalam kebingungan.

"Sayang, Rendy belum bilang ke kamu kalau hari ini hari pertunangan kaluan? Dasar anak nakal!" Ucap Mama menatap kesal pada Kak Rendy tetapi sedetik berikutnya senyumannya mengembang ke arahku.

"Iya Kayla, ini rencana Mama dan Lyla aku hanya mengikuti instruksi saja," jawab Kak Rendy lalu mengeluarkan sebuah kotak merah berbahan beludru yang  ia ke luarkan dari saku jaketnya. Setelah kotak itu terbuka tampaklah cincin cantik bermata violet dengan berlian kecil di sisinya.

"Will you Merry me Kayla Anastasya?" Ucap Rendy sembari meraih jemariku lalu menatap netraku dalam. Seketika netraku berkaca mencari sesuatu di sana. Pendar cinta itu tampak bergelora. Pandanganku mulai berkabut pada sosok pria di hadapanku. Tes, buliran krital itu terlepas seketika. Aku hanya mampu menganggukkan kepala sebagai jawaban karena bibirku yang tiba-tiba merasa kelu hanya untuk sekedar berucap sepatah kata. kutatap cincin yang telah tersemat indah di jari manisku. Tanpa kusadari aku menghambur ke dalam pelukannya.

"Ehem.. Nanti aja bermesraanya, " bisik Kak Lyla lirih yang seketika menyadarkanku. Aku langsung salah tingkah karena malu, tepatnya malu-maluin. Pandanganku mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Seketika aku tersadar jika kami berdua menjadi pusat perhatian orang banyak.

"Ya Allah aku benar-benar lupa ternyata aku menjadi tontonan 20 pasang mata," gerutuku dalam hati dengan wajah memerah.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang