Keping 17 : Dua Cinta

27 3 0
                                    

"Ren aku minta maaf atas kesalahanku dulu, aku janji akan memperbaiki semuanya asal kamu memberiku kesempatan," ucap Devi dengan sorot mata memohon. Kedua matanya mulai berkabut dan hampir memuntahkan buliran bening yang tertahan. Namun, dengan  segera ia hapus dengan ujung jarinya.

"Maaf Devi aku mencintai Kayla, semoga kau menemukan laki-laki yang lebih baik dari aku," balasku dengan penuh keyakinan lalu beranjak dan melepas genggaman tangannya yang semakin erat. Akhirnya air mata yang terendap itu meluncur bebas membasahi pipinya. Ku raih tisu yang tersedia di atas meja lalu memberikan padanya dan segera pergi meninggalkannya dalam tangis.

Dulu kau yang melukai hatiku terlebih dulu dan kini di saat aku menemukan cinta baru kau dengan seenaknya ingin merusaknya, aku tidak akan membiarkan itu terjadi.

****

Kutunggu kekasihku dengan perasaan cemas di depan kampusnya, Kayla tipe perempuan yang keras kepala dan manja meskipun baru pertama kali kurasakan sendiri sekarang. Dulu Lyla sering bercerita tentang sifat Kayla yang seperti ini jika sedang marah, jadi aku sedikit paham cara mengatasinya. Biasanya ia akan menghilang dari orang yang membuatnya sakit hati dan tidak akan mau bertemu lagi dengan orang tersebut walau pun hanya sedetik. Dari penjelasan Alfa pun aku menangkap hal yang sama. Jadi,  aku putuskan berbekal nekat untuk menemuinya setelah memberi waktu tiga hari agar emosinya mereda.

Setelah tiga hari tidak bertemu dengannya, aku merasa ia semakin terlihat cantik, ia sedang asyik bercanda dengan ketiga sahabatnya Adel, Fazza, dan Tiara. Sesekali aku melihatnya tertawa yang justru membuatnya semakin menggemaskan.

"Sayang, aku ingin bicara sebentar!" ucapku seraya menghadang langkahnya dengan tersenyum lembut. Tapi ia masih tak acuh, tanpa menunggu lama aku menggandeng tangannya tak memedulikan usahanya menolak, kutarik paksa lalu mendorong tubuhnya masuk ke dalam mobilku.

"Maaf ya aku bawa Kayla dulu!" izinku pada teman-temannya yang masih terpaku dan serempak menganggukkan kepala. Aku berusaha menahan tawa melihat ekspresi lucu sahabat-sahabat Kayla.

Hening. Tak satupun dari kita yang memulai membuka kata. Aku lebih memilih menikmati air mukanya yang dingin yang membuatku semakin gemas. Terkadang aku sangat merindukan ekpresi datar dan dingin Kayla saat aku masih sering menggodanya dulu.

"Yuk turun kita sudah sampai," ajakku lalu menggandeng jemarinya dan tak kulepas sedetik pun. Kupaksa Kayla duduk di sebalah kananku tanpa memberinya kesempatan untuk menolak. Setelah aku memesan dua porsi kentucky dan minuman, barulah aku akan menjelaskan kesalahpahamanya.

"Sayang mau sampai kapan kamu diemin aku kek gini? Please bicalah aku kangen cerewet dan manjan kamu," ucapku lirih sambil kuselami kedua netra hitamnya mencari cintanya untukku, meskipun tak pernah sekalipun Kayla mengucapkan kata cinta padaku tetapi aku bisa merasakan Kayla mulai mencintaiku. Justru kehadiran Devi di antara hubungan kami membuktikan bahwa cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.

"Sampai Kak Rendy tua bangkotan!" jawabnya singkat yang justru membuatku ingin tertawa keras tetapi dengan sekuat tenaga aku menahannya. Aku hanya khawatir akan merusak moment yang sengaja aku ciptakan hening agar aku bisa menjelaskan semua kesalahfahaman ini dengan cepat.

"Aku menyetujui perjodohannku dengan Devi tepatnya dua tahun yang lalu, aku berpikir apa salahnya menuruti kemauan mama dan Mbak Mia, apalagi Devi gadis yang baik dan sopan terhadap orang tua. Dia gadis yang supel dan mudah bergaul sehingga keluargaku menyanyanginya sebelum dia resmi menjadi istriku. Dan aku akui aku juga tertarik dengan sifat lembut dan ramahnya," terangku yang disambut wajah memerah Kayla karena marah. Namun, segera kuraih tubuhnya dan memeluknya dengan erat.

"Jangan marah dulu Sayang, biarkan aku bicara sampai selesai! Setelah itu kamu boleh marah sesuka hatimu," ucapku lembut seraya mendaratkan kecupan di puncak kepalanya yang terhalang jilbab.

"Ketika aku mulai merasa nyaman bersamanya ternyata dia menghianatiku dengan teman SMA_nya. Saat itu aku berencana memberikan surprise dengan membawa sebuket bunga mawar dan cake coklat kesukaannya tapi keadaannya justru terbalik, aku yang mendapatkan surprise terlebih dulu dengan menyaksikan adegan ciuman panasnya dengan laki-laki lain," sambungku yang kemudian merasakan pergerakan tubuh Kayla yang menegang dalam pelukanku. Ia mencoba mengurai pelukanku lalu menatapku dengan sorot tak terbaca.

"Aku tidak pernah menerima penghianatan, dan pertunanganku dengan Devi berakhir saat itu juga." Sambungku lalu memberikan waktu untuknya berbicara.

"Benarkah begitu Kak?" tanyanya lirih dan hanya kujawab dengan anggukkan kepala. Kuraih kembali tubuhnya dan memeluknya erat.

"Maafkan aku Kak Rendy! Aku masih trauma dengan cinta masa laluku. Yah aku pun berfikir kak Rendy sama dengan Kak Gibran." Balasnya. Lalu dengan tiba-tiba Kayla menutup bibirnya dengan telapak tangannya.

"Aduh... Ni mulut kok nggak ada filternya!" kudengar samar gerutunya dalam dekapanku. Aku merasa lega karena Kaylaku sudah kembali dengan segala sifatnya yang unik.

"Mmm... Nggak usah membahas yang lalu Kayla Sayang!" balasku sambil kutarik puncak hidungnya.

"Kak Rendy dengar?" ucapnya sambil mengigit bibir bawahnya karena gugup.

Banyak hal yang kutahu tentang Kayla, biasanya dia akan menggigit bibir bagian dalamnya saat dalam keadaan gugup. Dia tidak bisa berbohong karena setiap kali melakukan kebohongan dia akan mengalihkan pandangannya dari orang yang sedang bersamanya. Parahnya ia akan mondar-mandir seperti seterika saat dalam keadaan nervous, dan masih banyak lagi sifat unikannya yang justru selalu membuatku geli.

"Gibran! Mmmmm..." Gumamku yang spontan membuatnya panik dan takut. Kulihat senyumnya terpaksa karena bingung lalu menggaruk kepalanya yang terhalang jilbab birunya, aku yakin itu tidak gatal.

"Sayang.. Mmm aku boleh tanya sesuatu nggak?" tanyaku yang membuatnya berganti menggigit ujung kuku jarinya. Lalu kuraih kedua tangannya dan mengecupnya lembut punggung tangannya. Kayla terkesiap bersamaan dengan rona merah muda menghiasi wajah manisnya.

"Lihat aku!" perintahku dengan wajah yang masih merona dia mulai menatap mataku, masih tampak jelas dia ragu-ragu.

"Bagaimana pun masa lalu kita biarkan itu menjadi pelajaran untuk kita masing-masing, yang terpenting sekarang adalah hubungan kita baik-baik saja." Ucapku penuh harap karena aku tidak sanggup lagi jika harus melihat Kayla marah.

"Mmm...aku tahu semua tentang hubunganmu dan Gibran yang sekarang menjadi mas iparmu," kulihat dia terkejut dan wajahnya langsung memucat dengan senyuman hambar.

"Tapi... "Selanya yang langsung kujawab dengan santai.

"Nggak perlu dijelaskan, aku paham dan nggak akan cemburu dengannya, toh dia juga sayang ke kamu sebagai adik," jawabku yang membuat dia terlihat bernafas dengan lega. Tanpa kuduga dia menghambur ke dalam pelukanku.

"Percayalah Kayla, hanya ada dua cinta dalam hatiku, mama dan kamu," ucapku dalam hati seraya semakin mengeratkan pelukanku sembari menikmati aroma wangi tubuhnya.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang