Keping 14 : Luka Baru

28 3 0
                                    


Seminggu pasca pernikahan Kak Lyla dan Kak Gibran, aku mulai terbiasa dengan kehadiran Kak Gibran yang setiap hari pasti bertemu, melihat kemesraan pengantin baru pun tak membuatku merasa iri ataupun cemburu, mungkin inilah bukti jika aku memang sudah berdamai dengan cinta pertamaku.

Beberapa hari ini Kak Rendy bersikap aneh padaku, biasanya setiap satu jam dia akan mengirim pesan singkat padaku entah hanya menanyakan kegiatan harian, makan, ataupun tugas kuliah. Kurasakan dia seolah sengaja menghindariku padahal seingatku hubungan kami baik-baik saja. Dalam acara resepsi pernikahan Kak Lyla dan Kak Gibran dia masih seperti biasa.

"Kay apa kamu bahagia bersamaku?" ucapnya malam itu yang seketika membuatku merasakan sesuatu yang ganjal tapi aku segera menghalau perasaan tersebut. Aku hanya berpikir mungkin Kak Rendy sedang capek karena seharian sibuk menjadi terima tamu undangan.

"Emang kenapa Kak?" bukannya menjawab pertanyaannya aku malah balik bertanya.

"Aku pulang dulu Sayang, capek!" ucapnya sambil membelai pipiku dengan lembut, kurasakan pendar kecewa di dalam kedua matanya. Rasa khawatir seketika menguasai hatiku saat ia berpaling ketika kucoba menyeruak kedalaman isi hatinya.

"Kak Rendy nggak papa?" tanyaku dengan menggenggam tangannya.

"Nggak papa, kamu juga istirahat! I love u so much Kayla" ucapnya lirih lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya tanpa ada balasan dari bibirku.
Dari awal berpacaran dengannya aku tak pernah sekalipun menjawab saat Kak Rendy menyatakan cinta padaku. Dan dia tidak pernah memrotes atas semua sikapku.

Kembali aku menatap layar ponselku berharap ada pesan atau telpon dari Kak Rendy. Namun, satu pun tak ada jejaknya. Lalu kucoba mengirim pesan WhatsApp hanya bertanda centang satu, aku semakin bingung dengan situasi ini. Tak terasa air mataku bergulir berlahan, mungkin inilah kali pertama aku benar-benar merindukan kehadiran Kak Rendy.

*****

"Kamu sakit Sayang?" ucap ibu sambil menyentuh keningku, sontak semua yang sedang menikmati sarapan memandangku bersamaan, aku segera melahap nasi goreng di hadapanku sebelum pertanyaan lain menyerangku.

"Nggak bu, aku sehat cuma capek aja semalam lembur mengerjakan proposal untuk tugas kuliah," jawabku asal dari apa pun yang terlintas di benakku.

"Oya Dek seminggu ini Rendy tumben nggak muncul, biasanya kan ke sini tiga kali sehari, ngalahin minum obat!" celetuk kakak yang membuat seluruh orang di ruang makan tertawa.

"Ah Kak Lyla bisa aja. Kak Rendy sibuk katanya kemarin ke Surabaya ada keperluan bisnis," balasku sembarangan untuk mencegah pertanyaan lain.

"Assalamualaikum." Tiba-tiba terdengar suara salam dari arah luar. Kak Lyla segera bangkit dan menyuruh tamu itu masuk dan kudengar mereka mengobrol sebentar.

"Dek ini orang yang barusan kita ngomongin sudah di sini," ucap kakak. Kuangkat wajahku perlahan menatap laki-laki yang tengah mengambil tangan ibu dan ayah bergantian lalu mencium punggung tangan mereka. Wajahku yang awalnya seperti benang kusut seketika merekah cerah.

"Oh sekarang ayah tahu kenapa Kayla dari tadi diem ternyata.. " Ucap ayah sengaja menggodaku. Sedangkan aku masih terdiam seraya memandang Kak Rendy.

"Apa kabar pengantin baru?" tanya Kak Rendy sambil menyalami Kak Alfa sedang tangan kirinya menepuk pundak Kak Alfa.

"Baik, kamu gimana? Kok lama nggak main sini, ni Kayla seminggu galau muluk!" Terang Kak Alfa ikut menggodaku.

"Eh enak aja," jawabku singkat.

"Ayah ibu saya izin ngajak Kayla ke luar sebentar boleh?" ucap Kak Rendy mengalihkan pembicaraan.

"Bawa aja adikku nggak usah di balikin juga nggak papa," celetuk Kak Lyla lalu mendapat cubitan dari ibu.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang