Keping 15 : Orang Ketiga

37 3 0
                                    

Rendy pov

Kuambil kunci mobil ingin mengejar taksi yang di tumpangi Kayla tapi Devi menarik paksa lengan dan mencegahku pergi. Segera kuhempaskan tangannya dengan tatapan tajam mengunus manik hitamnya.

"Sudah biarin aja ngapain kamu kejar ABG itu!" balasnya sinis menantang tatapan mataku.

"Aku tidak pernah mengharapkan dirimu kembali!" balasku singkat yang sontak membuatnya terlihat terkejut. Tanpa memedulikan tatapan sendu Devi aku berlalu dengan membawa amarah membara. Tak kuacuhkan Devi yang luruh di atas lantai dengan bersimbah air mata. Aku sangat membencinya, wajah polos itulah dulu yang pernah menghancurkan hati dan harapanku.

Dalam perjalanan ke rumah Kayla aku hanya berdoa semoga Kayla baik-baik saja. Tapi aku berpikir, tidak mungkin aku menemukan Kayla rumahnya sedang tadi akulah yang mengajaknya pergi, orang tuanya pasti akan khawatir jika ternyata Kayla tidak bersamaku, akhirnya kuputuskan menelpon Lyla untuk memastikan keberadaan Kayla.

"Assalamualaikum, maaf Lyl mengganggu sebentar aku mau nanya Kayla sudah pulang belum?" tanyaku panik.

"Waalaikumsalam, Loh kan tadi pergi bareng kamu? Dia belum pulang Ren," jawabnya terdengar panik. Terdengar suara berisik lalu suara Alfa_lah yang mendominasi.

"Kayla kenapa? awas kamu kalau macam-macam dengannya!" Ancam Alfa yang jelas kusadari jika Alfa sedang menahan emosi.

"Bukan urusan kamu!" jawabku dengan sinis. Meskipun aku cemburu dengan sikap Alfa terhadap Kayla aku mencoba tidak menghiraukannya. Aku segera memutuskan sambungan telepon dan mencoba menghubungi satu persatu sahabat Kayla tapi hasilnya nihil karena tidak ada satu pun di antara mereka yang yang mengetahui keberadaan Kayla. Rasa frustasi mulai merongrong kewarasanku hingga berulang kali kutumpahkan kemarahan yang merangkak naik di puncak kepalaku dengan memukuli setir seraya mengumpat keras.

Padahal tadi aku ingin memperkenalkan Kayla ke keluargaku sebagai surprise. Namun, semuanya gagal hanya karena kehadiran Devi. Sebenarnya aku sendiri terkejut saat Devi tiba-tiba datang ke rumah diwaktu yang tidak tepat.
Aku akan membuat perhitungan dengannya setelah menemukan Kayla.

***

Pukul empat sore aku belum juga menemukan Kayla dan aku tidak akan pulang sebelum berhasil.

"Ya Allah ke mana ni anak kabur, kalau ngambek kelewatan banget, awas entar kalau ketemu!" gerutuku sendiri. Perasaan cemas menguasai pikiranku yang sedari tadi tak juga menemukan keberadaan Kayla yang seperti ditelan bumi.

Kucoba menghubungi ponsel Kayla yang masih tetap tidak aktif. Harus kucari di mana lagi. Klik... Ponselku berbunyi tanda notifikasi pesan WhatsApp masuk, aku terkejut saat nama Alfa yang muncul di sana. Setelah acara pernikahannya dengan Lyla aku menjadi membencinya, bukan karena tanpa alasan tetapi sejak saat itu aku tahu dia adalah cinta pertama Kayla, lebih pahitnya lagi sekarang dia menjadi kakak ipar kekasihku dan tinggal satu atap. Tidak menutup kemungkinan mereka akan terlibat CLBK apalagi masih terlihat dari tatapan keduanya saat bertemu, sisa cinta itu masih ada. Segera kuenyahkan pikiran negatif yang mulai menyerang isi kepalaku. Aku yakin Kayla bukan gadis seperti itu.

Setelah beberapa waktu mengabaikan pesan WhatsApp dari Alfa, akhirnya dengan terpaksa kubuka pesan tersebut berharap mendapatkan petunjuk keberadaan Kayla. Biar bagaimana pun Alfa
pernah menjadi orang terdekat Kayla, tentu Alfa banyak mengetahui hal pribadi Kayla yang mungkin belum aku ketahui.

"Kayla sudah ketemu Ren? Kalau belum coba kamu cari di 99 Theater, dia biasanya kalau ada masalah perginya ke bioskop nonton film horor."

"Dia gadis yang unik, kau beruntung mendapatkan hatinya."

Pesan Alfa disertai simbol smile yang seketika berhasil membuatku geram dan cemburu.

"kamu jangan salah faham, Kayla itu adikku."

Kubaca pesan terakhir Alfa tanpa ingin membalasnya dan tanpa berpikir panjang kubelokkan mobilku menuju gedung bioskop tersebut. Dalam hati aku ingin tertawa dengan tingkah laku kekasihku yang unik ini mana ada orang patah hati malah nonton film horor. Kayla.. Kayla...kujemput kau Sayang dan tidak akan pernah aku lepas lagi.

Aku langsung menuju loket menanyakan pemutaran film horor yang ternyata terletak di theater2. Kutunggu dengan cemas di tempat duduk yang tersedia, semoga apa yang yang dikatakan Alfa benar, Kayla berada di sini.

Pintu theater2 akhirnya terbuka tapi tak kutemukan Kayla di antara gelombolan anak muda yang ke luar, aku frustasi dengan memaksa masuk tapi sebelum aku berhasil melawan arus penonton, aku melihat gadis berkerudung grey berjalan gontai tak menyadari kehadiranku. Aku langsung menarik tangannya dan memeluknya erat.

"Sayang jangan buat aku khawatir seperti ini, please aku tidak ingin kehilanganmu," ucapku memohon padanya seraya semakin mengeratkan pelukanku meskipun dia tidak membalas, dia hanya diam mematung tanpa ekspresi sedikitpun. Aku sudah tidak memedulikan ratusan pasang mata yang memandang ke arahku dengan tatapan aneh, secara kasat mata aku memang lebih pantas menjadi omnya ketimbang kekasihnya. Wajah Kayla memang babyface di usainya yang baru genap 18 tahun ia masih pantas menjadi siswi SMP sedang aku? Arrrrggghht....gemas rasanya kalau mengingat usia.

Jadi teringat dulu saat awal PDKT aku sempat kesal gara-gara Kayla mengumumkan kepada teman-temanya kalau aku adalah om- nya padahal menurutku, aku sudah berdadan secakep Mungkin saat menjemputnya di kampus. Semakin penasaran aku dibuatnya, seorang Rendy mengejar bocah dan dicuekin oh no pasti kutangkap kau Kayla manis. Kugelengkan kepala menyadarkan diri jika di sebelahku ada seorang gadis manis yang sedang merajuk yang justru membuatku semakin gemas.

"Ayo aku antar pulang!" ucapku dan masih belum ada jawaban dari bibirnya. Dia membuang muka tak menatapku sekali pun, dia pasti kecewa dan marah padaku tapi tidak mungkin juga aku menjelaskannya dengan kondisinya seperti ini. Aku baru menyadari sesakit inikah dulu saat Kayla dicampakkan Alfa, gadis yang biasanya selalu ceria kini terlihat sangat rapuh.

Kulirik dia yang sedang memejamkan mata dengan kepala bersandar pada punggung mobil, wajahnya terlihat pucat dengan mata membengkak pertanda telah menangis cukup lama. Maafkan aku Kayla aku janji besok tidak akan membuatmu menangis lagi.

Sesampainya di rumahnya Kayla langsung masuk ke kamarnya tanpa menatapku sedikit pun. Kupandangi punggungnya hingga menghilang di balik daun pintu, tanpa sadar Alfa sudah berdiri di sampingku dan penepuk bahuku yang segera kusingkirkan.

"Terimakasih sudah menganter adikku pulang dengan selamat. Biarkan dia beristirahat terlebih dahulu besok kamu bisa menemuinya, resiko kalau pacaran dengan gadis muda, suka ngambekan," ucap Alfa seolah ingin menghiburku. Senyuman tulus terukir di bibirnya tetapi aku justru merasa dia seperti mengejekku.

"Dasar playboy kampus." ucapku dalam hati dengan menatap tajam ke arahnya.

"Aku tahu semua Fa, kamu tidak perlu bersandiwara di depanku," kujawab dengan tatapan sinis. Dia tampak terkejut dan menatapku penuh tanda tanya.

"Next time aku ingin bicara empat mata denganmu Ren agar tidak ada kesalahpahaman di antara kita," ucapnya dengan serius. Seolah dia ingin menjelaskan sesuatu tetapi segera kupotong pembicaan ini.

"Ok, setelah urusannku dengan Kayla selesai."

"Dan ingat aku tidak sepertimu lari dari masalah dan memilih menyakiti hati orang yang kau cintai," ancamku lalu pergi meninggalkannya.

Sebenarnya aku adalah saksi perjuangan Alfa mendapatkan cinta Lyla sahabatku, berkat aku juga Alfa sampai menikahi Lyla  tetapi setelah mengetahui kenyataan jika dia juga yang menyakiti hati Kayla aku tak terima.

***

"Arrrrght...," kubanting pintu mobil dengan keras lalu menuju kamar tanpa memedulikan beberapa saudara yang masih membantu mama membereskan sisa acara tadi siang. Tatapan penuh tanya yang akan membuatku semakin terluka.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang