29. Anggota Baru

38 4 0
                                    

Keluarga Rendy dan Kayla sangat bahagia saat mendengar kabar tentang kehamilan Kayla. Malam ini mereka semua berkumpul di rumah Rendy dan Kayla untuk merayakan dan syukuran atas kehamilan Kayla.

Tampak Gibran datang bersama Lyla di sampingnya, perut besar Lyla membuat Kayla bergidik ngeri, ia tak bisa membayangkan jika tubuh langsingnya akan mengembang sebesar itu 7 bulan mendatang. Tampak Gibran selalu siaga di samping Lyla, Kayla tersenyum melihat pendar cinta di antara Lyla dan Gibran. Gibran memang cinta pertamanya namun rasa yang ia miliki untuk Gibran sekarang berbeda, ia menyanyangi Gibran hanya sebatas kepada kakak.

"Ayo sudah ditunggu yang lain," bisik Rendy yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Kayla. Rendy mengikuti arah pandangan Kayla lalu berdeham. Rasa cemburu masih saja mengusik hatinya tatkala ia mengetahui Kayla memerhatikan Gibran, bagaimana pun mereka berdua pernah memiliki rasa yang sama.

"Apa? Mas cemburu?" Goda Kayla dengan alis terangkat saat melihat ekspresi wajah Rendy yang tak terbaca. Selain posesif, Rendy juga pria pencemburu.

"Aku cuma bayangin entar kalau perutku segede itu apa tubuhku kuat?" Balas Kayla dengan tersenyum geli, Rendy menatap ke arah Lyla yang sedang memegang punggungnya, tampak perut besar itu seperti mau jatuh. Ia bisa bernafas dengan lega karena ternyata bukan Gibran yang menjadi pusat perhatian istrinya melainkan Lyla dengan perut besarnya.

"Nggaklah Sayang, entar ke mana-mana Mas gendong deh biar kamu nggak capek," balas Rendy dengan mendaratkan kecupan di pipi kiri Kayla dengan gemas.

"Ayu gabung!" panggil Gibran dari bawah.

Kayla dan Rendy melambaikan tangannya lalu saling menautkan jemari mereka menuruni anak tangga menuju ruang keluarga yang sudah penuh dengan keluarga besar mereka, berbagai hidangan sudah tersaji di atas meja prasmanan.

"Adek," panggil ibu Kayla.

Dengan mata berkaca-kaca Kayla menghambur ke dalam pelukan ibunya sambil terisak, Kayla tidak menyangka sebentar lagi ia juga akan menjadi seorang ibu.

"Udah mau jadi ibu kok masih cengeng," goda ayah Kayla lalu ikut memeluk putri dan istrinya.

Setelah memeluk kedua orang tuanya kini Kayla beralih ke mama mertuanya dan Mia kakak iparnya. Dengan haru Rini mama Rendy mencium kening Kayla dengan sayang. Rini begitu bahagia dengan kehadiran calon cucunya.

Setelah menyapa semua keluarga kini mereka semua berdoa bersama untuk kebahagian Kayla dan Rendy serta kesehatan janin dalam kandungan Kayla hingga kelahirannya. Kini mereka semua menikmati hidangan yang tersedia dengan suka cita, terutama Kayla ia tidak menyangka kisah cintanya berakhir bahagia, tanpa ada yang terluka. "Bukan cinta segi tiga tetapi cinta segi Empat," gumam hati Kayla.

"Mas perutku sakit," rintih Lyla tiba-tiba sambil memegangi perutnya, Gibran yang berada di samping Lyla seketika panik lalu memanggil orang tua Lyla.

"Lyla akan melahirkan, cepat siapkan mobil kita langsung ke rumah sakit," terang ibu sambil memegang tangan Lyla berusaha setenang mungkin, meskipun ia sudah berpengalaman melahirkan dua kali tapi sekarang terasa berbeda saat melihat wajah Lyla putrinya yang pucat, jantungnya seolah berhenti berdetak karena rasa cemas dan takut.

Tiga puluh menit berlalu barulah Lyla sampai di depan UGD rumah sakit dan langsung ditangani oleh dokter jaga dan para perawat.

"Bu Lyla sudah bukaan 5, tolong suaminya ikut dengan saya," terang seorang dokter setelah memeriksa keadaan Lyla.

"Tenang!" bisik Rendy dengan menepuk bahu Gibran untuk memberinya dukungan. Rendy sendiri paniknya luar biasa, Lyla tidak hanya sebagai kakak iparnya namun sahabat terbaiknya juga.

Gibran mengangguk dengan wajah memucat dan tegang mengikuti langkah perawat tersebut. Di ruang bersalin tak henti-hentinya Gibran melafalkan doa dan keselamatan istri dan putranya.

"Ayo Sayang, kamu pasti bisa," bisik Gibran sambil memegang erat jemari Lyla yang sedang berjuang antara hidup dan mati sambil berulang kali Gibran mencium kening Lyla dan mengelap keringat di kening Lyla dengan tisu.

Tak lama suara tangisan bayi menggema di ruangan bersalin tersebut, air mata Gibran menetes menatap bayi merah mungil itu, ia menyaksikan sendiri bagaimana beratnya perjuangan seorang ibu.

"Terima kasih Sayang," ucap Gibran kembali mencium kening Lyla dengan berurai air mata. Lyla tersenyum dengan lemas.

Setelah dibersihkan, bayi mungil itu diletakkan di atas dada Lyla untuk melakukan asi dini. Dengan berurai air mata Lyla menciumi bayi mungil itu, rasa sakit yang tadi ia rasakan seakan hilang seketika, hanya rasa bahagia yang kini ia rasakan.

Tak lama suster mengambil bayi itu dari dada Lyla lalu membungkusnya dengan kain bedong lalu menyuruh ayah bayi itu untuk mengadzaninya. Sedangkan dokter yang menangani persalinan Lyla berpamitan setelah menyelesaikan semua pekerjaannya dan mengucapkan selamat pada Gibran dan Lyla.

Di luar ruangan bersalin semua keluarga mengucap syukur setelah mendengar tangisan seorang bayi. Bayi dengan berat 3,2 kg dan panjang 51 cm itu terlahir dengan sempurna dan sehat.

Tak sadar Rendy yang sedang memeluk Kayla ikut meneteskan air mata, ia tak bisa membayangkan bagaimana kelak saat dirinya berada di posisi Gibran. Menemani sang istri melahirkan pasti akan menjadi pengalaman paling berharga dalam hidupnya.

"Aku mencintaimu Kayla," bisik Rendy sambil mengecup puncak kepala Kayla dengan tangan kirinya mengelus perut rata Kayla.

Kayla mengangkat wajahnya lalu menatap Rendy dengan tersenyum dan mengangguk. Tangannya ikut memegang perutnya dengan mata berkaca.

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang