Gibran pov
Ya Allah mengapa hatiku masih dilanda cemburu saat melihat kedekatan Kayla dengan Rendy, seharusnya aku sudah membuang jauh-jauh rasa itu karena sebentar lagi Kayla akan menjadi adik iparku, seharusnya aku bahagia jika Kayla bersama dengan laki-laki baik seperti Rendy. Aku bisa membaca dan merasakan cinta tulus Rendy yang luar biasa untuk Kayla. Setiap kulihat tatapan dan sikapnya pada Kayla kurasakan sakit tak terperi di sudut ruang hatiku.
Rasanya tangan kokoh itu ingin sekali kupatahkan saat menyentuh gadisku, Kayla. Tepatnya dulu dia adalah gadis kesayanganku.
Saat itu aku tak sengaja berkenalan dengan Kayla saat berada di kos-kosan sahabatku Ferri.
"Fa kenalin ini adikku Febby dan temannya Kayla," ucap Ferri memperkenalkan adiknya padaku. Aku yang sedang asyik berselancar di dunia maya seketika mengalihkan perhatian pada dua gadis cantik di hadapanku. Aku memang sering berada di kosan Ferri tapi baru kali ini bertemu adiknya.
"Oh ya kenalkan aku Gibran teman sekelas abang kamu!" Kuulurkan tangan memperkenalkan diri pada gadis berseragam putih abu-abu itu dengan ramah.
Setelah berkenalan aku langsung pergi meninggalkan mereka dan melanjutkan bermain dengan ponselku di ruang tamu. Namun suara tawa riang seorang gadis tiba-tiba mengusik kesenanganku. Dari kejauhan aku bisa melihat senyuman manis gadis bernama Kayla tersebut dan tanpa kusadari kedua netraku terpaku pada gadis manis berlesung pipi tersebut.
Entah dorongan dari mana, kuraih ponselku dan mencuri fotonya berulang kali. Aku tertarik dengan tawa renyahnya yang membuatku gemas, padahal biasanya aku tidak pernah tertarik dengan remaja- remaja SMA seperti dirinya. Atau mungkin karena aku tidak memiliki adik perempuan sehingga melihat tingkah konyol mereka membuatku risih.
Aku tiga bersaudara dan semuanya laki-laki, setiap kami bertemu kami tidak pernah absen bertengkar, entah itu dengan adik ataupun abangku. Di rumahku, mama adalah wanita tercantik tanpa ada pesaing kecuali jika istri abangku sedang berkunjung ke rumah.
***
"Fer, bagi dong nomor WhatsApp Kayla?"
Kukirim pesan singkat ke nomor WhatsApp sahabatku Ferri, aku benar-benar dibuat penasaran dengan gadis itu. Kulihat kembali layar ponselku, menunggu balasan pesan dari Ferri namun status pesanku masihlah sama, dua centang abu-abu yang artinya pesanku belum terbaca oleh Ferri. Kulirik kembali ponselku betapa bahagianya aku saat dua centang itu berubah menjadi warna biru.
Ferri sedang mengetik....
Kupandangi layar ponselku dengan gugup. Aku sendiri tidak mengerti dengan sikapku yang tiba-tiba aneh, bak abg yang sedang dilanda jatuh cinta.
"Untuk apa minta nomor Kayla? mau kau kerjai seperti cewek-cewek yang biasa kau lakukan?" Balasan nyinyir Ferri membuatku sedikit tersinggung, namun setelah kupikir-pikir Ferri benar. Aku memang Playboy. Tapi aku tidak peduli, bagiku sekarang mendapatkan nomor WhatsApp Kayla jauh lebih penting dari pada meladeni ucapan sinis Ferri.
"Tenang saja, aku cuma ingin kenal saja kok, nggak lebih!" jawabku singkat.
"Yakin? Dia sahabat adikku Febby, awas klo kamu macam-macam, dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri" balasnya penuh ancaman.
"Janji, aku nggak akan ngapa-ngapain dia," balasku dengan emotion berkedip sebelah mata.
***
Tanpa menunggu waktu Lama kukirim pesan pada gadis manis berlesung pipi yang berhasil mengusik hatiku.
"Assalamualaikum Kayla? Lagi ngapain?" Kukirim pesan pada Kayla dan berharap segera mendapatkan balasan darinya.
"Waalaikumsalam.. Maaf siapa ya?" balas Kayla singkat yang seketika berhasil membuatku tersenyum-senyum sendiri.
"Aku Gibran, temannya Bang Ferri, kita sudah berkenalan tadi siang, masih ingat kan?" balasku dengan emotion tersenyum.
Dari pesan singkat itu aku dan Kayla mulai akrab, aku sering membuat janji bertemu di kos Ferri saat dia pulang sekolah, kadang aku rela mangkir dari kuliah demi ingin bertemu dengannya.
Awalnya memang aku hanya ingin bermain-main dengannya, tetapi aku justru mulai menyukai gadis berusia 16 tahun itu. Senyuman manis yang selalu kurindukan, sifat manja yang justru membuatnya semakin menggemaskan, apalagi jika ia sedang merajuk padaku, rasanya ingin sekali kulumat bibir kenyal itu dengan lembut dan menjadikannya milikku. Apa pun itu, aku sangat menyukai semua yang ada pada dirinya.
"Fa kamu serius sama Kayla? ingat Kayla masih usia 16 tahun, baginya cinta itu masih baru, sedangkan kamu, playboy kampus yang suka gonta ganti pacar?" tegur Ferri padaku yang kuacuhkan. Namun kata-kata itu berhasil membuatku lama berpikir, aku sendiri tidak yakin dengan perasaanku pada Kayla. Cinta laki-laki pada perempuan dewasa atau sekadar cinta seorang kakak pada adiknya.
"Entah Fer, aku sendiri bingung tapi yang pasti, aku menyukainya!" jawabku singkat.
"Ingat jangan main-main padanya! Febby cerita padaku kalau Kayla jatuh cinta padamu dan tentu saja kamu cinta pertamanya," terang Ferri seraya menatapku tajam penuh ancaman.
Deg.. ucapan Ferri seolah mengoyak egoku. Aku sungguh tak percaya jika Kayla benar-benar jatuh cinta padaku. Entah Kayla yang masuk ke dalam perangkapku atau justru sebaliknya. Akulah yang terperangkap dalam cinta semuku sendiri.
***
Kayla, gadisku. Harus bagaimana kujelaskan rasaku sedang aku sendiri tak bisa mengartikannya. Tapi sejujurnya kebersamaan yang selama ini kita lalui bersama adalah nyata. Aku tulus, tidak ada rekayasa sedikit pun. Hanya satu yang aku tahu, aku hanya ingin menjagamu semampuku. Maaf jika aku harus menjauh darimu untuk sementara waktu, biarlah hatiku bertapa barang sebentar saja untuk mendefinisikan rinduku padamu.
Kesibukan di kampus akhirnya mampu mereda rinduku pada Kayla, aku tidak ingin merusak masa depannya dengan berpacaran denganku, selama ini aku sudah berusaha keras agar tidak melakukan kontak fisik dengannya, dan saat aku mengetahui perasaannya padaku, pergi adalah pilihan terbaik. Mungkin dua atau tiga tahun lagi jika Allah mengizinkan aku akan langsung melamarnya, aku yakin cintanya masih utuh untukkku. Dan aku berjanji akan menjaga hatiku hanya untuknya.
Namun sebulan berlalu aku justru dekat dengan seorang mahasiswi fakultas PAI (Pendidikan Agama Islam) yang bernama Ranti. Ia menyatakan cinta padaku yang akhirnya kuterima tanpa pikir panjang, aku berpikir dengan menerima cinta Ranti nantinya bisa membantu hatiku untuk memahami perasaanku yang sesungguhnya pada Kayla. Dalam keraguan aku terdiam, menyelami keputusan yang tak pernah kutahu akhirnya.
Benar atau salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End)
RomanceRate 18+ Blurb Kayla, gadis berusia 19 tahun yang harus mengalah demi kakaknya dan terpaksa menjalin hubungan baru dengan laki-laki lain tanpa ada rasa cinta demi menutupi perasaannya. Rendy tahu tidak mudah menaklukkan hati Kayla yang telah dimili...