Keping 19 : Penyesalan

46 5 0
                                    

Lyla pov

Kucoba memejamkan mata tapi selalu gagal karena teringat peristiwa sore tadi, sungguh aku tidak bermaksud untuk menyakiti Kayla adikku. Tanganku terkepal, rasa panas saat menampar pipi Kayla masih begitu terasa. Tangisanku kembali pecah. Namun, tiba-tiba sebuah tangan kokoh melingkari tubuhku dengan erat. Kurasakan hembusan hangat nafasnya menyapu belakang kepalaku. Ia eratkan pelukannya seraya mendaratkan kecupan di puncak kepalaku.

"Kamu belum tidur Sayang?" Suara seraknya terdengar khawatir. Meskipun aku tidak menghiraukannya setelah peristiwa tadi, Mas Alfa tetap berusaha mengajakku berbicara, sesekali ia menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan, aku tahu ia juga merasa tertekan tetapi bagaimana dengan hatiku yang terlanjur sakit.

"Sayang maafkan aku karena terlalu egois, aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Dulu aku memang sangat mencintai Kayla..." ucapnya terbata yang semakin membuatku sakit. Tapi aku berusaha menguatkan diri untuk mendengarkannya.

Aku teringat bagaimana perjuangan keras Alfa mendapatkan cintaku setelah perpisahan ku dengan Tommy dulu. Memang dulu sebelum kita menikah kita sudah sepakat tidak akan mengungkit masa lalu masing-masing, bukankah setiap orang memiliki masa lalu, tapi jika masa lalu suamiku adalah adik kandungku sendiri lantas aku harus bagaimana?.

"Tapi sekarang hanya kamu perempuan satu-satunya yang  aku cintai. Aku baru mengetahui jika Kayla adalah adikmu di saat acara lamaran kita," terangnya dengan suara terdengar parau, aku tahu Alfa berkata jujur tetapi hatiku begitu perih setiap bibirnya menyebut nama Kayla. Bagaimana aku tidak kecewa jika suami yang aku cintai masih menyimpan dengan rapi semua kenangan bersama cinta masa lalunya yang tak lain adalah adikku sendiri.

"Aku dan Kayla sama-sama terkejut saat acara lamaran kita." Aku membalikkan tubuh menghadapnya lalu menatap ke dalam netranya, tergambar jelas jika suamiku juga terluka.

"Sebelum aku mengenalmu aku pernah mencoba kembali setelah hampir 3 tahun berpisah dengan Kayla tapi dia menolak ku hanya karena tidak ingin menyakiti hati Rendy. Kamu pasti mengenal Kayla lebih dari aku, Kayla selalu rela mengorbankan perasaannya demi menjaga perasaan orang lain. Padahal aku tahu saat itu Kayla masih sangat mencintaiku," sambungnya yang semakin membuat hatiku terluka. Tetapi apa yang dikatakannya benar. Kayla selalu seperti itu, justru Kayla yang lebih banyak berkorban selama ini.

"Namun seiring berjalannya waktu Kayla mulai mencintai Rendy, dia sendiri yang menceritakan semuanya padaku. Tadi sore saat kita berbincang di balkon samping rumah. Aku merasa lega karena dia berani berkata jujur padaku. Sekarang perasaanku padanya hanya sebatas sayang terhadap adik karena aku mencintaimu istriku." Aku Mas Alfa yang mulai membuat hatiku mencair.

"Dan untuk sikapmu pada Kayla tadi aku sangat kecewa, aku yakin sekarang kamu pasti menyesalinya, dia adik kecilmu adik kesayanganmu, mintalah maaf padanya aku yakin Kayla tidak akan menyimpan dendam," lanjutnya.

Ucapan Mas Alfa memang benar aku menyesal karena telah menampar Kayla tadi sore. Seandainya ayah dan ibu tahu pasti mereka akan marah besar, untung saja mereka sedang tidak di rumah. Mereka tengah berkunjung ke rumah paman di Surabaya.

"Maafkan aku," ucapnya lagi seraya semakin mengeratkan pelukannya.

Kutatap wajah Mas Alfa dengan lekat sembari membiarkan air mataku mengalir deras. "Aku mencintaimu Mas," bisikku dalam isak.

"Aku juga mencintaimu Sayang," balasnya sambil menangkup wajahku dengan kedua tangannya lalu mencium keningku lembut, memangkas jarak antara kita lalu lumatan lembut itu semakin dalam dan menuntut, dadaku berdegup kencang seirama dengan belaian Alfa yang mulai liar menjelajah setiap jengkal tubuhku. Meskipun sudah sebulan kita menikah tapi tak pernah bosan kita melakukannya lagi, lagi, dan lagi.

*****

Sarapan pagi ini terasa sunyi, hanya suara denting sendok dan garpu yang sesekali beradu menciptakan suara gaduh. Aku tak melihat Kayla turun dari kamar untuk sarapan, apa dia masih sedih? Atau dia tidak ingin lagi bertemu denganku? Berbagai pertanyaan muncul di otakku.

"Tumben adik kamu pagi-pagi sudah berangkat kuliah?" Tanya ibu keheranan.

Kujawab dengan mengangkat bahu tanda tak tahu, Aku hanya diam mendengarkan ibu bercerita tentang kunjungannya ke rumah paman Anwar. Sedang pikiranku tengah sibuk sendiri memikirkan Kayla.

Jejak kenangan masa kecilku bersama Kayla sangatlah indah, bahkan tanpa cela tapi sekarang akulah yang memberi cela tanpa mau mendengarkan alasannya.

"Ini Kak aku sudah bosan buat Kakak saja," ucapnya sambil menyerahkan boneka teddy bear ungu kesayangannya padaku.

"Bener Dek nggak papa?" Balasku seraya meraih boneka itu. Padahal aku pun tahu jika Kayla tidak akan bisa tidur tanpa boneka kesayangannya itu.

"Aku bobo sama boneka dodo aja, dodo pasti kangen sama aku," elaknya berusaha menghiburku. Saat itu memang boneka teddy bearku tertinggal di rumah nenek. Kita memiliki boneka teddy bear masing-masing satu, milikku berwarna pink sedangkan milik Kayla berwarna ungu. Dari kecil Kayla selalu mengalah untukku. Dan sekarang dia pun melakukannya lagi. Seandainya aku tahu dari awal aku pun akan ikhlas melepas Alfa untuknya.

"Ayah, ibu mulai minggu depan kami akan pindah ke rumah kami, alhamdulillah renovasinya sudah rampung dan siap ditempati," ucap Mas Alfa pamit kepada ayah dan ibu yang seketika membuyarkan lamunanku.

"Alhamdulillah, sering-sering main ke sini ya?" Jawab ibu lirih dengan mata nanar. Lalu ayah menggenggam jemari ibu dan mengelusnya lembut. Ayah dan ibu tak pernah segan menunjukkan kemesraan meskipun diusianya yang senja ini. Mereka adalah contoh pasangan harmonis untukku.

"Bagus itu memang lebih baik tinggal di rumah sendiri bisa belajar mandiri dan cepat berikan kami cucu ya?" goda ayah pada kami seketika kelopak mataku terasa samar karena desakan air mata yang ingin jatuh karena haru.

"Oya Rendy izin ingin menikahi adik kamu secepatnya, kalau ayah sih lebih cepat lebih baik tapi ibu ini yang keberatan khawatir kuliahnya terbengkalai. Gimana Nak Alfa menurut kamu?" Tanya ayah pada Mas Alfa.

Kucoba mengartikan reaksi Alfa apakah dia masih memendam rasa pada Kayla atau sebaliknya.

"Ya nggak papa Yah kan Rendy juga sudah dewasa dan mapan  pasti bisa membimbing Kayla dengan baik," jawab Mas Alfa memberi tanggapan kepada ayah, aku lega karena jawaban Mas Alfa tulus tanpa beban. Lalu ayah manggut-manggut tanda setuju.

Mengingat Kayla, air mataku mulai menggenang kembali. "Maafkan Kakak Dek."

Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang