Jennie langsung menutup mulut nya saat makanan yang tadi ia sudah kunyah di hampir ia muntahkan, dia yang melihat semua orang sudah menatap ia aneh membuat Jennie malu. Apalagi malu nya kepada Vincent, pria itu sudah menatap ia dengan tatapan bingung nya.
"Aku permisi!" Seru Jennie yang langsung berlari ke toilet dan semua orang pun kembali sibuk ke masing-masing nya. Jennie menyalakan air wastafel lalu kembali memuntahkan semua makanan daging lobster nya dari mulut, untung tidak ada wanita lain disini. Jika ada maka Jennie benar-benar sangat malu dan tidak ingin ada disini lagi.
Setelah mengeluarkan semua bekas makanan tadi ke dalam mulut, Jennie membersihkan sudut bibirnya yang basah dengan tisu lalu mencuci mukanya.
"Agh seharusnya aku tidak memaksakan diri ku saja, sial pipi ku." Umpat Jennie melihat kedua pipi nya sudah datang jerawatan.
Sementara itu, sudah hampir sepuluh menit Vincent menunggu Jennie kembali dan ingin bertanya kenapa dia tiba-tiba muntah. Saat Vincent ingin memainkan ponsel nya sambil menunggu Jennie, tapi akhirnya wanita itu kembali juga dan duduk kembali bersamanya.
"Hey maaf untuk menunggu lamanya." Ucap Jennie menghembus napas lega setelah ia duduk lagi bersama Vincent. Vincent pun menghembuskan napas panjangnya.
"Tadi kau kenapa? Apa kau memang tidak menyukai lobster atau mempunyai alergi?" Tanya Vincent yang langsung membuat Jennie terdiam. Jennie setelah ia duga Vincent akan bertanya seperti ini, ia terlebih dahulu berdehem kecil lalu menatap sekeliling agar rasa gugup nya bisa menghilang dan bisa menjelaskan semuanya kepada Vincent.
"Sebenarnya aku memang bukan menyukai lobster tapi dari kecil aku sudah mempunyai alergi." Jelas Jennie meremas rok bawah nya lagi dengan sangat kuat dan Jennie juga bisa merasakan jantung nya sekarang sedang berdetak tidak normal.
"Jika kau memang mempunyai alergi kepada makanan tadi, lalu kenapa kau masih memakan nya? Seharusnya kau jangan memaksa diri Anda." Tegas nya yang membuat Jennie sadar atas kesalahan sendiri. Mereka berdua langsung terdiam lama, tapi Vincent langsung berdiri dan meletakan uang bayaran makanan nya ke meja.
"Ayo kita pulang, aku akan menghantarmu." Ujar Vincent yang pergi duluan tanpa menunggu Jennie. Wanita itu yang melihat Vincent sudah keluar duluan, maka ia pun langsung mengikuti nya dari belakang. Setelah di dalam mobil, mata Jennie mulai melirik-lirik ke Vincent, tumben sekali pria ini menjadi dingin. But whatever, itu bukan urusan Jennie.
"Beritahu dimana lokasi rumahmu."
"Lewat gedung Company Lee." Jawab Jennie kembali menunduki kepalanya dan kembali meremas rok nya. Mata Vincent tidak sengaja melirik ke paha Jennie. Oh sial, pahanya terlalu mulus dan lebar. Vincent mengusap bibirnya dan kembali fokus menyetir. Tetapi yang ada matanya terus melirik ke paha kanan Jennie, rasanya Vincent ingin menyentuh kulit paha itu, tapi ini namanya pelecehan.
"Sir thank you so much for all this.." Ucap Jennie dengan suara pelan dan kecil ke Vincent dan tersenyum manis. Vincent hanya mengangguk kepala saja tanpa ia menjawab ucapan terimakasih dari Jennie. Ya Tuhan, Jennie sekarang benar-benar takut dan gugup, mata nya kembali melirik ke wajah Vincent.
Terlihat wajah pria itu datar dan tidak menjawab apapun. Setelah sampai, Jennie cepat-cepat melepaskan tali sabuk pengamannya dari mobil kemudian keluar dari mobil tapi sebelum Jennie masuk ke dalam rumah, pertama dia berbalik dan tersenyum.
"Thank you again sir." Vincent tersenyum kecil melihat wanita itu sudah masuk kedalam. Hari ini adalah hari sial menurut Vincent tapi Vincent tidak ingin ambil pusing, maka ia kembali menyalakan mesin mobil dan berjalan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Model
RomanceHanya sebuah cerita yang menceritakan seorang pria CEO berusia 28 tahun bernama lengkap Vincent Alexander harus menikahi seorang wanita Model bernama lengkap Jennie Madison yang berusia 24 tahun karena Vincent telah dijodohi dari kedua orangtua nya...