-4-

3K 720 41
                                    

***


"Enggak ngojek aja, By? Mobilnya tinggal dulu. Jam segini biasanya macet, orang-orang pada nyari takjil." Om Gama yang duduk di seberang Om Syuja, bersuara setelah aku meresleting ransel.

"Enggak usah Om," tolakku sopan.

Usai pamit pada keduanya, aku ganti pamit pada Tante Ai' yang sedang duduk di ruang tengah.

"Kamu beneran pulang? Enggak buka di sini?"

"Enggak Tan, sudah janji juga sama papa mama, mau buka pertama di rumah," jawabku dengan tangan terulur, lalu mencium punggung tangan beliau.

"Tapi mulai besok jadi tinggal di sini kan?"

Aku mengangguk, dan beliau langsung membalas dengan tersenyum. Bia tadi pamit keluar diantar masnya, tapi aku enggak tahu ke mana.

Berjalan menuju mobil yang terparkir di garasi, Luna, kucing abu-abu yang biasanya menempel pada Om Syuja, bangun dari rebahannya dan mengikutiku. Segera kugendong sambil mengusap bulunya yang lembut.

"Heh! Mau dibawa ke mana anakku?"

Mas Arsa tahu-tahu muncul dari garasi sambil menurunkan masker. Sepertinya saat aku keluar tadi, dia sedang memarkir motornya.

"Aku pulang," pamitku sambil berjongkok untuk meletakkan Luna, kemudian kembali berdiri.

"Enggak salim dulu?"

Dengan sorot sinis, aku melirik tangan Mas Arsa yang masih mengenakan sarung tangan, dan tengah terulur ke arahku.

Melihat reaksiku yang enggak bersahabat, dia malah terkekeh geli.

"Ya udah enggak apa-apa, tapi besok-besok harus salim ya," ujarnya masih dengan wajah sumringah, menyentuh puncak kepalaku sebelum berjalan melewatiku menuju pintu utama.

***

Regards,

-Na-

Sekali LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang