|CHAPTER - 29|

1.6K 120 11
                                    

hari ini aku update satu chapter aja deh, biar kalian makin penasaran hahahaha😝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hari ini aku update satu chapter aja deh, biar kalian makin penasaran hahahaha😝

-|Happy Reading|-

Sudah terhitung seminggu penuh, Laurent dan Liam tidak berjumpa. Mereka hanya berkomunikasi dan saling menanyakan kabar lewat telepon atau panggilan video.

Laurent yang sedang sibuk mempersiapkan surat pengunduran diri dari dunia modelling dan mengirimkannya ke perusahaan yang pernah merekrutnya ke agensi.

Sementara Liam, pria itu disibukkan dengan banyak berkas-berkas yang harus di tanda tangani dan di cek karena saat itu sempat ia tinggalkan untuk pergi menyusul Laurent ke Paris.

Benar-benar pasangan yang sedang sibuk.

"Huh.. pekerjaan sialan ini tidak habis-habis"

"Aku sudah sangat merindukannya.." gumam Liam sembari memegangi pangkal hidungnya frustasi.

"Kapan penderitaan ini segera berakhir, Jack" ucap Liam yang membuat Jack–asisten yang sedari tadi memperhatikannya itu mulai berpikir.

"Penderitaan anda baru di mulai, Mr. Rexford. Karena selama ini anda terus bersenang-senang" ujarnya berterus terang hingga membuat Liam menatapnya dengan kesal.

"Ck, sebenarnya untuk apa aku melakukan ini semua. Uangku sudah banyak, jika di pakai Laurent berbelanja juga tidak akan ada habisnya"

"Bahkan untuk keturunan ku sekalipun, juga tidak akan berpengaruh dengan hal keuangan" ucapnya yang terdengar seperti sebuah gumaman.

"Tetapi anda tetap memerlukannya, Mr. Rexford. Demi anak, cucu, dan cicit anda" balas Jack yang memang benar adanya.

Liam menganggukkan kepalanya setuju. Lalu tiba-tiba terlintas sesuatu di pikirannya, hingga timbul senyuman manis di wajah tampannya itu. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya bisa memandang kesal kearah berkas-berkas di depannya.

"Menurutmu aku harus memiliki anak berapa?"

"Haruskah 10? atau 11?" tanyanya sembari berpikir.

Jack menghela nafasnya panjang. Atasannya ini ada-ada saja. Kenapa bisa memikirkan hal itu di saat seperti ini? Bukankah seharusnya ia memeriksa dan menandatangani saja berkas menumpuk yang berada di depannya?

"Apa kau tuli?" tanyanya dengan sinis hingga membuat Jack tersadar dari lamunannya.

"Maaf, Mr. Rexford. Menurut saya lebih baik 2 atau 3 anak saja" ujarnya setelah berpikir cepat.

Liam memandangnya tak setuju hingga menimbulkan kerutan alis di dahinya. "Kau pikir aku miskin?"

"Aku ingin memiliki banyak anak, paling sedikit 5. Pasti menyenangkan melihat mereka menghabiskan uangku" ujar Liam dengan bangga.

HE IS THE PLAYER! [DIXONSERIES#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang