|CHAPTER- 39|

1K 84 15
                                    

-|Happy Reading|-


Tok.. Tok.. Tok..

"Mr. Rexford, wanita tadi sangat bersikeras ingin menemui anda" kata Belinda yang tak lama kembali ke dalam ruangan kerjanya.

"Shit!"

"Aku tidak sedang memesan seorang jalang" katanya tak tertarik.

Belinda menghela nafas pelan, "Anda tidak bisa menganggap semua wanita itu jalang, Tuan. Banyak wanita baik di dunia ini" kata Belinda, mulai jengah dengan ucapan Liam yang seakan-akan menganggap semua wanita itu murahan.

"Sudah banyak kali omong kosong yang ku dengar darimu, dan barusan adalah yang terburuk" balasnya acuh.

Belinda berdecak di dalam hati, sembari mengumpati atasannya itu.

"Dia, wanita yang anda sebut 'jalang' itu ingin menyampaikan hal yang teramat penting kepada anda"

"Seberapa penting?"

"..."

"Sangat... penting" kata Belinda setelah terdiam seperkian detik.

"Ck! Suruh dia masuk! Jika tidak penting kau akan ku pecat"

Belinda menghela napas pasrah, kemudian ia menyuruh seorang wanita dengan sepatu bewarna merah muda masuk ke dalam ruangan berbau maskulin itu.

Tanpa mengucapkan kata apapun, wanita muda itu langsung berlutut di hadapan meja kerja Liam seperti memohon ampun.

"Tolong maafkan aku.. Aku adalah penyebab semua masalahmu dan juga Laurent. Dia sama sekali tidak bersalah.." katanya sembari menangis berderai air mata.

Liam langsung menegang saat mendengar nama itu di sebut.

Sial, kenapa harus nama itu lagi? Ia bahkan sudah melupakannya, walaupun hanya sedikit.

Pria itu semakin merasa muak. Kenapa harus nama itu lagi? Sudah cukup ia merasa bodoh karena nama wanita itu. Fuck!

"Suruh dia keluar,"

"Tidak! Ku mohon... aku benar-benar harus menjelaskan semuanya kepadamu" kata Erica yang mulai di bantu untuk bangkit dari berlutut oleh Belinda.

Liam tertawa remeh."Kau di bayar berapa olehnya untuk bersandiwara di depanku, huh?"

Erica langsung menggeleng cepat."Aku sama sekali tidak bersandiwara, aku yang meminta Laurent untuk merawat Steve menggantikan aku"

Alis pria itu mulai mengernyit, sedetik kemudian sebuah tawa sumbang yang terdengar mengerikan keluar dari mulutnya.

"Kau pikir aku akan mempercayai pembohong sepertimu?!" suara tegas yang menggelegar di ruangannya membuat tubuh Erica gemetar.

"Shit! Seret dia keluar!"  Liam tampak muak menatap wajah wanita itu, lagi-lagi ia mengingat Laurent. Padahal sebelumnya ia sempat hampir melupakannya.

"Tolong.. percaya dengan ucapanku sekali ini saja! Aku bersumpah, kau bisa mempercayai ucapanku"

Liam hanya diam. Rahangnya mulai mengeras, di tambah lagi pikirannya seperti sedang mencerna semua perkataan yang keluar dari mulut Erica.

"Jika tahu akan begini, aku seharusnya tidak melakukan permintaan Steve" katanya masih dengan tangisan yang memekakkan telinga pria itu.

"Laurent.. dia pasti menderita sekali" Erica langsung menangis sejadi-jadinya.

Liam langsung berdiri dari duduknya, memilih untuk pergi dari ruangan yang terasa pengap itu. Pikirannya sama sekali tidak bisa berjalan saat ini.

"Urus dia, jangan sampai aku melihat ujung rambutnya sekalipun"

HE IS THE PLAYER! [DIXONSERIES#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang