FOLLOW AKUN INI: brillianadelia
FOLLOW JUGA IG MIMIN: @brillianadeliiaaa_Notes: banyak typo🙈👁
—————
『 HAPPY READING 』
⇓⇓⇓✎..
"Papa!?"Vanya berlari ke arah Anggara lalu memeluk nya dengan sangat erat. Anggara tiba-tiba pulang ke rumah tanpa memberi tahu Vanya. Sengaja. Namanya juga kejutan, kalo di kabari dulu namanya bukan kejutan dong.
Singkat cerita, Anggara baru menyelesaikan pekerjaan nya yang ada di luar negeri kemarin sore. Setelah itu ia langsung menyuruh Adi Septian–manager pribadi nya untuk memesan tiket pesawat menuju Indonesia untuk menemui sang putri tercinta.
Rindunya yang tertahan selama kurang lebih 5 tahun sudah tidak terbendung lagi.
"Ini beneran putri papa? Sekarang sudah besar yah," Anggara membalas pelukan Vanya tak kalah erat.
"Hiks ... Papa ... " Tangisan Vanya langsung pecah. Tak bisa di pungkiri seberapa rindunya dia kepada sang ayah.
Anggara mengurai pelukan nya lalu menatap wajah cantik sang putri yang sangat mirip dengan mendiang istrinya. Mata dan hidungnya itu benar-benar mirip.
"Why? Please don't cry..." Ucap Anggara seraya menghapus jejak air mata yang membasahi pipi mulus Vanya. (Kenapa? Tolong jangan menangis...)
"Vanya kangen banget sama ayah.." Rengek Vanya yang terdengar seperti anak kecil. Inilah yang di rindukan Anggara setiap malam ketika masih di Amerika. Ingin bertemu dengan Vanya yang versi menggemaskan seperti ini.
Cup!
Cup!
Dua kecupan berhasil mendarat di kening Vanya dari Anggara. Anggara sangat bahagia sekarang, akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan sang putri.
Bi Sarah ikut terharu ketika melihat majikan dan anak nya sudah bertemu kembali. Bahkan Bi Sarah ikut menangis karena ikut merasakan kerinduan yang Vanya rasakan sebab selama ini dialah yang menemani Vanya saat majikan nya itu masih di luar negeri.
"Putri ayah apa kabar, hm?" Tanya Anggara sambil mengelus pipi Vanya. Mereka berdua masih berdiri di dekat pintu.
Vanya mengangguk pelan. "Baik. Papa sendiri gimana kabarnya? Kenapa papa gak kabarin Vanya dulu kalo mau pulang ke Indonesia? Vanya kan bisa jemput ke bandara kalo gitu." Vanya misuh-misuh tidak jelas karena kesal kepada sang ayah yang tidak mengabari nya dulu sebelum pulang dari Amerika.
"Ini namanya suprise sayang. Kalo papa kasih tahu Vanya, itu namanya bukan surprise dong." Ucap Anggara sambil menyentuh pangkal hidung Vanya gemas.
"Papa mah.."
"Bercanda sayang. Oh iya, papa punya kejutan buat kamu."
"Apa?" Tanya Vanya.
"Nanti abis makan siang baru papa kasih. Sekarang kita makan siang dulu ya?"
Anggara menarik Vanya lalu menarik satu kursi untuk Vanya duduk. Setelah itu dia duduk didepan Vanya sambil tersenyum. Cukup lama ia memandangi wajah cantik putri nya itu, Vanya benar-benar mirip seperti mendiang Zefania Yunita–istrinya. Setiap melihat wajah Vanya, maka memori tentang kenangan nya bersama sang istri kembali berputar di otaknya. Apalagi saat mengingat perjuangan Zefania waktu melahirkan Vanya hinga ia harus pergi meninggalkan nya dan putri nya ini. Sakit jika di ingat.
"Papa kenapa liatin aku kaya gitu? Ayo makan," Ucap Vanya yang membuatkan lamunan Anggara.
"Gak ada sayang, papa cuma kangen aja sama mama kamu. Kamu itu mirip banget sama mama, nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )
Teen Fiction(SUDAH SELESAI, MASIH LENGKAP, DAN BELUM DI REVISI) 🌼🌼🌼 Menjadi anak piatu bukan 'lah suatu hal yang diinginkan setiap orang. Kehilangan orang yang paling berarti dan dicintai adalah sebuah luka yang terkadang sulit dipercaya oleh Rafael Arsya Ra...