EPILOG RRV!

44 2 0
                                    

Tidak terasa sudah sekitar 8 tahun 6 bulan usia pernikahan Rafael dan Vanya. Kini keduanya sudah di karuniai seorang putra yang tampan dan juga calon bayi yang masih berada di dalam kandungan Vanya.

Pahit manisnya kehidupan sudah keduanya rasakan bersama. Sikap egois berusaha di kesampingkan dan mengedepankan kepercayaan satu sama lain. Adanya masalah pada sebuah hubungan rumah tangga itu hal yang wajar, seiring waktu keduanya dapat menyesuaikan diri dan berusaha menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin.

Bersamaan dengan waktu yang berjalan, putra sulung mereka kini telah tumbuh menjadi anak yang pemberani, tampan, dan penyayang. Umurnya kini 7 tahun, namanya Yesaya Ersya Bhumi.

Rafael dan Vanya tentu sangat bahagia menyambut hadirnya putra kecil di pernikahan mereka. Namun satu yang membuat Vanya pusing dan tidak habis pikir tentang Yesa. Banyak orang yang bilang jika mereka takut berhadapan dengan si pangeran es kecil ini. Mungkin karena tampangnya yang galak dan datar, apalagi jika sedang marah. Telinganya akan memerah jika sedang marah dan malu.

Namun berbeda jika Yesa berada di rumah, Ia akan berubah 180 derajat menjadi sosok yang penyayang dan lembut. Khususnya terhadap Bunda dan calon adiknya yang masih di dalam perut. Yesa kecil bahkan sudah menyiapkan kado sederhana berupa bando cantik yang Ia buat sendiri dari kain flanel untuk sang adik jika sudah lahir nanti.

Benar-benar sosok kakak yang baik dan penyayang bukan?

"Bunda, adik kapan lahir?" tanyanya pada Vanya—sang Bunda. Vanya tersenyum sembari mengelus kepala Yesa yang menatapnya dengan polos. Jari-jemari kecilnya bergerak mengusap perut buncit Vanya.

Ibu dan anak itu sedang duduk di sebuah kursi taman yang terletak di dekat kolam ikan belakang rumah. Akhir-akhir ini Rafael dan Yesaya menyukai ikan-ikan hias, jadi Rafael berinisiatif untuk membuat kolam ikan ini.

"Sebentar lagi. Kakak Esa udah ngga sabar, ya?" Yesaya mengangguk dua kali dengan semangat. Vanya merasa bahagia melihat antusias Yesaya untuk menyambut adiknya.

"Esa ngga sabar buat ngasih hadiah ke adik," ujarnya.

"Sabar, ya. Sebentar lagi Esa bakal ketemu sama adik, kok," ucap Vanya tanpa melunturkan senyum lembutnya.

"Ayah pulang!"

Sudah menjadi kebiasaan jika pulang dari manapun itu, entah dari kantor atau urusan lain, Rafael akan berteriak kencang hingga mungkin bisa terdengar di seluruh penjuru rumah. Vanya hanya geleng-geleng di buatnya. Vanya ingat sekali kebiasaan itu muncul saat Yesaya berusia 3 tahun.

"AYAH!"

Dan jangan lupakan jika Yesaya kecil itu jiplakan yang kuat dari Rafael. Suara Yesa lebih menggelegar dari Ayahnya hingga memekakkan telinga. Vanya mengusap telinga sebelah kanannya mendengar teriakan dua laki-laki tersayangnya itu.

"Kebiasaan teriak-teriak," dumel Vanya sembari berkacak pinggang. Di usia kehamilannya yang sudah ke tujuh bulan, Ia mulai merasakan area pinggang hingga pinggul yang seringkali terasa pegal.

Rafael tersenyum hangat lalu merentangkan tangan memeluk Yesa kemudian menggendongnya. Baru setelah itu Ia menghampiri sang istri, semakin tersenyum kala Vanya mengecup punggung tangannya, lalu bergantian dirinya yang mengecup singkat kening wanita itu.

Vanya ikut tersenyum saat merasakan hangat yang di salurkan Rafael dari kecupan manisnya.

"Kamu harusnya tiduran atau duduk-duduk aja di kamar, Sayang. Aku takut nanti kamu kecapean," titah Rafael seraya mengusap lembut surai sang istri.

"Engga, kata dokter 'kan gerak-gerak dikit ngga papa. Aku juga ngga bisa diem terus dong, 'kan ada Esa yang harus aku urus," ucap Vanya membela diri.

Rafael menghela nafas. Istrinya ini kenapa ngeyel sekali? "Susah banget, ya kalo dibilangin?" Rafael mencubit pelan hidung Vanya gemas membuat sang empu tertawa.

Vanya segera meredakan tawanya setelah mengingat sesuatu. "Oh iya aku udah masak makan siang buat kamu sama Esa, mau coba nggak?"

Ekspresi wajah Rafael langsung berubah pias. Namun dengan cepat Ia mengubahnya menjadi senyum yang... terpaksa (?).

Bukan tanpa sebab, beberapa waktu lalu Vanya pernah mengidam masak ayam kecap namun rasanya pedasss sekali. Aneh, 'kan? Entah berapa cabai yang di masukkan ibu hamil itu ke dalam ayam kecapnya. Jujur saja Rafael takut masakan Vanya kali ini akan zonk lagi.

Rafael sendiri heran, Ia tahu betul dulu sebelum hamil anak kedua ini, bahkan sebelum mereka menikah, Vanya itu termasuk gadis yang pandai memasak. Tapi kenapa saat hamil anak kedua mereka ini masakan Vanya jadi—maaf, amburadul (?).

"Aku mau makan masakan, Mama!" seru Yesaya dengan sangat bersemangat membuat Rafael menghela nafas pasrah.

Putranya itu belum tahu saja jika masakan Bundanya yang sedang mengandung sang adik ini. Yesaya terlihat bersemangat seperti itu karena belum mencobanya saja.

"A-ayo, kita makan masakan, Mama." Rafael tidak bisa mengelak lagi. Kali ini Ia harus pura-pura merasakan kalau masakannya Vanya itu memang enak. Semoga saja keberuntungan berpihak pada papa muda itu.

Vanya tersenyum sumringah lalu mengajak suami serta anaknya ke meja makan. Ibu hamil itu kini memasak menu nasi goreng. Meski sudah di larang oleh Rafael, Vanya tetap bergerak mengambilkan nasi goreng itu untuknya dan Yesaya.

Dan benar, rasa nasi goreng masakan Vanya kali ini keasinan! Begitu mencoba suapan pertama, Ia dan Yesaya langsung saling tatap, seperti sedang berbicara lewat mata.

Rafael berkedip beberapa kali dan mengkode putranya agar jangan bicara yang aneh-aneh tentang masakan Bundanya.

"Gimana masakan Mama, enak, nggak?" tanya Vanya sembari menumpukan dagunya pada kedua telapak tangan di atas meja makan. Ia duduk tepat di hadapan Rafael dan Yesaya. Senyumnya terus mengembang.

Hhh... Rafael sungguh tidak tega jika Ia atau bahkan Yesaya berkata jujur soal masakannya kali ini.

"Enak, Sayang!"

"Enak, Ma!"

Ayah dan anak itu berseru dengan serempak. Membuat Vanya tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya.

"Aku jadi pengen coba deh jadinya." Vanya berdiri dari duduknya dengan hati-hati hendak mengambil nasi goreng buatannya yang tersaji di atas meja.

Oh tidak, jangan!

THE END

Tolong jangan berharap cerita ini bakal ada extra part-nya lagi 🙏🏻

Karena dua cerita ku yang lainnya aja belum selesai, mungkin kalo dua cerita itu udah selesai atau kalo cerita ini makin rame, kalo misal ada yang maksa minta RAVA extra part, itu bisa di pertimbangkan.

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN SAMA FOLLOW, YAA!

Oh iya, setelah ini bakal ada SEQUEL-nya RAVA : BIG BOSS & THE QUEEN (menceritakan tentang kehidupan Yesaya si pangeran es).

Jadi, stay tune terus, okei!

Sekian, terimakasii.

Sampai jumpa di BIG BOSS & THE QUEEN! <3 🙌🏼

RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang