Follow akun ini: pinklala_
Follow ig: @brillianadeliiaaa_Notes: banyak typo🙈😊
-ᝰ⸙-
"Terus, apa lo ga ada niatan buat cari bokap lo?"
"Bokap gue itu kepala sekolah SMA Antariksa. Van," Jawab Rafael dalam hati.
"Gue udah cari dia kemana-mana. Tapi ga ketemu-ketemu. Dia emang brengsek! Dan gue bego kan Van?" Rafael tertawa hambar saat mengingat masa lalu kelamnya itu.
Vanya menggeleng cepat.
"Lo ga bego. Dan lo juga ga boleh benci sama bokap lo. Waktu itu lo kan masih kecil, jadi lo belum ngerti harus ngelakuin apa buat nolongin nyokap lo. Jangan salahin diri lo sendiri, El. Lo ga sendiri," Vanya menjeda ucapannya lalu menatap mata tajam Rafael yang berubah sayu dan sembab karena menangis.
"Maksud lo?"
"Lo udah tahu kalo gue juga ga punya nyokap lagi. Nasib kita ternyata sama," Ucap Vanya sambil tersenyum tipis.
"Bisa-bisanya di saat kaya gini lo masih aja senyum. Van," Ucap Rafael membatin.
"Kenapa lo kuat banget? Gue yang cowok aja lemah."
Vanya menatap ke depan sambil memperhatikan bunga-bunga cantik yang sudah mekar di dekat bundaran air pancur lalu menghela nafas.
"Gue cuma ga mau nyokap gue sedih aja pas liat gue nangis disini. Gue juga aslinya lemah, gue gampang nangis kalo inget nyokap gue yang rela mengorbankan nyawanya demi gue. Tapi gue punya satu prinsip,"
"Apa?"
"Biar gue aja yang ngerasa paling sedih, orang lain jangan. Apalagi bokap dan sahabat-sahabat gue," Ucap Vanya. "Eh, ternyata ada yang sama kaya gue. Kita kayanya udah ditakdirkan buat hidup jadi anak yatim. El," Lanjutnya.
Rafael tersenyum menanggapi sikap tangguh Vanya yang bisa menutupi kerapuhannya. Tersenyum adalah topeng terkuat milik Vanya. Berbeda dengan Rafael yang menutupi kerapuhannya dengan sifat dingin, cuek dan cenderung ke bodoamat.
Baru kali ini Rafael menemukan perempuan se-kuat Vanya.
"Gue salut sama lo," Ungkap Rafael tulus.
"Lo juga sebenernya cowok yang kuat kok. Yang penting itu jangan nyerah dan terus semangat. Oke?"
"Hm,"
"Masih dingin aja ternyata. Gue kira kita udah jadi temen curhat," Cibir Vanya sambil melipat kedua tangannya ke depan dada. Ceritanya 'ngambek'.
Rafael tertawa saat melihat wajah Vanya yang di tekuk dengan bibir yang mengerucut ke depan mirip seperti bebek.
"Kok ketawa sih!" Geram Vanya yang semakin kesal kepada Rafael. Mereka terlihat semakin dekat saja ya.
"Sori. Muka lo lawak sih. Kaya bebek," Rafael memegangi perutnya yang kram karena terlalu banyak tertawa. Padahal beberapa menit yang lalu ia terisak-isak, sekarang terbahak-bahak.
"Ihh, Rafael!"
"Iya-iya sorry. Jangan marah dong."
"Lo ngeselin banget! Kaya monyet!"
"Apa? Ganteng-ganteng gini lo bilang kaya monyet? Gila lo!"
"Lo yang gila! Gue cantik-cantik gini dibilang mirip bebek!" Timpal Vanya tak mau kalah.
"Ya udah, gue minta maaf. Katanya cantik, ya jangan ngambek dong. Jadi jelek entar."
"RAFAEL!"
"Ampun suhu." Ujar Rafael sambil memohon didepan Vanya. Rasanya ia masih ingin tertawa, namun ia tahan karena takut Vanya akan lebih marah lagi. Ngomong-ngomong, Vanya kalau marah malah gemesin!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )
Teen Fiction(SUDAH SELESAI, MASIH LENGKAP, DAN BELUM DI REVISI) 🌼🌼🌼 Menjadi anak piatu bukan 'lah suatu hal yang diinginkan setiap orang. Kehilangan orang yang paling berarti dan dicintai adalah sebuah luka yang terkadang sulit dipercaya oleh Rafael Arsya Ra...