[35.] Berangkat.

18 1 0
                                    

Holaa...
Ada yang kangen aku???
*puppy eyes

***

Boleh minta 💬 sama 🌟 -nya dulu sebelum membaca?

***

📍 Happy Reading 📖

Sejak terbongkarnya hubungan Clarissa dan Bagas—yang tadinya ingin backstreet dan entah akan dibongkarnya kapan namun sekarang sudah terlanjur terbongkar—membuat Clarissa memasang wajah kesal sekaligus marahnya sejak kembali dari kantin tadi. Vanya tidak bisa melakukan apapun.

Ingin bertanya 'sejak kapan lo pacaran sama playboy kaya Bagas?' dan 'apa alasan lo sembunyiin hubungan ini dari gue?' namun semuanya hanya tertahan di tenggorokan. Vanya tahu suasana hati Clarissa sedang tidak baik. Buktinya sejak tadi ia membuka dan menutup buku dengan tenaga penuh alias dibanting. Vanya bergidik ngeri melihatnya.

"Sa—"

"Diem, Van!" Vanya seketika mengerjapkan mata terkejut. Baru membuka mulut, Clarissa sudah membentak nya saja. Sebenarnya ada apa dengan Clarissa ini?

Sebenarnya Vanya tidak masalah jika Clarissa memiliki hubungan spesial dengan lelaki manapun. Tapi ini? Dari sekian banyak cowok ganteng dan setia di seantero Antariksa, Clarissa malah memilih menerima Bagas sebagai kekasihnya. Seperti tidak ada cowok lain saja. Namun sekali lagi, itu urusan Clarissa. Vanya sebagai sahabat hanya bisa mendukung apa yang gadis itu pilih.

"Gue cuma mau bilang di belakang lo ada Pak Djoko—"

Lagi, ucapan Vanya terpotong karena begitu mendengar nama Pak Djoko yang terkenal galak itu, Clarissa langsung berbalik badan membuat suara Vanya nyangkut di tenggorokan melihatnya. Itu salah Clarissa, kenapa melamun saat Pak Djoko sedang menjelaskan di depan. Mana sekarang wajah Pak Djoko sudah merah padam lagi. Kepalanya mengeluarkan asap kasat mata. Emosinya sebentar lagi meledak.

"Dari tadi saya manggil nama kamu, Clarissa. Kenapa kamu melamun terus?!" tanya Pak Djoko penuh penekanan. Vanya sedikit bernafas lega karena sepertinya Pak Djoko masih bisa menahan emosinya.

"I-iya Pak, maaf. Saya lagi kesel soalnya, jadi nggak fokus," ucap Clarissa membela diri.

"Saya tidak peduli mau kamu lagi kesel, marah, atau sedih! Sekarang kerjakan soal essay halaman tiga puluh dua!! Lalu kumpulkan setelah jam pelajaran saya habis!" perintah Pak Djoko tak dapat dibantah. Clarissa melotot tidak terima. Bagaimana tidak, lima belas menit lagi jam pelajaran Pak Djoko habis.

"Ini hanya berlaku sebagai hukuman untuk siswi seperti Clarissa yang tidak memperhatikan guru di depan! Yang lain jangan berani langgar tata tertib didalam kelas!" tegas Pak Djoko lalu kembali ke maju ke depan.

Clarissa menoleh ke arah Vanya dengan tatapan sedihnya. Kalian tahu sendiri 'kan, betapa malasnya ketika disuruh mengerjakan soal essay? Begitulah yang sedang dirasakan Clarissa sekarang. "Van ..."

Vanya menepuk pundak sahabatnya pelan. "Gue bantuin, demi—" Vanya menghela nafas berat, ucapannya terpotong lagi...

"Makasih, Vanya! Lo hari ini cantik banget, deh!!" seru Clarissa lalu memeluk Vanya seerat mungkin dari samping. Kirana yang melihat itu geleng-geleng melihatnya. Ia punya feeling kalau dalam hitungan...

1...

2...

3...

"CLARISSA! KAMU MASIH BERANI LANGGAR ATURAN SAYA?! KELUAR KAMU!!"

RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang