[27.] Regret.

35 2 0
                                    

—ᝰ⸙—





"Vanya berhenti," panggil Clarissa sambil menatap punggung Vanya yang berada 2 senti meter di depannya.

Mendengar ada yang memanggilnya, Vanya pun menoleh ke belakang. Di tatapnya Clarissa dan Kirana dengan tatapan kesal yang mendominasi.

Vanya masih kesal dengan Silvia yang selalu saja ikut campur dengan kehidupan Rafael. Apapun tentang Rafael pasti Silvia selalu ikut andil dalam hal itu. Menyebalkan!

"Apa?!"

Sontak Clarissa dan Kirana di buat terkejut karena Vanya yang ikut membentak mereka berdua.

Rasa kesal dan amarah Vanya masih di puncak kepala, emosinya belum stabil usai beradu mulut dengan Silvia. Tapi Vanya senang karena ia berhasil membuat Silvia bungkam dengan pernyataannya.

Ibarat seorang penulis yang memberikan spoiler potongan dari satu bab pada ceritanya, Vanya juga memberikan sedikit bocoran tentang hubungannya dengan Rafael pada Silvia.

"Ke kelas yuk! Nanti ada ulangan harian matematika, kita harus belajar!" Alih-alih marah karena Vanya barusan membentaknya, Clarissa memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan itu ke hal lain.

Kirana bersyukur karena Clarissa tidak kemakan amarah Vanya yang masih menggebu-gebu.

Clarissa dan Kirana pun menghampiri Vanya yang masih terdiam tanpa suara. Gadis yang selalu mendapat nilai terbaik di kelasnya itu menggandeng tangan Vanya dan Kirana bersamaan lalu berjalan menuju ke kelas mereka.

Vanya hanya mengikuti Clarissa hingga mereka sampai di kelas 11 IPA 1. Di sana, bukannya Vanya mendapatkan ketenangan atau sesuatu yang bisa meredakan amarahnya, Vanya malah mendapati tasnya yang tidak ada di dalam laci mejanya.

"Lho, tas gue mana?!" panik Vanya sambil meraba kembali lacinya, dan hasilnya tetap sama, tidak ada apapun di sana. Kosong.

Clarissa sontak menoleh ke Vanya yang berdiri tepat di sebelahnya. "Tas lo? Bukannya tadi lo taruh di laci?" tanya Clarissa. Sedetik kemudian ia ikut menelisik di balik laci Vanya yang kosong.

"Lo tahu dimana tas gue Na?" tanya Vanya pada Kirana.

"Mana gue tahu Van," jawab Kirana sekenanya.

Bibir Vanya langsung melengkung ke bawah. Ia menatap ke sekeliling kelas, namun tidak ada yang mencurigakan. Lagi pula siapa yang berani mencuri apalagi menyembunyikan tas Vanya?

Murid-murid di kelas ini harus berfikir dua kali sebelum melakukan itu mengingat Vanya adalah anak dari donatur terbesar di SMA Antariksa. Nama ayahnya–Anggara sudah terkenal di sini.

"Terus siapa dong yang ambil? Masa iya setan? Kan enggak mungkin," keluh Vanya dengan raut wajah sedih. Masalahnya adalah, ia lupa membawa handphone-nya dan masih ada di dalam tas itu.

"Coba kita cari," saran Clarissa seraya meneliti ke beberapa tempat di kelas ini.

Tas berwarna merah muda dengan gantungan boneka teddy bear itu adalah tas kesayangan Vanya yang di berikan oleh Almarhumah Mita pada satu tahun yang lalu. Tepatnya saat Vanya duduk di kelas 10 SMA.

 Tepatnya saat Vanya duduk di kelas 10 SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang