Hai, kalian asalnya dari mana aja? Sapa tahu tetanggaan, hehe ✌😄
Ada yg kangen aku??
Tapi pasti ada 'kan yg kangen sama Reyhan? Udah lama, ya, nggak liat dia🤔
*smirk😏***
Happy Reading📖🤍
Dalam perjalanan kembali ke kelasnya, Rafael tak sengaja melihat keributan yang menimbulkan keramaian di depan kelas 10 IPA 3. Ada apa ini? Bukannya jam istirahat masih 1 jam lagi? Bagaimana bisa ada yang membuat keributan disini? Dan kemana guru yang mengawas di kelas murid-murid ini?
Rafael mendekati kerumunan itu untuk melerai dua gadis yang sedang saling jambak-menjambak tersebut. Rafael menghela nafas kasar saat tahu kalau salah satu dari kedua gadis yang sedang ribut itu adalah Silvia. Ia pikir Silvia adalah biang keroknya. Karena di manapun keributan itu, di situ pasti ada Silvia dan antek-anteknya pasti.
'Rafael? Ngapain dia disini?'
'Pasti mau ngajak Silvia berhenti'
'Aaaa mas, El, ganteng bangettt!'
'Masa depan guee!!'
Nggak tahu apa, kalau udah ada pawangnya 🙄
"Awas! Nggak usah nahan-nahan gue!" Silvia memberontak ingin melepas cengkeraman Rafael pada kedua lengannya. Ia belum tahu saja kalau yang menariknya adalah Rafael.
"Sil ..."
"Ihh!" sentak Silvia namun Rafael malah semakin memperkuat cengkeramannya.
"Sil, itu ada—"
"Ih, siapa sih?!!" Silvia berbalik. Matanya membulat karena terkejut sekaligus senang Rafael ada disini. Pasti dia sedang khawatir padanya. Pikirnya. "—El ..." lanjut Angel yang sempat tertahan di tenggorokan karena melihat tatapan tajam yang Rafael layangkan pada Silvia. Angel meringis sebab Silvia malah tidak merasa takut sama sekali. Justru ia tengah menatap Rafael dengan berbinar.
"Ngapain lo ribut-ribut?!" tanya Rafael garang. Meski ia bukanlah murid teladan yang akan taat akan peraturan, Rafael tetap tidak suka jika ada manusia seperti Silvia yang membuat keributan di jam pelajaran. Itu akan menganggu murid lain yang sedang belajar di dalam kelas.
"Rafael!" Entah kesambet apa, Silvia malah memeluk lengan Rafael lalu gelendotan dengan manja di bahu cowok itu sambil melirik sinis ke arah siswi yang baru saja mengajak ribut dengannya.
Bukan, bukan siswi itu yang mengajak ribut, tapi Silvia 'lah yang suka membesar-besarkan masalah.
"El! Masa tadi anak itu tabrak aku sampai bikin seragam 'ku kotor. Liat, nih." Silvia menunjukkan seragam pramukanya yang ternodai debu dari buku lama yang sudah lama tidak dipakai. Sepertinya gadis tadi dari perpustakaan. Terbukti dengan beberapa buku berserakan yang tadi ia bawa kini jatuh di lantai yang tampak sudah usang.
Silvia menatap siswi yang tadi ribut dengannya lalu menatapnya sengit campur memelas. Ia akan pura-pura menjadi yang tersakiti di depan Rafael. "Dia sengaja nabrak aku," lanjut Silvia di lembut-lembutkan.
"Nggak!" bantah siswi dengan name tag Tiara Ramadhani itu. "Dia bohong! Gue emang nabrak dia, tapi nggak sengaja!" sanggah Tiara membantah segala fitnah yang di lontarkan Silvia. Kalian juga tahu kalau Silvia itu memang licik!
"Tuh, denger 'kan? Dia yang nabrak aku, El!"
"Jangan percaya sama dia, Kak! Kakak galak ini yang duluan jambak gue! Padahal 'kan gue udah minta maaf!" bantahnya lagi membela diri. Apa-apaan Silvia ini, Tiara bukan tipe adik kelas yang akan diam saja ketika di fitnah oleh kakak kelas tidak beretika seperti Silvia. Dia bukan anak yang hanya diam ketika ditindas! Semua orang punya hak untuk membela diri jika ia tidak bersalah, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )
Novela Juvenil(SUDAH SELESAI, MASIH LENGKAP, DAN BELUM DI REVISI) 🌼🌼🌼 Menjadi anak piatu bukan 'lah suatu hal yang diinginkan setiap orang. Kehilangan orang yang paling berarti dan dicintai adalah sebuah luka yang terkadang sulit dipercaya oleh Rafael Arsya Ra...