[34.] Kabar yang mencengangkan.

27 1 0
                                    

Kalau ada typo tandain ya :))

happy reading👍

- - - -

Pagi ini di awali dengan rintikan air hujan yang turun dari langit. Hawanya jadi dingin sekali sejak jam 5 pagi tadi. Oleh karena itu hampir semua murid memakai jaket atau sweater. Ada juga yang memakai jas hujan, atau mengganti kendaraannya dengan mobil dan pergi ke kelas menggunakan payung.

Vanya lebih memilih di antar oleh Pak Yayan dan menggunakan payung serta jaket jeans dengan kerah dan bagian lengan yang berbulu. Suhu pagi ini benar-benar dingin sekali.

"Kiran!" teriaknya yang sayangnya tertahan di udara sebab suaranya terendam bunyi hujan yang deras. Kirana tidak mendengarnya, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Vanya mengerucutkan bibirnya sebal. "Budeg banget si Kiran," gerutunya.

Daripada sepatunya semakin basah, Vanya lebih baik berlari agar cepat sampai ke kelas. Hari ini jam pertama matematika minat. Vanya yakin Bu Atni tetap berangkat meski hujan badai petir angin ribut sekalipun. Guru matematika memang selalu begitu, kan? Betul?

Namun Vanya menghela nafas lega karena setelah menunggu hingga lebih dari setengah jam Bu Ani ternyata belum datang juga. Sampai akhirnya Radit—ketua kelas XI MIPA 1—menyampaikan di depan kelas bahwa Bu Atni memang tidak masuk di karenakan sakit. Semua murid langsung bersorak gembira, termasuk Vanya, Clarissa, dan Kirana. Mereka menggunakan kesempatan yang indah ini untuk bergosip ditengah hujan yang turun kian derasnya.

"Eh, gue denger-denger admin forum sekolah kita udah di gilir ke anak kelas sepuluh. Tapi katanya pada nggak suka si lambe turah Siska itu diganti," kata Clarissa. Mimik wajahnya tampak serius. Vanya dan Kirana jadi penasaran ingin mendengar kelanjutan ceritanya. Eh, gosip, maksudnya.

"Terus?"

"Ya gitu, semuanya pada protes karena admin baru forum sekolah kita ini anaknya agak sombong sama cerewet. Beda sama Siska yang kalem terus ramah."

"Menurut gue, sih, siapapun adminnya, kalau dia emang bisa jaga amanah buat jaga forum sekolah, ya oke-oke aja. Selama dia nggak menyalahgunakan kekuasaannya itu," ujar Vanya berpendapat.

Clarissa mengetuk-ngetuk dagunya seraya mengangguk pelan. "Bener juga, sih. Pada lebay semua. Gue juga biasa aja kalau anak kelas sepuluh itu yang megang."

"Emang siapa, sih, namanya?" tanya Kirana yang sedari tadi diam menyimak.

"Kalau nggak salah ... Reya. Iya, Reya! Reya Salsabila," jawab Clarissa dengan keras. Hampir seluruh murid sampai menoleh ke arahnya, Clarissa jadi malu sendiri lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.

Mendengar nama Reya membuat kening Kirana berkerut. Rasanya seperti tidak asing dengan nama itu. Tiba-tiba rasa penasarannya semakin besar. "Anak kelas mana?" tanyanya lagi seperti menuntut jawaban dari Clarissa.

Clarissa merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Kirana. Biasanya gadis itu tidak pernah kepo dengan asal usul orang lain yang tidak ia kenal. Tapi tak ayal Clarissa tetap memberi jawaban kepada Kirana.

"X IPS 3," jawabnya.

Entah kenapa perasaan Kirana semakin yakin kalau adik kelas yang bernama Reya itu tidak asing di telinganya. Tapi ia pernah mengetahuinya dimana?

- - - -

Jam mata pelajaran Geografi Lintas baru saja selesai. Bel istirahat pun sudah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas berebut siapa duluan yang melewati pintu hingga berdesakan. Rafael menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Bukankah mereka masih bisa keluar tanpa harus rebutan pintu seperti itu? Seperti anak kecil saja. Pikirnya.

RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang