[32.] Kencannya ... berhasil!

28 2 0
                                    

—ᝰ⸙—

Setelah kejadian di kantin hingga jam pulang sekolah tiba ternyata Rafael sama sekali tidak menemui Vanya. Lebih tepatnya tidak berani. Bahkan mengirimi pesan saja tidak. Vanya yang jadi khawatir sendiri. Sebenarnya Rafael ini kemana?

Namun, Vanya bisa menghela nafas lega ketika Rafael datang pada saat dirinya sedang menunggu Pak Yayan. Meski hanya sekedar untuk memberinya sebuah kotak sedang lalu pergi begitu saja. Ekspresi bahagia Vanya langsung berubah sedih. Vanya sudah berteriak memanggil nama laki-laki itu, tapi Rafael tidak menggubrisnya sama sekali. Menoleh saja tidak.

Waktu melihat motif kertas kado yang membungkus kotak sedang pemberian Rafael, Vanya jadi ingin tertawa karena gambar kertas kado itu adalah 'Thomas and Friends'. Kartun kesukaan Rafael. Vanya tidak bisa melunturkan senyumannya.

"El, sok misterius banget, sih. Gemes jadinya." Jika Rafael akan kucing-kucingan seperti ini terus, Vanya jadi main cinta. Eh? Ya, benar, kan?

Vanya harap isi dari kotak ini ada hubungannya dengan janji kencan berdua yang Rafael bicarakan di telepon semalam. Kalau benar, Vanya akan sangat berharap kalau kencan kali ini berhasil. Tidak ada hambatan dan masalah seperti kencan yang sebelumnya. Aamiin.

"Wih, apaan tuh?"

Clarissa. Gadis itu juga baru muncul sekarang. Sejak istirahat tadi dia kemana saja? Bahkan Clarissa tumben sekali membolos dalam dua mata pelajaran sekaligus tadi. Hmm ... Ada yang mencurigakan.

Vanya spontan memeluk kotak kado itu dengan erat lalu tersenyum manis. Mood-nya langsung membaik ketika mendapat hadiah dadakan ini dari sang pujaan hati yang tercinta. "Kepo!"

"Dih, mainnya rahasia-rahasiaan. Nggak seru!" desis Clarissa sebal.

Vanya terkekeh mendengarnya. "Jangan marah dong, ini dari ayang ku ...," ucap Vanya antusias.

Clarissa yang sejak tadi pagi memahami perubahan komuk wajah Vanya dari yang cemberut, sedih, hingga sekarang tiba-tiba bisa tersenyum lebar pun memicingkan matanya seperti menginterogasi sahabatnya itu. "Ayang-ayang an nih, ceritanya? Iya, sih, si paling punya doi." Clarissa menyenggol pelan bahu Vanya guna menggodanya.

Vanya menaikkan alisnya. "Apa? Iri, lo?"

Oke, drama singkat sebelum pulang sekolah dimulai.

Hhh ... Tidak biasanya mereka bertindak dramatis seperti ini. Entah karena Vanya yang sedang bahagia atau Clarissa yang sedang bersemangat. Keduanya memiliki watak yang kemiripannya itu 11 : 12. Bisa di simpulkan jika ada Kirana disini, maka dialah yang paling waras.

"Ck, iri? ... Sama, lo? Biasa aja, ah."

"Makanya yang nggak punya ayang mending diem, deh," sindir Vanya.

"Eh, enak aja. Gue pun—" Clarissa menelan ludahnya susah payah. Hampir saja satu rahasia yang sudah ia rahasiakan rapat-rapat terbongkar. Mulutnya ini mungkin ingin ditampar baru bisa diam.

"Apa?" tanya Vanya tidak santai.

Clarissa tersenyum tipis lalu merangkul pundak Vanya. "Santai aja ngomongnya. Nggak usah pakai melotot-melotot gitu. Entar kalau bola mata lo copot dari tempatnya, kan, ngeri."

Nah, sekarang siapa yang bisa disebut gila dan enggak jelas?

.....

Rafael💟♡

| pppp
| jangan lupa pake dressnya ya?
| dandannya yg tipis aja
   biar gak dilirik cowo lain
| 15 menit lagi aku nyampe di rumah kamu😘😘❤
18.47

RAVA : Rafael - Vanya ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang