EIGHTH - PROMISE

105 17 0
                                    

Eighth

       "Nih ambil...!" Gheo menyodorkan tas pakaian yang sepertinya tidak asing di indra kedua gadis itu.

Hani yang sedang meminum teh manisnya buru-buru menurunkan minuman itu.

"Apa nih...?" Tanya Hani sambil mengambil bungkusan itu dari tangan Gheo.

Sementara laki-laki itu duduk di samping Nataline membuat sang empu sedikit tidak nyaman dengan kelakuan Gheo.

"Seragam!" Pekik Hani tidak percaya sambil mengeluarkan seragam putih dari dalam tas itu.

"Kan kemarin gue ngotorin baju lo. Lagian di kasih duit gak mau...!" Tungkas Gheo malas.

"Bagus juga hehe..., btw thanks yah!" Tutur Hani.

Gadis itu menurunkan tas itu di samping tempat duduknya dan melanjutkan acara makannya.

"Pekan nanti ada film baru di bioskop, lo mau nonton...?" Tanya Gheo kepada Nataline dengan penuh pengharapan.

"Yaelah buaya!" Potong Hani.

Gheo mendelik melirik gadis itu tapi tidak menimpali ucapannya. Sekarang Gheo hanya fokus pada gadis itu saja.

"Ehm..., aku bantuin Mamah buat kue kalau hari minggu!" Jawab Nataline dengan penuh alasan.

Dia sudah berjanji pada Ibu nya tidak bermain-main lagi dengan laki-laki apalagi berpacaran. Apalagi setelah Ayahnya meninggal beberapa bulan yang lalu gadis itu terlihat banyak berubah menjadi lebih tertutup dari sebelumnya.

"Ouh gitu yah...?"

Nataline mengangguk, sementara Hani hanya menyunggingkan senyumnnya, dia tau Nataline hanya membuat alasan saja.

Seseorang menghampiri mereka dan dengan cepat mencengkram tangan Nataline membuat fokus mereka bertiga teralihkan.

"Ridwan manggil lo...!" Ucapnya datar.

Yang datang adalah Ditya, terlihat laki-laki itu terburu-buru dan tidak ingin membuang waktunya.

"Ouh...!" Nataline menggeliat mencoba melepaskan tangannya dan dengan cepat berdiri dari duduknya.

"Sepertinya aku harus ke kelas dulu Han..!" Tungkas gadis itu.

Hani mengangguk, dia sangat mengerti kesibukan gadis itu, apalagi sebentar lagi akan semakin sibuk mendekati pentas seni itu.

Gheo menghela napas setelah kedua orang itu pergi. Kini tinggal dirinya dan Hani yang saling berhadapan.

"Kenapa lo...?" Hani melemparkan snak kearah Gheo.

Laki-laki itu mendengus sebal, "apa gue kurang ganteng buat Nataline yah...?"

Hani terkekeh, ingin mengiyakan tapi takut seragamnya di tarik kembali. "Enggak kok, ganteng-ganteng...!" Ucap gadis itu terpaksa.

"Terus kenapa dia gak mau gue ajak jalan?"

Hani menghela napas dan menghentikan acara makannya. "Bukan gak mau, hanya saja Nataline sedang masa penyembuhan sekarang. Gue rasa itu akan sangat lama...!"

"Maksud lo...?"

"Bokapnya baru meninggal beberapa bulan lalu, you know gimana perasaan cewek ketika Bokapnya meninggal...!" Tutur Hani.

Gheo terdiam pantas saja gadis itu terlihat murung dan jarang sekali berbicara.

🧩🧩🧩

Gadis itu bergedik ngeri pasalnya Ditya sedari tadi masih mengikutinya dari belakang dengan gaya malas khas anak nakal di sekolah. Tangannya sengaja di masukan kedalam saku jaket dan laki-laki itu selalu memakai jaket hitam miliknya.

"A..aku bisa ke kelas sendiri kok!" Nataline menggigit kukunya.

Sudah hampir tiga tahun satu kelas bareng Nataline masih saja sungkan dengan laki-laki itu, mungkin karena Ditya jarang sekali berbicara.

"Ikut gue...!" Ditya kembali mencekal tangan gadis itu dan saat mendekati perpustakaan sebelum melewati kelas mereka Ditya menarik Nataline untuk memasuki ruangan itu.

Nataline terpaksa mengintili Ditya meski dia sedikit merasa takut sekarang. Nataline benar-benar tidak ingin berurusan dengan laki-laki itu, bila perlu dia ingin menjauh dan tidak bertegur sapa dengan Ditya.

"Kenapa kita kesini? Ridwan pasti menunggu ku!" Ujur gadis itu. Dia sangat tau kalau Ridwan bukan anak yang penyabar dan dia akan kena marah kalau lama menghampirinya.

"Gue ngarang soal itu. Dengar Nataline, gue liat lo di sekolah Garuda kemarin?" Kata Ditya to the point.

Nataline membulatkan matanya. "Kamu ada disana?" Celosnya.

Ditya mengusap rambut gondrongnya kebelakang dan terlihat wajah yang selalu tertutup sebagian itu.

"Ngapain lo disana?"

"A...aku mencari Hani!"

Ditya menyudutkan gadis itu, kalau bukan karena dia mungkin kemarin Nataline dan Gheo akan ketahuan oleh senior-senior Ditya disana. Apalagi tingkah keduanya yang mencurigakan akan membuat mereka berakhir dengan introgasi dari teman-teman Ditya yang lebih dewasa itu.

"Jangan ikut campur lagi! Gue juga peringatin, nasihatin temen lo gak usah berurusan dengan orang bernama Rio...!"  Tungkas Ditya.

Ditya memang tampak pendiam dan tidak perduli dengan orang lain, tapi pengalaman dia di luar sangatlah luas, setidaknya itu yang Nataline tahu. Namun kenapa laki-laki itu memperingatinya seolah perduli dengan dirinya.

Nataline meneguk ludahnya kelu lalu mengangguk dengan keras. Gadia itu hanya menunduk dan menggigit kukunya.

"Ck...!" Ditya memegang tangan Nataline menurunkan tangan gadis itu dari mulutnya.

"Jangan gigit kuku, itu lebih bahaya dari ngerokok!" Tungkasnya.

Nataline terdiam mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki itu berjalan pergi dan menjauh dari pandangannya.

🧩🧩🧩

"Lagi...?" Tanya Nataline tidak percaya.

Hani mengangguk dengan antusias. "Iyah kita akan pergi ke Bioskop tar minggu."

Nataline menggaruk belakang kepalanya sehingga kuncir satunya itu bergerak kesana-kemari. Gadis itu tidak tau harus mengatakan apa kepada Hani agar dia mengerti betapa bahayanya berurusan dengan Rio.

"Apa Kak Rio baik...?" Tanyanya.

Hani kembali mengangguk. "Iyah, dia bahkan beli-in gue boneka ini! Lucu kan?" Ucap gadis itu menunjuk gantungan boneka di tasnya.

Nataline tersenyum canggung. "Hehe...!" Kekehnya.

"Lo kenapa? Akhir-akhir ini keliatan lemes banget?"

Nataline menggelengkan kepalanya. "Enggak..., aku hanya merasa Kak Rio bukan orang yang baik!"

Hani langsung menghentikan langkahnya. Gadis itu menghadap kearah Nataline dan menyimpan tangannya di bahu gadis itu.

"Denger, tidak mudah dapetin yang kayak Kak Rio. Lo liat yang suka dia tuh banyak banget, itu membuktikan kalau Kak Rio orang yang baik...!"

"Tapi....,"

"Shutt...!" Hani menyimpan telunjuknya di mulut Nataline.

"Gue gak mau kehilangan sahabat kaya lo karena perbedaan pendapat diantara kita." Tungkasnya sebelum Nataline mengatakan apapun.

Dengan pasrah gadis itu mengangguk, "kalau ada apa-apa kamu harus beritahu aku!"

"Janji...!" Hani menyunggingkan senyumnya dan mengulurkan kelingkingnya itu kearah Nataline.

Dengan cepat Nataline pun menyambut uluran kelingking itu dan mengulas senyumnya.

🧩🧩🧩

Note : jangan lupa vote dan komen yah :)

Makasih.

__LittleGrey.

It's alright, This is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang