THIRTY-EIGHTH - ( At The Moment )

133 17 0
                                    

Thirty-eighth

Hani membasuh mukanya di wastafel kamar hotelnya. Dia sudah tau akan bertemu dengan Gheo di acara ulang tahun putra Nataline itu.

Tetapi mengapa dia se-emosial itu ketika bertemu dengan Gheo untuk kesekian kalinya. Hani menghela napas kasar kemudian dengan lunglai kembali ke kasur kamar hotelnya itu.

Hani lesehan sambil melihat ponselnya mengecek sosial media miliknya. Sebuah telpon masuk mengalihkan perhatian gadis itu membuat Hani menduduk-kan tubuhnya.

"Hallo sayang, sudah sampai di indonesia kah?"

Hani mengembangkan senyumnya. Sejenak dia melupakan soal Revan--- Seorang mahasiswa di Australia yang juga menyandang status sebagai kekasihnya semenjak satu tahun yang lalu.

"Iyah Kak, aku sudah sampai sekarang lagi di hotel baru saja pulang dari acara Nataline."

"Gimana seru acaranya?"

Hani terkekeh. "Iyah, Kakak tau yang bikin acara siapa, pastilah seru dan mewah."

"CEO MJ--- aku bahkan masih suka terkejut saat kamu bilang teman dekat dengan beliau!"

"Panggil saja Angkasa, dia bahkan lebih muda dari Kakak---"

Suara tertawa ringan terdengar dari telpon. "Baiklah, aku ada kerjaan lain. Selamat beristirahat sayang."

"Hem..., Kakak juga."

"Love you---"

Hani terdiam sebentar saat mendengar ucapan itu dari Revan, ucapan yang biasa dia lakukan ketika memutuskan telpon.

"Sayang kok gak jawab?"

Hani tersadar kembali dari pemikirannya itu. "Hem---Love you to!"

Sambungan terputus, Hani menatap layar ponselnya itu dengan penuh rasa bersalah. Hani yang seperti sekarang seperti telah menyangkal perasaan nya sendiri, karena pada nyatanya Gheo masih ada di dalam hatinya.

Hani menjatuhkan dirinya di ranjang dan terlentang seolah mencari kebebasan. Orang-orang terlihat mudah melupakan masalalunya, tetapi untuk dirinya itu terasa sulit.

Gheo terlampau mengetahui semua tentang dirinya dan apa yang Hani butuhkan dalam hidup.

Tapi mengingat beberapa tahun lalu, saat Gheo terisiksa bersama dengannya membulatkan tekad Hani untuk tidak ada di hidup laki-laki itu lagi.

Bahkan memikirkannya saja membuat gadis itu mengeluarkan air matanya. Masih terngiang di pikirannya saat Gheo tetap tersenyum ketika orang suruhan Neneknya itu memukuli Gheo.

🧩🧩🧩

Beberapa tahun lalu...

"Ahk...!" Suara pekikan itu terdengar menyayat di hati Hani.

Sama seperti Gheo yang sekarang sedang tersiksa di balik gerbang rumahnya itu, Hani yang melihat itu di depan gerbang juga merasakan rasa sakit dari setiap pukulan yang di layangkan kepada kekasihnya itu.

Bruk...

Gheo memegang perutnya sakit, pengawal Neneknya adalah orang-orang yang sangat kuat. Satu pun tidak bisa Gheo tangkis, dibenak laki-laki, jika ada satu saja rasa kasihan terhadap cucu nya yang hampir mati. Mungkin Srikandi akan membiarkan dirinya dan Hani hidup bersama.

"STOP...!" Hani menangis histeris.

Wanita tua itu menghampiri Hani dengan berjalan seolah tidak terjadi apapun kepada cucu satu-satunya itu.

It's alright, This is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang