Twenty-eighth
•
"---Lucu yah?"
"Haah?" Hani yang sedang mencuci buah di wastafel membalikan wajahnya menengok kearah Nataline yang sedang berjalan kearahnya.
"Anak baru itu maksud ku!"
"Ahk iyah--- Polos banget kek lo dulu." Hani tertawa kecil sambil mengelap tangannya yang basah.
"Dia nguleknya benerkan?" Tanya Hani khawatir karena Nataline malah menghampirinya meninggalkan anak itu sendiri di teras tengah mengulek bumbu rujak.
Nataline tiba-tiba di telpon Hani yang mengajak gadis itu untuk kerumahnya. Saat Nataline bertanya ada apa? Hani tidak menjawabnya serius.
"Gue denger Ditya kembali ke Indo bulan ini---" Hani kembali membuka pembicaraannya saat sedang berjalan menenteng buah segar di baskom kecil yang baru saja dia cuci.
"Benarkah? Aku masih merasa bersalah soal Ditya---" celos Nataline.
Gadis itu selalu bersedih saat membicarakan soal Ditya. Pasalnya saat masa kepergiannya dulu dari sekolah SMP karena kasus Ditya ketahuan membawa Narkoba.
Hani sudah tau anak itu membawa obat terlarang, tetapi malah karena Nataline lah anak itu ketahuan oleh guru.
Kasusnya cukup heboh bahkan lebih heboh dari pada kasus yang Hani alami, mungkin karena Ditya mengakui itu dan dia memang bersalah.
Tidak berapa lama, mereka bertiga akhirnya tahu bahwa Ditya di rehabilitas dan akhirnya pergi keluar negri.
Gheo satu-satunya orang yang masih berhubungan dengan laki-laki itu sampai sekarang, itulah kenapa Hani pun tau bahwa bulan ini Gheo akan liburan di Indonesia sebelum kembali berangkat untuk kuliah di luar negri.
"Enggak--- itu emang salah dia sendiri. Lagian kata Gheo dia baik-baik aja kok." Tungkas Hani.
"Ehk ngomong-ngomong Gheo kok belum datang?" Tanya Nataline sambil melihat kearah gerbang.
Hani yang mendengar itu menghentikan langkah kakinya dan hal itu membuat Nataline pun berhenti.
"Kenapa?"
Hani mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk dan menatap Nataline dalam. "Gue gak ajak dia, dan gue gak mengharapkan dia datang kali ini---"
Nataline mengerutkan keningnya heran, gadis itu langsung menggengam sebelah tangan Hani, ada apa dengan mereka. Biasanya separah apapun pertengkaran diantara keduanya, Hani atau pun Gheo tidak akan absen untuk datang bersama. Malah Nataline lah yang kadang tidak datang kalau sedang kumpul bersama.
"Kalian bertengkar lagi?"
Hani menggelengkan kepalanya. "Nat, gue suka sama Gheo!"
Nataline perlahan melonggarkan genggaman tangannya dari gadis itu. Ada perasaan yang tumbuh di lingkungan pertemannya dan Nataline tidak menyadari hal tersebut.
"Berapa lama?" Tanya Nataline.
Mata Hani berkaca-kaca, dia tahu hal ini akan menyakati Nataline. Mereka bertiga sudah berjanji akan selalu bersama tanpa adanya rasa suka satu sama lain melainkan menjadi saudara.
Nataline selalu mengatakan kalau ada perasaan lain, lebih baik jangan bersahabat. Tentu saja karena Nataline tahu kalau perasaan itu ada maka pertemanan mereka yang terancam hancur.
"Gue gak tahu, entah sejak hujan yang keberapa saat gue mulai melamunkan tentang dirinya di balik jendela."
Nataline menghela napas panjang dan akhirnya memeluk sahabatnya itu. "---Diantara banyak nya laki-laki mengapa harus dia? Aku tidak bicara soal persahabatan kita, tetapi soal keluarga Gheo." Tungkas Nataline.
Nataline tahu, keluarga Gheo adalah keluarga yang sangat sulit untuk masuki. Karena itu, dia takut kalau Hani benar-benar terlanjur mencintai Gheo dalam. Nataline takut gadis itu akan hancur.
"Gue tau itu, itulah kenapa gue baru jujur sekarang."
Sebelum Nataline melepaskan pelukannya ternyata Gilang berjalan memasuki rumah Hani karena merasa dua orang itu tidak kunjung keluar juga.
"Kalian teh lagi ngapain?" Tanya Gilang bingung.
Keduanya langsung melepaskan pelukan mereka, Hani buru-buru menyeka air mata di pelupuk matanya.
"Apaan sih lo gak sopan--" kesal Hani.
"Maaf teh, tapi itu bumbunya udah jadi, bumbu khas sunda ini pasti beda dan enak---" cengir laki-laki itu.
Hani mengembangkan senyumnya, tidak mungkin dia tidak tertawa kalau melihat wajah Gilang yang seperti itu. Begitupun dengan Nataline yang tertawa kecil.
🧩🧩🧩
"---Den mau pergi kemana?" Tanya Bi Asri yang sedang membereskan rumah.
Eyang Gheo sedang tidak ada di rumah besar saat ini, wanita tua itu sedang keluar kota bersama Ayahnya untuk mengurus beberapa perusahaan disana.
Karenanya Gheo bisa sedikit bebas sekarang, meski di hari biasanya dia tetap harus mengikuti les yang di daftarkan oleh Eyangnya tersebut.
"Rumah Hani Bi!" Senyum merekah di bibir laki-laki itu menandakan dia sedang bahagia.
Gheo hendak mengajak Hani untuk pergi ke Bioskop hari ini, dia sudah memesan dua tiket untuk dirinya dan Hani karena Gheo tahu Nataline selalu belajar di rumah dan tidak mau diganggu di hari minggu.
"---Jangan ke maleman Den!"
Gheo mengangguk, buru-buru laki-laki itu keluar dari rumahnya dan memasuki mobil yang memang selalu ada di halaman rumah besar itu.
Sembari mengemudikan mobil, Gheo tidak hentinya tersenyum. Mungkin karena hari ini dia di penuhi kebahagiannya karena akan bertemu dengan Ditya juga.
Anak itu akan pulang dari luar negri dan Gheo sudah sangat lama merindukan kebersamaan mereka. Gheo berpikir kalau saja mereka bisa pergi ke taman kota seperti dulu, mungkin itu sangat menyenangkan.
Tetapi sayang, ada konflik yang terjadi antara Nataline dan Ditya yang membuat keduanya tidak saling berhubungan lagi. Begitupun dengan Ridwan yang sekarang menjabat sebagai ketua osis di sekolahnya semakin sibuk dengan kegiatannya itu.
Menyatukan kebersamaan lima orang sekarang lebih sulit dari pada mengerjakan sola fisika. Memikirkan hal itu tanpa terasa kini Gheo sudah sampai di depan rumah Hani.
Rumah yang dulu kumuh itu sekarang lebih terlihat segar, tentu saja karena Gheo memaksa Hani untuk menanam tumbuhan di halaman rumah nya.
Meski pada akhirnya hanya kaktus yang di taman dengan alasan Hani tidak ada waktu untuk menyiram tanaman. Kaktus ini pun Gheo yang siram ketika laki-laki itu berkunjung kerumahnya.
"Jangan bilang Hani gak siram kalian lagi? Huuh--- udah dua minggu gue gak kesini." Celos Gheo sedikit berbicara dengan tamannya dan dengan cepat berjalan melewati halaman rumah Hani.
"---Han lo di rumah gak?" Teriak Gheo.
Buru-buru laki-laki itu mengetuk pintu rumah Hani beberapa kali. Terdengar suara langkah kaki membuat Gheo merapihkan pakainnya dan siap untuk tersenyum menyambut gadis itu.
Klik...
Pintu terbuka.
"Ouh Yo ternyata kamu---" Nataline yang membuka pintu.
Senyum Gheo luntur berubah dengan banyak pertanyaan di pikirannya.
"Nat lo disini?!" Ucapnya terkejut pasalnya Nataline tidak mungkin ada di rumah Hani kalau tidak ada hal yang penting di hari minggu seperti ini.
🧩🧩🧩
Note : jangan lupa vote dan komen yah :)
Makasih.
__LittleGrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's alright, This is love
Teen Fiction[ L.O.V.E SERIES - FICTION DEWASA MUDA ] ONGOING • [ Aku tidak pernah merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa. Tapi jika bisa memilih aku ingin mengubah takdir dengan tidak bertemu dengan mu di kehidupan ini--- Cleo Hanindya Mahesa.] [ Cinta itu...