SIXTH - MEROKOK

115 19 0
                                    

Sixth

        "Kak Rio...!" Hani melambaikan tangannya kearah laki-laki yang ada di depan gerbang sekolahnya.

Rio tersenyum penuh arti melihat gadis itu berlari menghampirinya kemudian memeluknya sesaat. Mata laki-laki itu melirik Nataline yang berjalan lambat menatap keberadaan mereka.

Nataline memegang tali dari kedua tasnya dengan takut apalagi melihat tatapan tajam dari Rio--- itu cukup menjelaskan bahwa Rio tidak ingin Nataline mengatakan apapun soal dirinya yang mendapat pesan dari Rio beberapa waktu yang lalu.

"Dia punya cowok...?" Entah dari mana tiba-tiba saja Gheo berjalan di samping Nataline.

"Iyah....!" Celos Nataline.

"Kenapa sama anak SMA, gak takut apa yah!" Tutur Gheo.

Nataline menghentikan langkahnya menatap Gheo. "Begitukah?" Tanya Nataline.

Gheo mengangguk semangat, akhirnya setelah sekian lama Nataline bertanya kepada dirinya. "Biasanya sih gitu! Tapi kalau diliat lagi gak akan terjadi sesuatu sama Hani, dia kan bukan cewek!" Kekeh Gheo.

Nataline meneguk ludahnya, dia sangat ketakutan sekarang, mungkin orang lain tidak mengenal Hani seperti Nataline mengenal gadis itu. Hani memang terlihat seperti laki-laki di luar tapi sebenarnya dia sangat naif melebihi Nataline.

"Nat lo pulang naik apa?" Tanya Gheo saat mereka ada di gerbang.

Gheo sendiri sudah di tunggu oleh supirnya disana, sementara Hani sudah pergi menghilang dari sana sedari tadi.

"Naik Angkot...!" Ucapnya.

"Mau ikut gue gak? Gue anter sampe rumah deh!" Gheo menyunggingkan senyumnya.

Nataline menggelengkan kepalanya, gadis itu tersenyum tipis dan berjalan menjauhi Gheo hendak menunggu angkot lewat.

Namun hatinya masih saja bimbang, harusnya apapun yang terjadi Nataline jujur kepada gak Hani tentang prihal Rio. Nataline terlalu takut gadis itu marah dan meninggalkannya.

Nataline melihat kearah Gheo yang sudah menaiki mobilnya. Gadis itu buru-buru berlari dan memagang pintu mobil Gheo.

"Bisa bantu aku gak...?" Ucapnya terenggah.

Gheo yang hampir saja duduk di kursi mobilnya menaikan alis melihat gadis itu. "Iyah...!"

"Ayo kita ke sekolah Kak Rio, aku mengkhawatirkan Hani...!" Tuturnya.

🧩🧩🧩

"Kak kenapa kita kesini...?" Tutur Hani.

Sekarang mereka sedang ada di belakang sekolah, ada gang kecil antara kelas paling belakang dan benteng belakang sekolah. Hani bisa menebak bahwa itu tempat terbaik untuk berbuat nakal bagi siswa-siswa badung yang ada di sekolah ini.

Hal itu terbukti dengan banyaknya puntung rokok yang berserakan di tanah.

"Tidak papah disini lebih aman." Ucap Rio menatap gadis itu dengan tatapan mendamba.

Tangan Rio perlahan meraba wajah Hani dan membenarkan anak rambut gadis itu. Rio memang menyukai Nataline, tapi apa boleh buat kalau Hani menyukainya Rio bisa lebih mudah memanfaatkan gadis itu terlebih dahulu.

"Kak...!" Lirih Hani saat laki-laki itu mulai menyudutkannya di tembok.

Hani bukannya tidak paham apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia hanya tidak menyangka kalau hal itu terjadi sangat cepat. Namun gadis itu menempik pikirannya, mungkin karena ini adalah pertama kalinya dia memiliki seorang kekasih.

Gadis itu juga masih berpikir-pikir kalau memang pacaran itu seperti apa yang Rio lakukan sekarang. Seperti yang Nataline katakan Hani sangat Naif jika berurusan dengan laki-laki.

Kretekk...

Terdengar seorang yang menginjak dedaunan kering membuat Rio menghentikan aksinya itu. Rio menatap Hani dengan penuh cinta, laki-laki itu mengusap lembut bibir Hani. "Sepertinya disini ada orang, ayo kita kelapangan saja!" Ujur Rio menggandeng tangan gadis itu.

Hani masih tidak berbicara, terlalu terkejut dengan apa yang mereka lakukan barusan meski hanya sekedar ciuman di bibir saja.

Namun gadis itu buru-buru mengangguk-kan kepalanya. Rio adalah laki-laki pertama yang dia sukai jadi Hani sangat tidak ingin laki-laki itu marah karena perlakuannya yang tidak wajar.

"Kakak mau latihan lagi?" Tanya Hani.

Rio mengangguk-kan kepalanya. "Yah, teman-teman ku sudah menunggu disana!"

Hani mengangguk dan mengikuti langkah laki-laki itu untuk pergi dari sana. Setidaknya Hani merasa lega sekarang, dia hanya perlu penyesuaian saja. Setidaknya mencintai seseorang perlu pengorbanan seperti itu.

Sementara di tempat lain ada dua orang yang sedang mengintip dari balik tembok kelas.

"...mmhhpp!" Nataline merasa pengap karena bekapan Gheo. Tangan gadis itu berusaha melepaskan tangan Gheo dari mulutnya.

"Hahhh..., Gheo kamu mau membunuh ku!" Kesalnya sesaat setelah Gheo melepaskan bekapannya itu.

Laki-laki itu terkekeh. "Dari pada ketahuan kan tidak bagus!"

Nataline tidak menggubris ucapan laki-laki itu. Gadis itu menatap nanar kearah perginya Hani.

"Aku merasa Kak Rio memang bukan laki-laki yang baik!" Ujur Nataline.

Gheo memegang pinggangnya, "bukannya wajar ciuman kalau udah pacaran yah?"

Nataline menggelengkan kepalanya. "Mereka baru pacaran kemarin!" Celos gadis itu.

"Kemarin?!" Gheo terkejut.

"Iyah...!"

"Wah...! Laki-laki mesum!" Ujurnya.

Gheo saja tidak pernah berani melakukan hal seperti itu kepada barisan mantannya dulu.

"Gheo makasih udah nemenin aku yah!" Kata Nataline. Dia benar-benar bersyukur Gheo menemaninya tanpa menanyakan apapun, kalau saja Gheo tidak ada mungkin Nataline tidak akan berani mengikuti Hani bahkan sampai ke sekolah Rio.

"Slow aja Nat, buat lo apa sih yang enggak!" Ujur Gheo tersenyum jahil.

"Sebaiknya kita pergi dari sini!" Ujur Nataline.

Gheo mengangguk-kan kepalanya setuju. "Gue juga berpikir seperti itu."

🧩🧩🧩

Hani beberapa kali menyalakan korek api di tangannya namun tidak kujung menyala. Gadis yang memakai jaket hitam itu berjongkok di dekat warung yang buka malam di sekitaran rumahnya itu.

"Sial...!" Hani akhirnya mengambil rokok yang ada di mulutnya kemudian memasukan kembali benda itu kedalam kotaknya.

Itu adalah kebiasaan buruk Hani. Saat dia gelisah dan khawatir dia akan lari ke rokok. Untung saja kebiasaan itu hanya saat dia merasa cemas saja.

Bruk...

Gheo menjatuhkan barang belanjaannya, dia bermimpi apa sebenarnya sehingga seharian ini dirinya bertemu terus dengan gadis berambut pendek itu.

Hani mengangkat kepalanya dan mendapati Gheo sedang berdiri mematung di hadapannya itu.

"Lo...lolo..., ngerokok?" Ucap Gheo ragu bercampur dengan ketidak percayaan.

Hani mengerutkan keningnya, gadis itu dengan cepat berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Gheo.

Kesialan apalagi ini, mengapa harus Gheo yang mengetahui sisi gelap dalam dirinya itu. Bahkan Nataline saja tidak tahu kalau gadis itu merokok.

🧩🧩🧩

Note : jangan lupa vote dan komen yah :)

Makasih.

__LittleGrey.

It's alright, This is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang