Twenty-second
•
15 tahun kemudian...
Dewasa artinya sendirian--- meski begitu ada orang yang selalu Hani ingin datangi ketika kembali ke negara-nya.
Saat bertemu orang itu hatinya akan menghangat dan semua ke khawatiran hilang dalam sekejap mata. Nyatanya kita tidak sendirian--- hanya saja sebagai orang dewasa kita di tuntun untuk kemandirian, tidak selalu mengandalkan orang lain untuk hidup kita.
Pesawatnya landing sekitar satu jam yang lalu. Hani tidak memberitahu siapa pun tentang kedatangannya kembali ke Indonesia.
Tapi dia tau Nataline sedang mengadakan pesta ulang tahun putra keduanya di sebuat Ballroom Hotel berbintang lima--- jangan tanya akan semewah itu, menyandang nama belakang Manggala sudah di pastikan menjadi sultan dalam sekejap mata.
Kadang Hani tidak habis pikir dengan kehidupan kedua sahabatnya itu, dulu bahkan Nataline takut saat bertemu dengan Ditya atau sekarang lebih di kenal sebagai Angkasa CEO MJ Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Hani juga tidak pernah menyangka kalau Ditya ternyata memiliki perusahaan sebesar itu. Anak badung yang dulu sering berbuat nakal di sekolah ternyata adalah anak orang kaya, bedanya dengan Gheo--- Laki-laki itu menunjukan kekayaannya sejak dulu.
Namun Gheo tetaplah Rich yang sebenarnya, dia akan selalu mendapat pemasokan meski tidak bekerja keras seperti Ditya--- memikirkan hal itu lagi-lagi Hani mengingat laki-laki itu.
Hani menggelengkan kepalanya, kini dia berjalan memasuki hotel itu dan berniat memberikan kejutan kepada Nataline.
Hani celingguk-kan ketika melihat ruangan mewah itu dengan dekor yang bahkan lebih ramai dari pada sebuah pesta pernikahan.
"---Han lo dateng juga?" Sebuah panggilan membuat Hani membalikan tubuhnya melihat siapa gerangan yang menyapa nya itu.
"Shifa?"
Hani hampir saja tersedak ludahnya sendiri. "Wah apa ini, cantik banget lo sekarang!"
Shifa tersenyum kemudian memeluk Hani dan menemukan kedua pipi mereka. "Gue kira lo masih di Aus---"
Hani menggeleng, "gue udah lulus ngapain tinggal disana!"
"Kirain disana lebih menyenangkan dari pada disini, gue liat lo udah punya gandengan disana." Ucap Shifa menyungging laman story Instagramnya yang memang menampilkan potret dirinya dengan seorang laki-laki.
"Ahk iyah---" Hani terkekeh.
Shifa menggandeng tangan Hani berniat membawanya untuk duduk di bangku yang ada disana agar bisa berbincang lepas.
"Lo harus cerita pokoknya, siapa cowok itu." Shifa menyunggingkan senyumnya terlihat antusias.
Hani hanya bisa tersenyum tipis pasrah dengan ke kepoan temannya tersebut.
🧩🧩🧩
Sekarang Hani tinggal seorang diri duduk di barisan paling depan setelah kepergian Shifa yang sedang mencari makan.
Hani melambaikan tangannya sehingga sang pemeran utama yang sedari tadi ada di panggung terlihat terkejut melihat keberadaan dirinya disana.
Nataline mengembangkan senyumnya turun dari panggung dengan hati-hati. Perutnya menonjol, bisa di pastikan wanita itu tengah mengandung anak ketiganya yang baru berusia lima bulan.
Hani menghampiri wanita itu tidak ingin sahabatnya berjalan terlalu jauh dalam kondisi seperti itu.
"---Dulu gue pergi lo lagi bunting anak pertama, sekarang lo udah hamil lagi bukan anak kedua tapi anak ketiga!" Hani terkekeh.
"Kamu ini, siapa suruh pergi keluar negri lama banget." Kesal Nataline.
Hani membantu wanita itu dan akhinya mereka duduk di kursi yang tadi Hani duduki.
"Malangnya Fajar---"
"Kenapa?"
"Karena pas hamil sama lahiran gak ada gue yang nemenin lo--- gue tebak tar anak itu yang paling berbakti sama orang tuanya."
Nataline hanya terkekeh sesekali melihat putranya di gendongan Ditya masih diatas panggung meski laki-laki itu juga menyadari kedatangan Hani tadi.
"Kamu pulang gak bilang-bilang Han? Ku kira gak akan datang ke sini!"
"Ck! Kejutan, mana ada orang yang bilang mau ngejutin!" Sebalnya.
Nataline kembali terkekeh. "Iyah juga!"
"Gue mau menetap di Indonesia--- sekarang lagi bikin brand sendiri sih disini." Ucap Hani.
Tiba-tiba pembicaraan mereka menjadi serius. "Baguslah, akhirnya cita-cita kamu terwujud Han!"
Hani mengangguk. "---Dan beberapa bulan kedepan mungkin gue akan sibuk sih."
Nataline mengangkat alisnya.
"Gue mau nikah---"
Nataline terdiam sambil menatap gadis itu, tidak ada unsur bercanda disana.
"Sama siapa?"
"Kak Revan, dia masih di Australia sekarang sedang mengurusi beberapa berkas disana. Saat dia pulang kita akan mengurus pernikahannya."
Nataline mengangguk paham. Dia tidak pernah bertemu dengan laki-laki bernama Revan yang Hani sebutkan. Tetapi Nataline selalu mendengar ceritanya dari gadis itu. Sepertinya dia memang laki-laki yang baik.
"---Terus Gheo?" Lirih Nataline.
Sebelum Hani menjawab sang empu sudah ada di hadapan mereka, sedikit mendengarkan percakapan kedua wanita itu, Gheo paham apa yang mereka perbincangkan.
"Gue juga mau married--- Tahun ini, mungkin sebelum Hani atau malah sesudah dia." Tungkas Gheo membuat keduanya langsung melirik ke sumber suara.
Hani langsung berdiri dari duduknya. Dia menatap laki-laki di hadapannya itu lekat. Masih dengan wajah dan tubuh yang sama, yang berbeda dari terakhir kali Hani melihat laki-laki itu adalah tatanan rambutnya dan gaya berpakaiannya.
Raut wajah laki-laki itu pun berbeda, dari senyum yang teramat tulus menjadi senyum penuh kepalsuan.
Hani mengulurkan tangannya. "Kabar lo baik?" Tanyanya memaksakan senyum penuh kerinduan itu.
"Yah--- lo terlihat baik-baik saja, karena itu gue juga baik." Gheo menyambut uluran tangan Hani dan mencengkramnya erat.
Gadis itu mematung, dia teringat kata-kata terakhirnya sebelum pergi keluar negri. Dia teringat masa-sama dimana dia dan Gheo bersama sebagai seorang kekasih.
Hani mengingat semuanya tahun-tahun penuh warna bersama laki-laki dihadapannya itu. Saat mengingatkan matanya kembali memanas dan air matanya mendesak untuk keluar.
"---Nat, gue ke toilet bentar!" Ucap Hani melepaskan tangannya dari Gheo dan buru-buru berjalan pergi dari sana.
Nataline menatap punggung sahabatnya itu, dia tau apa yang di rasakan oleh Hani meski perjalanan cintanya tidak serumit sahabatnya itu.
"Harusnya kamu gak bicara seperti itu---!" Keluh Nataline.
"Kenapa Nat? Apa cuma gue yang bisa mendengar hal mengerikan seperti penikahannya itu? Gue juga bisa!" Kesal Gheo penuh keputus asaan.
Nataline hanya bisa menghela napasnya kasar. "Aku selalu bingung dengan kalian berdua, dulu saling memberikan cinta dan sekarang saling memberikan luka."
Gheo menyunggingkan senyumnya. "---Dia yang memulainya, dia yang lebih dulu menyerah Nat. Gadis itu masih sama sangat egois dan keras kepala seperti dulu."
Mata Gheo menerawang mengingat kenangan lama saat dirinya masih bersama dengan Hani.
🧩🧩🧩
Note : jangan lupa vote dan komen yah :)
Makasih.
__LittleGrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's alright, This is love
Genç Kurgu[ L.O.V.E SERIES - FICTION DEWASA MUDA ] ONGOING • [ Aku tidak pernah merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa. Tapi jika bisa memilih aku ingin mengubah takdir dengan tidak bertemu dengan mu di kehidupan ini--- Cleo Hanindya Mahesa.] [ Cinta itu...