Sixteenth
•
Pak Yuda terlihat berdiri sedang melihat murid yang sedang praktek di depan. Hari ini adalah praktek ber-negosiasi seperti apa yang telah dia suarakan minggu lalu.
"---Ridwan dan Shifa adalah yang terbaik sejauh ini."
Anak-anak itu bertepuk tangan dengan keras. Tentu saja mereka sudah menyangka bahwa Ridwan bisa menyelesaikan hal ini meski Shifa berada di peringkat paling bawah.
"Selanjutnya---" Pak Yuda menggaruk dagunya berpikir siapa yang akan selanjutnya ke depan.
"Ahk---, murid baru dan Hani!" Tunjuk Pak Yuda.
Hani mengeratkan genggamannya pada kertas yang dia pegang sedari tadi. Dia sering ke depan namun tidak pernah seserius ini.
Hani selalu berbuat onar dan tidak pernah serius ketika persentasi di depan kelasnya. Gadis itu bahkan sering mengejek guru dan berakhir tidak baik.
Hani melirik kearah Gheo. Laki-laki itu sekarang berdiri dari duduknya. Entah keberanian dari mana, yang pasti melihat tekad Hani beberapa hari kebelakang sekarang Gheo menjadi sangat bersemangat.
Dia tidak yakin hasilnya akan sempurna, namun apapun itu Gheo merasa tidak memiliki beban apapun.
Gheo menggenggam tangan Hani erat. "Ada gue tenang aja---"
Hani mengangguk, akhirnya gadis itu berdiri dari duduknya dan berani untuk berjalan kedepan.
Nataline mengulas senyum penuh arti, dia tidak menyangka sekarang temannya menjadi pribadi yang mulai membaik.
🧩🧩🧩
Praktek-praktek dan kegiatan sekolah sudah di lalui oleh anak-anak kelas sembilan. Kegiatan seperti itu yang membuat mereka sibuk dan bahkan tidak mempunyai waktu untuk mengurusi hal apapun.
Begitupun dengan Hani yang merasa energi nya setiap hari terkuras memikirkan kegiatan-kegiatan sekolah. Gadis itu sekarang tau mengapa Nataline terlihat tidak perduli dengan banyak hal, nyatanya kegiatan sekolah saja sudah penuh dan tidak ada tempat untuk hal lainnya.
"Bekal ku---" ucap Hani setelah menyelesaikan makannya.
"Ouh iyah tunggu Mamah sudah menyiapkannya!" Ayuni mengembangkan senyumnya. Semenjak anak itu kembali kerumah, Hani tidak banyak membantah lagi.
Apalagi Ayuni lihat putrinya itu tertarik pada kegiatan sekolah dan bahkan memintanya untuk membuat bekal alih-alih meminta uang jajan.
"Hari ini ada pentas seni untuk ujian seni budaya di sekolah, aku gak tau akan pulang jam berapa---" ucap Hani sambil mengambil kotak makan dari tangan Ayuni.
Wanita itu mengangguk-kan kepalanya. "Semangat Nak! Mamah yakin kamu akan melakukan yang terbaik!"
Hani terdiam, dia belum pernah tersenyum kepada wanita itu. Meski begitu Ayuni tetap bersyukur karena Hani mulai mengatakan apapun yang dia lakukan dan dia butuhkan kepada dirinya.
"Hati-hati di jalan!" Ayuni melambaikan tangannya.
Namun dengan cepat Hani menggapai tangan wanita itu dan mencium untuk pertama kalinya. "Ma...makasih Mah!" Ujur Hani berjalan pergi memunggungi Ayuni tanpa berkata apapun lagi.
Wanita itu terdiam, matanya berkaca-kaca. Entah apa yang terjadi kepada putrinya itu, dia benar-benar merasa menjadi seorang Ibu sekarang.
Seorang laki-laki menghampiri Ayuni karena merasa wanita itu belum juga kembali masuk rumah.
"Masuk! Aku pengen---" katanya teramat datar.
Ayuni hanya bisa menghela napas kasar, kalau bukan karena laki-laki itu pernah menyelamatkan hidupnya dan juga Hani, dia tidak akan mungkin mau melayani laki-laki itu bahkan sampai mengabaikan pengakuan Hani kepadanya dulu.
🧩🧩🧩
Saat sampai di kelas semua orang tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hani bahkan tidak menduga bahwa anak-anak sudah datang sebelum dirinya.
"Gawat---! Gue baru denger Andre gak bisa masuk karena sakit demam." Ucap Ridwan terlihat kelimpungan.
Hani buru-buru menyimpan tas nya dan menghampiri laki-laki itu.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Andre gak bisa masuk, gimana ini. Dia adalah pemeran utamanya." Ucap Ridwan.
Nataline pun terlihat panik. "Cuma dia yang tau naskahnya!"
"---tapi semua orang sudah tau jalan ceritanya kan?" Tanya Hani.
Ridwan mengangguk. "Gue tau--- tapi gue gak jago akting!" Celos Ridwan.
Sedang berdebat tiba-tiba pintu kelas terbuka menampilkan Gheo yang baru saja datang ke kekelas.
"Hai guys pangeran datang---" ucap anak itu sudah tidak memiliki rasa malu setelah beberapa bulan di sekolah ini.
Hani langsung melihat kearah laki-laki itu. Sepertinya Gheo bisa di bilang cocok untuk memerankan karakter tokoh utama, Hani juga melihat akhir-akhir ini dia sering menemani Andre latihan karena menurutnya naskahnya bagus dan seharusnya dia yang memerankan. Anak itu bahkan sampai di ledek oleh Andre.
"Gimana kalau Gheo---?" Tunjuk Hani membuat beberapa orang melihat Gheo yang berdiri di dekat pintu.
"Hah--- kenapa pada liatin gue?" Tanya Gheo bingung.
Ridwan langsung menghampiri laki-laki itu dan memegang pundaknya penuh pengharapan.
"Yo--- lo harus nyelametin kelas kita!"
"Maksud lo?"
"Pokoknya lo harus jadi pahlawan hari ini!"
Gheo meneguk ludahnya kelu, jangan-jangan Ridwan akan menjadikan nya tumbal agar pementasannya sukses.
Hani dan Nataline juga beberapa teman mereka menatap Gheo penuh pengharapan. Sementara yang di tatap masih bingung dengan keadaan.
"Tunggu, kenapa gue harus jadi pahlawan? Apa lo mau tumbalin gue Wan?"
Ridwan menggelengkan kepalanya. Seperti yang Hani bilang bahwa laki-laki itu mempunyai potensi di bidang seni. Lagi pula kalau pun Gheo tidak dapat mendalami peran wajah rupawannya itu akan membantu setidaknya adik-adik kelas akan terpesona karena itu.
"---Lo harus berperan sebagai pemeran utama." Hani menghampiri laki-laki itu.
Gheo terdiam, tiba-tiba? Pikirnya. Gheo langsung melihat kesekeliling dan benar saja dia tidak mendapati Andre ada dimana pun sekarang.
"Ke...kenapa gue?"
Hani memegang pundak sebelah Gheo. "Karena lo yang paling cocok."
Ridwan mengangguk-kan kepalanya. "Tidak ada waktu untuk berpikir dan menolak, kita harus bersiap-siap sekarang."
Akhirnya semua anak kembali pada tugas masing-masing mengabaikan reaksi Gheo yang masih linglung.
Ridwan pun berjalan pergi menghampiri Nataline untuk menyuruh anak itu pergi ke bawah mengecek dekor panggung mereka.
"Gue harus apa?" Tanya Gheo melihat Hani.
"Ikut gue, lo hapalin naskah dan biar gue yang rias wajah lo---"
Lagi-lagi Gheo hanya bisa meneguk ludahnya. Dia memang ingin jadi pemeran utama tapi bukan seperti ini.
Gheo tidak ingin menjadi pemeran utama dadakan seperti tahu bulat.
🧩🧩🧩
Note : jangan lupa vote dan komen yah :)
Makasih.
__LittleGrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's alright, This is love
Teen Fiction[ L.O.V.E SERIES - FICTION DEWASA MUDA ] ONGOING • [ Aku tidak pernah merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa. Tapi jika bisa memilih aku ingin mengubah takdir dengan tidak bertemu dengan mu di kehidupan ini--- Cleo Hanindya Mahesa.] [ Cinta itu...