TENTH - KESALAHAN

120 17 0
                                    

Tenth

        Hani melewati Nataline meski mereka datang hampir bersamaan. Gadis itu berjalan lurus tanpa menatap Nataline.

"Han...!" Celos Nataline kemudian menunduk menyesali segala perbuatannya kemarin.

"Nih...!" Tiba-tiba tanpa gadis itu duga Gheo sudah ada di hadapannya menyodorkan lolipop yang masih terbungkus kearah wajahnya.

Gadis itu tersenyum tipis, "makasih!" Nataline mengambil lolipop itu dari tangan Gheo.

"Udah lo gak usah pikirin soal Hani lagi, lagian dia juga sudah besar!" Tutur Gheo mengimbangi langkah gadis itu.

Lagi-lagi Nataline hanya menyunggingkan senyumnya, benar kata Gheo. Tapi itu bertentangan dengan prinsipnya untuk selalu mengingatkan sahabatnya agar tidak berbuat salah.

"Ehk nanti kita latihan yah pas pulang sekolah, lo mau minuman apa? Nanti gue pesenin...!" Ujur Gheo.

Nataline menghentikan langkah kakinya, "kenapa kamu baik sama aku?" Tanya Nataline.

Gheo terdiam. Sebenarnya dia sudah mempersiapkan dirinya untuk mengaku tentang perasaannya kepada gadis itu. "Gue suka sama lo...!" Tungkasnya.

Nataline terdiam, gadis itu sedikit menggelengkan kepalanya kemudian berjalan mendahului laki-laki itu.

Dia sekarang mulai bosan dengan ungkapan cinta dari seorang laki-laki, mungkin banyak orang suka itu tapi Nataline tidak, dia benar-benar tidak ingin berpacaran sekarang.

Nataline berniat membantu ibunya dan untuk itu dia harus bekerja keras belajar kemudian mendapat pekerjaan yang baik.

"Nat...!" Teriak Gheo.

Laki-laki itu berlari menghampiri Nataline. "Lo gak marah...?"

Nataline menyunggingkan senyumnya. "Maaf yah aku gak mau pacaran!"

Gheo meyunggingkan senyum hampa, dia sudah tau akan mendapat jawaban seperti itu dari Nataline. "Enggak kok gue juga cuma bilang aja hehe..." Gheo terkekeh meski hatinya terasa sakit.

Nataline mengangguk-kan kepalanya. "Sudah sampai ayo masuk!"

Gheo mengangguk mengikuti langkah gadis itu.

🧩🧩🧩

Kak Rio : "Nanti malam ada party di apartemen ku datang sayang...!"

Hani meneguk ludahnya kelu, laki-laki itu benar-benar anak yang bebas dan pergaulannya sangat luas. Hani harus mengimbangi pergaulan Rio sekarang karena dia menyukai laki-laki itu.

"Kenapa kok ngelamun?" Ucap Ridwan yang sedang mendata murid kelasnya.

Hani buru-buru menggelengkan kepalanya. "Kagak! Ngapa emang?"

Ridwan menunjuk kearah sudut kelas. "Kumpul disana, Shifa tadi nanyai lo mau bahas soal riasan gitu!" Kata Ridwan.

Hani mengangguk-kan kepalanya. "Oke gue kesana sekarang."

Kelas ini tampak sibuk berkelompok dengan divisi masing-masing. Hani berkumpul bersama kelompok tata rias sementara Nataline sedari tadi membuntuti Ridwan kesana kemari untuk mengatur anak-anak kelasnya.

Di sudut lain ada dua orang laki-laki yang menghela napas menyilangkan tangannya di dada terlihat bosan.

"Jadi kita gak berguna...?" Ucap Gheo.

Ditya mendelik, sebenarnya dia tidak ingin berbicara lebih tepatnya ingin duduk kembali untuk tidur.

"Heh..., kenapa diam mulu sih?"

"Ck! Tugas kita itu nanti pas bikin panggung! Itu sih yang Ridwan bilang." Tungkas Ditya.

"Itulah kenapa, apa gue kurang ganteng buat jadi pemeran utama? Sepertinya gue harus protes ke Ridwan...!" Gheo bermonolog sendiri karena Ditya sudah menutup telinganya dengan aerphone.

Laki-laki itu mendelik saat melihat kearah Ditya. "Dia gak denger..!" Celos Gheo akhirnya memutuskan untuk berlenggang pergi dari sana menghampiri Ridwan.

Ridwan tengah berbicara dengan Nataline seakan pembicaraan mereka tidak habis-habis sedari tadi.

"Wan...!" Panggil Gheo.

Kedua orang itu melirik kearah Gheo bersamaan. "Apa...?" Tanya Ridwan.

"Ehm..., itu..." ucapan Gheo kembali terhenti karena anak lain menyela ucapannya.

"Wan nih udah jadi poster sama tiketnya." Anak laki-laki itu langsung menyerahkan pekerjaannya itu kepada Ridwan.

Pokus Ridwan langsung buyar dan laki-laki itu buru-buru memeriksa pekerjaan dari kelompok promosi tanpa memperdulikan Gheo, mungkin Ridwan pikir pekerjaan ini lebih penting dari ucapan Gheo.

Begitu pun dengan Nataline yang juga pokus melihat ponster yang Ridwan pegang.

"Wan, sepertinya tanggal salah, yang tertulis 1 Agustus tapi aku tanya ke guru pentasnya akan di laksanakan  3 Agustus...!"

Ridwan mengepalkan tangannya. Laki-laki itu bergegas pergi ke meja guru dan membanting kertas itu dengan keras ke meja.

Brukk...

Semua orang langsung menatap kearah Ridwan terutama kelompok promosi.

"Ini siapa yang tadi mengecek hasil akhirnya dan mengatakan kepada gue udah bener...?" Ucap Ridwan.

Jia--- seorang gadis yang terlihat polos itu mengangkat sebelah tangannya.

"Jia lo bener-bener yah....," Ridwan langsung menghampiri gadis itu.

Gheo menatap kearah Nataline terkejut dengan Ridwan yang marah, gadis itu hanya mengerjapkan matanya dengan cepat menyusul Ridwan.

🧩🧩🧩

Baru saja keluar kelas anak-anak langsung membicarakan Ridwan yang marah tadi.

"Kasian Jia yah." Ucap Caca yang baru saja keluar kelas bersama Hani.

Hani hanya menyunggingkan senyumnya, dia juga bergidik ngeri saat melihat Ridwan memarahi gadis itu bahkan sampai Jia menangis karena takut. Tapi kalau di pikir lagi memang kesalahan Jia cukup fatal apalagi poster dan tiket itu sudah di cetak banyak. Membutuhkan banyak biaya untuk itu sementara anak-anak di kelasnya selalu menghindar saat di suruh patungan.

"Ehk Han, lo ikut kan...?" Tanya Caca sedikit berbisik di telinga Hani.

Hani terlihat berpikir keras, "ehmm..., kenapa di tempat itu?"

"Lo takut Han...?" Pancing Caca.

Hani menggeleng dengan cepat. "Enggak, Hah...! Siapa yang takut!" Ujur gadis itu.

Caca menyunggingkan senyumnya. Bagus kali ini Hani akan terjebak dan Caca bisa membalas dendamnya karena gadis itu pernah menghancurkan hubungannya dulu.

"Oke, kalau gitu berangkat bareng yah?"

Hani hanya menyunggingkan senyumnya sambil berjalan lurus keluar dari gerbang.

Di sisi lain Nataline hanya bisa terus melihat sahabatnya itu yang seharian ini menghindarinya. Gadis itu terlihat sangat sedih sekarang, entah mengapa dia benar-benar merasa gagal dan kehilangan sebagai seorang sahabat.

"Nat mau pulang bareng...?" Tanya Gheo yang kebetulan baru juga sampai di gerbang.

Nataline lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Makasih atas tawarannya. Aku pulang duluan Gheo," ujur gadis itu berjalan lebih dulu menghindari laki-laki itu.

Gheo hanya bisa mengulas senyumnya, kemudian laki-laki itu juga bergerak pergi menuju mobilnyap dan dengan cepat membuka pintu masuk kemudian pergi dari sana.

🧩🧩🧩

Note : jangan lupa vote dan komen yah :)

Makasih.

__LittleGrey.

It's alright, This is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang