TWENTY-SEVENTH - PERASAAN

88 14 0
                                    

Twenty-seventh

       "Tumben gak sama Hani---" seorang anak laki-laki menumpang kaki setelah itu mengaduk Bakso di hadapannya.

"Lo tau dia kalau ada anak baru kek gimana?" Jawab Gheo dengan wajah tidak suka.

"Ahk iyah, Hani tuh anaknya ceria dan bodo amat--- kalau di liat dia menarik juga!" Ucap Virgo.

Gheo yang sedang memasukan satu persatu kacang polong ke mulutnya mulai berhenti melakukan hal itu.

"Lo suka sama dia?"

Virgo menaikan alisnya. "Kalau iyah kenapa? Gak boleh yah?" Tungkasnya sedikit tertawa renyah.

Gheo semakin terdiam, entah itu efek karena tidak ada yang mendekati Hani selama ini atau Gheo takut kehilangan. Jika Hani punya pacar, Gheo sangat tahu bahwa gadis itu akan sangat memperhatikan pacarnya dan waktu mereka bermain akan semakin berkurang. Apalagi sekarang Gheo sama sekali tidak suka pulang kerumah selama Eyang nya itu ada di Jakarta.

"---Lah lo tanya gue? Kek gue bokapnya Hani aja." Gheo menanggapi itu dengan bercandaan.

"Yah kan lo yang paling deket sama dia Yo---"

Hampir saja Gheo menggeplak mulut laki-laki itu kalau tidak sadar dia telah menghabiskan sisa remaja bersama Virgo dan teman-teman lainnya.

"Si Hani mana mau sama lo Go---" ucap Zian.

"Kek dia mau aja sama lo!" Dion menggeplak kepala temannya itu.

"Kalau sama gue sih yah jelas gak mau!" Zian kembali tertawa terbahak-bahak.

Jika kalian kira pembicaraan laki-laki seputar motor atau hal-hal seperti olahraga dan apapun itu, pembicaraan Gheo dan teman-temannya itu tidak jauh dari perempuan. Mereka juga sudah sering membicarakan perempuan dan tipe ideal mereka.

Di saat seperti itu sudut mata Virgo melihat kearah lapangan. Sekolah ini memang memiliki dua lapangan. Satu lapangan khusus untuk olahraga dan satu lagi lahan luas di depan kantin. Biasanya lahan itu di gunakan untuk lapangan cadangan jika saja ada mata pelajaran yang berbentrokan satu sama lain.

Lapangan cadangan ini juga bisa di gunakan untuk latihan eskul dan tempat bermain anak-anak saat jam istirahat setelah dari kantin.

"Ehk itu mereka---" tunjuk Virgo, laki-laki itu tersenyum melihat Hani.

Entah mengapa dia baru menyadari kalau ada gadis cantik di sekitarnya yang masih menganggur, terlepas dari semua gosip tentang gadis itu yang mungkin membuat banyak laki-laki menghindarinya.

Tetapi Virgo mengetahui cerita lengkapnya dari Gheo, dia tau bagaimana perjuangan gadis itu untuk tetap menjalani hari-harinya.

Sementara Gheo, ekor matanya tidak hanya mengamati gerak-gerik Hani tapi juga melihat kearah Virgo yang sedang tersenyum.

Padahal Virgo teman yang baik, keluarganya juga harmonis dan dia di besarkan di lingkungan yang sehat, bukankah itu do'a Gheo? Dia ingin Hani mendapatkan laki-laki yang baik dan bisa mencintainya dengan tulus. Tapi kenapa hatinya merasa terusik mendapati fakta Virgo menyukai gadis itu.

"Gak beres---" celos Zian.

Mata elangnya menatap nyalang kearah dua orang di lapangan itu yang terlihat tengah di sudutkan oleh beberapa murid perempuan lain yang sedang ada disana.

"Yo haruskah kita bantuin Hani?"

Fokus Gheo buyar dan dia kembali melihat situasi di lapangan dan ternyata benar, untuk kesekian kalinya Hani di sudutkan oleh murid lainnya.

It's alright, This is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang