Fortieth
•
Plak...
Hani menampar Gheo, gadis itu terdiam disisa emosinya yang memuncak. Ini pertama kalinya Hani menampar laki-laki itu karena lancang memasuki apartemennya.
Apa yang Gheo lakukan? Tanpa sadar malam itu mereka melakukan kegiatan layaknya pasangan suami istri. Mereka belum menikah, tetapi Gheo dengan segala tipu dayanya menunjukan sisi lemahnya membuat Hani pun tidak berdaya karenanya.
Gadis itu merasa sangat hina, dia merasa sangat berdosa, apalagi ketika dia mengingat Revan--- bagaimana dia harus mengatakan hal ini kepada laki-laki yang akan segera menikahinya dan berjanji akan mencintainya seumur hidup.
Bagaimana Hani bisa memiliki keberanian untuk muncul dihadapan Revan sekarang.
Hani kembali menangkup wajahnya, dia tidak kuasa menahan tangisannya sendiri. Meski semalam dia menolak Gheo tapi hatinya sama sekali tidak sinkron dengan otaknya.
"---Maafin gue, Han! Kita nikah aja yah?" Ucap Gheo memegang pundak gadis, larat dia sudah menjadi seorang wanita sekarang setelah perlakuan Gheo semalaman.
"Bagaimana? Gimana gue bisa ngehianatin Kak Revan?" Ucap Hani terisak.
"Tapi lo cinta sama gue bukan dia, gue juga cintanya sama lo bukan tunangan gue. Kita gak masalah jadi miskin kan? Ayo hidup bersama---" lirih Gheo.
Hani mengusap air matanya dan kembali menatap Gheo dalam. Masalah tidak sesimple yang laki-laki itu pikirkan. Ini adalah masalah besar, bahkan sampai sekarang Hani masih ketakutan dengan perlakuan Nenek Gheo waktu itu. Bagaimana kalau itu terulang? Bagaimana kalau dirinya tidak bisa lagi melihat Gheo ada di dunia ini? Itu adalah ketakutan terbesarnya.
"---Pulanglah, pikirkan lagi semuanya. Gue juga mau istirahat dan menjernihkan pikiran sekarang." Ucap Hani.
Wanita itu memegang gagang pintu dan berlahan dengan berat menutup pintu apartemennya itu. Gheo hanya berdiri menatap nanar kearah pintu itu, laki-laki itu menunduk, dia selalu berpikir semuanya akan baik-baik saja. Gheo berpikir kalau mereka berusaha sedikit lagi, jadi keluarga miskin pun tidak papah, Gheo bisa melepaskan gelarnya, di usir dari keluarga itu atau mungkin namanya tidak lagi tercatat di dapam keluarga itu lagi.
Gheo tidak masalah dengan semua itu, dia hanya ingin satu, dia ingin hidup bersama Hani--- Dia ingin bersama Hani selama-lamanya.
Saat ingin pergi dari sana, Nataline tengah berdiri di belakangnya cukup jauh namun tidak terlalu jauh juga sedang menatapnya dengan berkaca-kaca.
Nataline memejamkan matanya dan bulir air mata jatuh dari kelopak matanya itu.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu jadi pria yang brengsek seperti itu---" kalimat pertama yang luncur dari mulut Nataline sungguh langsung menyayat hatinya.
Gheo memejamkan matanya dan menghela napas kasar, dengan sisa tenaga yang ada, laki-laki itu menghampiri Nataline. "Kita bicarakan di Restoran saja--- gue belum makan."
Gheo langsung mengambil alih gendongan Fajar dari Nataline karena wanita itu membawa serta anak keduanya.
Nataline hanya mengangguk kemudian berjalan mengikuti langkah Gheo pergi dari sana.
🧩🧩🧩
"---Aku kesini tidak hanya ingin melihat kamu makan saja Gheo!" Kesal Nataline.
Gheo menghela napas dan mulai meletakan sendok di meja makannya. "Baiklah---"
"Kamu melakukan itu semalam? Bagaimana bisa? Hani sudah terikat dengan seseorang, bagaimana bisa kamu melakukan itu Yo?"
Gheo memegang kepalanya. Itu terasa sangat pusing ketika Nataline kembali mengungkitnya. "Gue juga gak tau apa yang gue lakuin, situasinya sangat mendukung semalam. Gue sangat emosional saat suami lo bilang Hani pergi karena tidak ingin gue mati---"
Nataline termenung, pantas saja Ditya terdiam tadi malam, laki-laki itu terlihat melamun bahkan tidak pokus pada anak-anak. Ditya juga tidak bicara banyak kepada Nataline, padahal biasanya laki-laki itu menceritakan setiap masalahnya ketika ada dirumah.
Padahal mereka sudah sepakat untuk tidak mengatakan hal tersebut, tetapi sepertinya Nataline bisa mengerti apa yang Ditya rasakan.
"Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi, bahkan untuk memikirkannya pun terasa sangat berat---" Nataline memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Gak usah di pikirkan, lo jaga kesehatan aja, jangan sampai kandungan lo kenapa-napa. Untuk urusan gue dan Hani, gue akan berusaha jujur kesemuanya."
"---Jujur kamu bilang?" Nataline menghembuskan napasnya kasar.
"Bagaimana perasaan Revan kalau dia tau semua ini? Kamu gak mikir dia akan sesakit apa?"
Gheo berdiri dari duduknya. "Ayo aku antar pulang---" ucap laki-laki itu seolah mengakhiri percakapan ini sepihak.
Nataline angkat tangan. Dia tidak bisa melakukan apapun untuk kedua sahabatnya itu. Mereka sama-sama sudah dewasa dan semakin mereka dewasa semakin sulit untuk menasehati keduanya.
"Oke fine, ayo pulang---" tungkas wanita itu berdiri dari duduknya.
🧩🧩🧩
Hani menatap poto berbingkai yang sedang dia pegang. Dia sedang mengenang Revan, laki-laki itu yang selalu mendukungnya saat dia ada di masa yang sulit.
Hani juga mengalihkan pandangannya kearah jari manis sebelah kirinya. Cincin silver bertengger indah disana, Revan melamarnya saat di Australia.
Mereka telah menutuskan untuk menikah dan tinggal di indonesia bersama. Tidak adanya keluarga baik dari pihak Hani ataupun Revan membuat wanita itu yakin bahwa mereka bisa saja hidup bersama dan bukankah itu mimpi Hani?
Dia selalu bermimpi hidup berumah tangga dengan baik, bersama pasangan yang mencintainya dna menghormatinya. Hani ingin membuat keluarga hangat, dimana nantinya anak-anaknya akan tumbuh dengan baik, tidak seperti dirinya.
Keluarga yang Hani impikan itu tidak ada pada Gheo, dimana kekayaan dan kedudukan terlibat di dalamnya dan Gheo adalah salah satu diantara itu semua.
Meski begitu, kenapa dia sangat mencintai laki-laki itu? Kenapa Gheo mengambil seluruh hatinya dan tidak menyisakan sedikit pun untuk Hani berikan kepada orang lain.
Hani mengusap air matanya ketika ponselnya berdering.
Wanita itu melihat layar ponsel yang ada di hadapannya. Lagi-lagi Hani menutup matanya dan air mata keluar dari kedua sudut matanya tersebut.
Kak Revan :
Pesawat ku akan berangkat lusa, sampai bertemu lusa sayang. Love you
Hani menjatuhkan ponselnya itu karena tangannya lemas. Dia pasti akan jujur, dia benar-benar akan mengatakannya. Namun Hani tidak tahu apa dia akan kelihangan Revan atau tidak.
Yang pasti keputusan Revan, apapun itu akan Hani terima dengan lapang dada, jika Revan meninggalkannya maka Hani tidak akan lagi ingin berhubungan dengan laki-laki dan dia memutuskan untuk pernah menikah di kehidupannya ini.
🧩🧩🧩
Note : jangan lupa vote dan komen yah :)
Makasih.
__LittleGrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's alright, This is love
Fiksi Remaja[ L.O.V.E SERIES - FICTION DEWASA MUDA ] ONGOING • [ Aku tidak pernah merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa. Tapi jika bisa memilih aku ingin mengubah takdir dengan tidak bertemu dengan mu di kehidupan ini--- Cleo Hanindya Mahesa.] [ Cinta itu...