THIRTY-SECOND - PENYESALAN

108 13 1
                                    

Thirty-second

        Gheo keluar dari mobilnya dan buru-buru memasuki halaman rumah gadis itu. Gheo sedikit membenarkan pakaian dan mencium bau badannya sendiri takut aroma alkohol akan tercium oleh gadis itu.

Setelah dirasa baik-baik saja, Gheo buru-buru mengetuk pintu rumah Hani. Laki-laki itu tidak tahu apa Hani masih tidur atau belum, tetapi dia tidak bisa menunggu lagi.

Menunggu beberapa saat, hampir kehilangan harapan, ternyata pintu itu terbuka seketika.

"---Nenek!" Ucap Gheo.

Wanita tua itu tersenyum melihat sosok Gheo di hadapannya.

"Ada apa Nak malam-malam seperti ini?"

Gheo terlihat bingung. "Cari Hani Nek---"

Wanita tua itu mengangguk-kan kepalanya mengerti. "Tapi Hani sedang tidak di rumah Nak."

Raut wajah Gheo berubah, kemana gerangan gadis itu di malam seperti ini. Apa Hani menginap di rumah Nataline.

"Hani kemana Nek?"

Wanita tua itu menggelengkan kepalanya. "Nenek tidak tahu, Hani bilang tidak usah khawatir, dia akan pulang sebelum jam sembilan malam---"

Gheo mengerjap, laki-laki itu memikirkan tempat yang sekiranya Hani tuju.

"Beruntung kamu disini, Nenek tetap khawatir dengan anak itu. Hani menangis sedari tadi, Nenek takut terjadi apa-apa dengan dia."

Gheo mengangguk paham. "Nenek tenang saja, sekarang Nenek istirahat, Gheo janji akan membawa Hani pulang."

Gheo tersenyum simpul sebelum pada akhirnya laki-laki itu berpamitan untuk pergi dari sana mencari Hani.

🧩🧩🧩

Mendapati kabar dari Nataline kalau Hani tidak dirumahnya sedikit membuat Gheo cemas. Namun dia masih memiliki tujuan lain, yaitu tempat dimana dulu Hani membawanya untuk melupakan masalah hidup yang mereka alami.

Sebuah lahan luas yang memiliki rumah pohon di tengahnya. Semoga saja Hani ada disana.

Tidak berapa lama mobil yang dia kendarai langsung Gheo parkirkan di halaman lahan itu. Namun sebelum keluar dari balik kaca mobil Gheo melihat percikan cahaya dari arah kejauhan.

Senyum mengembang di bibir laki-laki itu. Dia tau pasti Hani sedang bermain kembang api seperti dulu.

Gheo keluar dari mobilnya sambil mengeratkan tangannya kedalam saku jaket karena cuaca yang dingin.

Namun sayangnya, senyum Gheo mulai luntur saat matanya melihat dari kejauhan Hani tidak seorang diri.

Dirinya bersama seseorang. Seorang pria yang terlihat sedang memegang kembang api di tangannya.

Tidak ingin ketahuan dan mengamati keadaan, Gheo pun bersembunyi di balik pohon besar itu.

"---Menyenangkan, apa Teteh sering kesini?" Tanya laki-laki itu.

Gheo langsung menyadari kalau itu adalah Gilang terdengar dari suaranya.

"Hem, kalau gue lagi stres sama kehidupan---"

Gheo mengintip dari balik pohon itu. Entah kenapa dia merasa ragu juga harus menghampiri mereka sekarang. Ada sesuatu yang menahan langkah kaki Gheo dan itu sangat berat.

"Cantiknya---" celos Gilang.

"Kembang api di kegelapan malam seperti ini memang cantik!"

Gilang tersenyum dan menatap wajah Hani serius. "Tidak, maksud aku Teteh yang cantik."

It's alright, This is loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang