2 1.

591 68 8
                                    


Minggu bukan berarti libur. Minggu sibuk lebih akrab bagi mereka ketimbang minggu santuy. Apa itu berleha-leha? Kira-kira begitu lah pemikiran mereka.

Jovian harus melanjutkan pekerjaan yang semalam belum ia selesaikan, sama halnya dengan Selina yang pagi ini mempunyai jadwal pekerjaan yang terkesan tak pasti waktunya. Satu hal yang sama bagi keduanya adalah selama tidak menularkan virus dan penyakit lainnya, atau selama mereka tidak diopname mereka tidak akan absen.

"Lo yakin tetep pergi?"

Kepala Selina mengangguk pelan. "Nanti gue kesana waktu selesai jadwal aja."

"Coba aja kalo nenek, pasti lo langsung izin." Jovian mengakhiri perkataannya dengan helaan napas pelan. Selina hanya tersenyum kecil tanpa menanggapi.

"Lo hari ini free kan?" Jovian yang jelas-jelas sedang sibuk berkutat dengan macbook sedari pagi menatap nyalang pada wanita yang sibuk berdadan di depan cermin besar dengan terburu-buru.

"Kenapa emang?" tanya Jovian setelah ia mengembuskan napasnya dengan malas lalu kembali memandang mac book nya. Hari ini adalah hari minggu dan tentu saja Jovian berada di rumah, meskipun jiwanya tetap terasa di kantor.

"Tadinya hari ini gue mau cek si mbah, soalnya makannya susah. Tapi hari ini schedule gue full banget. Gue udah kabarin Lucy terus dia bilang bakal kesini. Tapi gue gak enak, Jo. Tau sendiri kan rumahnya jauh."

"Yaudah gue yang kesana aja abis selesein kerjaan gue." Jovian bukan mengalah, tapi dia khawatir dengan apa yang terjadi pada kucing sepuh itu. Perkataan Selina membuat Jovian sadar ternyata ia terlalu sibuk bekerja, ia perlu membereskan banyak hal sebelum bulan madu. Maksudnya liburan.

Selina menepuk bahunya kemudian tangannya mengayun tanda berpamitan, di samping mulutnya yang sedang berbicara melalui telepon. Tangan Jovian akan kembali mengetik, namun fokusnya buyar saat mengingat perkataan Selena menit yang lalu. Setelah mencoba fokus beberapa kali yang namun pada akhirnya gagal, Jovian pun menyerah dan mencampakan pekerjaannya di atas meja kerjanya.Ia pun beranjak keluar, di ruang tamu hanya ada Nala yang sedang memandangi jendela. Tak jauh dari Nala, ada Sola yang bersantai sambil menyusui dede. Benar, Bonbon gak ada.

"Bi, Bonbon akhir-akhir ini kenapa?" Bi Sumi yang sedang mengelap meja pun mengalihkan pandangannya.

"Itu, Pak. Bonbon dari kemaren muntah, terus gak mau makan, udah sama saya disuapin juga gak mau. Kamaren Neng Selina ikut nyuapin tapi tetep aja gak mau."

"Oh ya, Neng tadi pesen kalau Bonbon jangan disatuin sama yang lain, terus jangan terlalu deket, takutnya kena virus." Jovian mengangguk pelan kemudian ia kembali ke kamar untuk mengambil masker sebelum pergi menuju kamar majikan.

Bonbon disana sedang tertidur di atas singgasananya. Kalau dilihat sekilas, Bonbon terlihat sehat dan baik-baik saja. Ia mendekat, melihat tanpa menyentuhnya.

"Maow." Bonbon membuka matanya menatap babunya yang akhir-akhir ini sibuk. Bonbon ndusel pada paha Jovian.

"Iya, kita ke Mommy yuk. Biar diperiksa." Kedua tangannya terulur, Bonbon yang seakan mengerti akhirnya berjalan ke pelukan babu kesayangannya.

Jovian memeluknya hangat seakan melupakan apa yang Bi Sumi pesankan sebelumnya. Lalu, setelah itu ia masukan Bonbon ke dalam kandang dan membawanya keluar. Masih dengan setelan hoodie dan celana training, Jovian menuju garasi untuk mengambil mobil tanpa mengganti pakaiannya. Setelah pamitan pada Bi Sumi dan para majikan lainnya sebelum akhirnya pergi.

"Cy, gue udah di jalan, gimana?"

"Oke, gue ini lagi dijalan mau ke klinik."


Me vs. Mr. HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang