Happy reading
.
.
.
.
.
.Siang hari kemudian
Kini juna tengah dalam perjalanan menuju sekolah davin, beberapa menit yang lalu supir yang mengantarnya tadi pagi menjemputnya tepat saat pekerjaan nya telah selesai.
Tak perlu waktu lama, Kini juna telah sampai disekolah davin, ia hanya akan menunggu davin didalam mobil, ia terlalu malas untuk keluar disiang yang panas ini.
"Berapa lama lagi davin keluar pak? Kenapa dia lama sekali" keluh juna yang sudah bosan, sembari menyandarkan kepalanya di sandaran kursi yang ia duduki, dan menutup kelopak matanya perlahan.
Kring
Kring
Kring
Belum sempat supir itu menjawab, suara lonceng pulang sekolah lebih dulu berbunyi keras, membuat juna seketika menghembuskan nafas lega.
"Akhirnya" gumam juna lega, dengan mata yang semula terpejam kini perlahan terbuka dan mengerjap pelan.
Ceklek
Pintu mobil dibuka oleh davin yang langsung masuk dan mendudukan tubuhnya disamping juna.
"Kenapa? Lemes banget perasaan tu badan" sindir davin sembari melepas tasnya dan menaruhnya di kursi depan dekat samping kemudi.
"Lo nya yang lama" sinis juna sembari menyamankan posisi duduknya.
💙💙💙
Kini mereka tengah dalam perjalanan pulang, jarak antara sekolah dan mansion yang lumayan jauh membuat juna mulai bosan dan mengantuk, namun baru saja juna memejamkan matanya tiba tiba mobil mereka berhenti mendadak, membuat juna yang hampir tertidur kembali membuka matanya dengan rasa kaget dan bingung.
"Ada apa pak?" Ujar davin bertanya pada supir yang nampak masih terdiam.
"Maaf den, saya seperti melihat ada orang yang tergeletak den, saya akan keluar mengecek" balas supir itu sembari membuka seatbelt dan langsung keluar mobil.
"Gue keluar bentar, Lo tunggu sini" ujar davin yang langsung keluar menyusul supir yang sudah lebih dulu keluar
Juna yang penasaran membuat rasa mengantuk yang dirasakan nya perlahan menghilang, setelah benar benar kuat untuk berjalan, akhirnya juna keluar menyusul davin dan supir tadi.
"Ada apa?" Tanya juna yang melihat supir itu menggendong orang tak sadarkan diri dengan helm yang masih terpasang dikepalanya.
"Saya nggak tau den, tadi saya liat sudah pingsan" balas supir itu sembari meletakan orang yang digendongnya tadi di kursi penumpang.
💙💙💙
Kini juna dan davin tengah dusuk didepan ruang UGD, menunggu pemuda tadi ditangani oleh dokter.
Ceklek
Suara pintu yang terbuka membuat mereka segera berdiri dan bertanya pada dokter yang memeriksa pemuda tadi.
"Keluarga pasien?" Ujar dokter laki laki itu bertanya.
"Saya sepupunya, Bagaimana keadaan nya?" Tanya davin mendahului, membuat juna yang ingin berbicara mendengus kesal.
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, pasien hanya mengalami beberapa luka gores, penyebab pasien kecelakaan adalah maag nya yang kambuh, lain kali jaga pasien agar lebih menjaga pola makannya, sekarang pasien sudah sadar, kalian bisa masuk, Sebelum pulang, minta resep obat dimeja administrasi, saya permisi" balas dokter itu membuat davin spontan menjawab baiklah.
Ceklek
Suara davin yang membuka Pintu, terlihatlah seorang pemuda yang berbaring dibrangkar rumah sakit.
Namun yang membuatnya kaget, pemuda itu adalah... Alex?
Bagaimana bisa?
"Lo udah lebih baik al?" Tanya davin mengawali pembicaraan, sembari mendudukan tubuhnya disofa tak jauh dari brangkar.
"Hm" dehem alex sembari mendudukan tubuhnya, dan mencabut infus yang terpasang di tangan kirinya.
"Heh, Kenapa lo cabut njing? Darahnya jadi netes netes kan? Lo goblok apa gimana sih?" Pekik juna yang melihat darah terus menetes dari punggung tangan alex.
"Sh" desis davin yang berada disebelah juna, sembari mengelus telinga kanan nya pelan.
"Jangan teriak ditelinga gue goblok, lagian ini dirumah sakit, diusir baru tau rasa lo" davin berujar jengkel merasakan telinganya yang berdengung mendengar teriakan juna yang tepat disamping terlinganya.
"Hehe, lagian tu bocil tembok bikin gue syok, salahin dia bikin gue kaget" ujar juna sembari menggaruk tekuk nya dengan bibir yang terkekeh pelan.
"Dari pada disini, mending lo beli makanan sana, stres gue lama lama" ujar davin mengusir juna secara halus, sedangkan juna yang paham tetap berdiri, sebelum berjalan kearah pintu juna lebih dulu menginjak kaki davin dan keluar dengan berlari, meninggalkan davin yang mengumpat kesal.
"Bangsat" desis davin sembari membungkuk dan mengelus kakinya pelan, walaupun badan juna kecil ternyata tenaganya tak main main.
"Ternyata gembel itu punya banyak wajah" celetuk alex santai sembari mengelap bekas suntikan infus yang tak lagi mengeluarkan darah itu dengan kapas yang diambil dari laci nakas.
"Banyak wajah?" ujar davin bertanya heran, mendengar alex berkata bahwa juna memiliki banyak wajah.
"Oh... maksud lo cara ngomong dia? Dia emang ceplas ceplos tapi dia baik kok, dia kalo ngomong nyesuai in lawan ngomongnya" lanjut davin berceletuk paham dengan juna banyak wajah yang dimaksud alex.
"Mungkin gue sedikit tertarik sama karakternya" balas alex sembari turun dari brangkarnya dan berjalan kearah kamar mandi.
"Lo mau kemana? Emangnya perut lo udah kagak sakit?" Tanya davin yang melihat alex berjalan dengan langkah santai, seolah olah dia tidak sedang sakit.
"Kamar mandi" balas alex singkat sebelum menutup pintu kamar mandi.
.
.
.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Transmigration
FantasyBercerita tentang seorang pemuda yang mati karena kepentok meja, bukannya pergi ke akhirat jiwanya justru terjebak dalam sebuah novel dan menjadi seorang gembel [End] [Brothership Story] [Bukan novel terjemahan] Start : [19/03/22] Finish : [24/04/22]