part 18

10.9K 1K 24
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

"Kenapa? Mimpi buruk?" Tanya raditya sembari menyalakan lampu kamar juna dan berjalan kearah ranjang, sedangkan juna yang masih mencoba menstabilkan nafasnya tak menghiraukan pertanyaan raditya.

"Heum" humam juna sembari mengangguk setelah dirasa nafasnya mulai teratur.

"Kenapa daddy belum tidur?" lanjut juna bertanya heran setelah melihat jam dinding dikamarnya sudah menunjukan pukul satu.

Ah... soal daddy?

Ia bingung ingin menjelaskannya bagaimana, bahkan ia yang memanggil daddy pun malu.

Saat dikantor tadi raditya memaksanya memanggil dirinya daddy, padahal sudah jelas jelas raditya tak menyukai kehadirannya.

Tapi... saat ia bertanya kenapa? raditya hanya menjawab pertanyaannya dengan singkat, saya hanya menyukai karaktermu.

Mungkinkah ini karma karna ia pernah berharap agar tak pernah bertemu dengan keluarga gila ini lagi?

Tapi ada satu hal yang membuatnya semakin shock, ternyata diva dibiarkan berkeliaran bebas, padahal sudah jelas jelas didalam novel sosok diva digambarkan sebagai wanita yang takut dengan dunia luar, bahkan diva tidak pernah keluar dari kamar yang berada dimansion belakang.

Saat dikantor tadi ia bertemu diva, diva yang terlihat seperti manusia pada umumnya, membuat ia hampir tidak menyadari bahwa wanita yang ia ajak bicara tadi adalah kanibal yang ia hindari selama ini.

"Daddy baru saja pulang dari kantor, ingin daddy ambilkan minum?" Balas raditya sembari menaruh gelas kecil yang ternyata berisi kopi itu dibalas samping ranjang.

"Tidak, lebih baik daddy pergi ke kamar dan tidur saja, daddy pasti sudah sangat lelah dan mengantuk, juna juga akan segera tidur" jawab juna sembari menggelengkan kepalanya pelan, berusaha  mengusir raditya dengan cara halus.

"Tidak, daddy akan menemanimu" ujar raditya sedikit mengerjai juna, sebenarnya tak perlu lama berpikir ia sangat mengerti bahwa juna tak menyukai keberadaan nya, hanya saja ia juga tak akan membiarkan juna terus membencinya, ia akan membuat juna menjadi pemuda yang manis dan patuh padanya.

Tap-

"Shut... lebih baik kau tidur sekarang baby" ujar raditya memotong penolakan juna, sembari membaringkan tubuhnya didekat juna setelah membantu juna kembali berbaring.

"Jangan terlalu melotot, daddy takut bola matamu terjatuh nanti" lanjut raditya dengan tawa pelan, melihat raut wajah kesal juna yang terlihat menggemaskan saat ia mengatakan bahwa juna manis.

Kenapa dulu ia tak menyadari ada makhluk manis dibalik tubuh kurus dari gembel yang ia anggap menjijikan itu? Jika saja ia menyadari nya mungkin ia tak akan membiarkan juna bertemu dengan orang lain, ia akan menjaga juna agar hanya dirinya yang bisa juna lihat.

"Ish" ingin sekali juna mengumpat sekarang, namun ia lebih dulu sadar bahwa disampingnya ini adalah iblis yang bisa saja membunuhnya saat ia memberontak.

"Daddy tau kau ingin mengumpat baby, lain kali jaga emosimu, jangan sampai daddy menghukummu, tapi untuk kali ini daddy memaafkanmu, sekarang tidur dan mimpi indah my baby boy" bisik raditya sembari memeluk tubuh juna yang hanya sebatas dadanya, sedangkan juna bergumam sembari mencari posisi nyaman didekapan raditya, tak butuh waktu lama terdengar dengkuran teratur dari belah bibir juna.

Cup

Setelah memberi satu kecupan di dahi juna, raditya mulai mencari posisi nyaman dan kembali membenamkan wajah juna yang mulai tenang di dada bidangnya.

💙💙💙

Keesokan paginya

Disalah satu kamar mewah mansion wijaya, terlihat dua orang laki laki berbeda usia tengah tertidur lelap diatas ranjang king size, namun tak lama kemudian terlihat pergerakan kecil dari pemuda yang lebih muda, pertanda pemuda itu akan segera terbangun dari tidur nya.

"Eugh" terdengar lenguhan dari juna yang tertidur didekapan raditya, membuat raditya yang memeluk juna ikut terbangun, juna masih saja mengerjapkan matanya berusaha mengumpulkan nyawanya, sedangkan raditya tak butuh waktu lama untuk mengumpulkan nyawanya.

Cup

Cup

"Morning my baby boy" ujar raditya sembari mencium kelopak mata juna gemas, membuat juna menggeliat pelan sebelum membuka matanya.

"Morning too daddy" balas juna dengan suara khas bangun tidur nya.

Pagi yang cukup aneh menurutnya, biasanya saat ia terbangun ia langsung mencari ponsel nya dan memainkannya hingga satu jam lebih, namun untuk pertama kalinya ia bangun langsung menumpulkan nyawanya dan berbicara, mungkin ia harus terbiasa mulai sekarang.

"Jangan menguceknya, matamu akan terasa perih nanti" ujar raditya mencegah kedua tangan juna yang ingin mengucek matanya.

"Jika masih mengantuk, tidur lah lagi, daddy akan menemanimu" lanjut raditya membuat juna terdiam beberapa saat

Menemaninya?

Apakah itu berarti raditya akan seharian penuh menghabiskan waktu bersamanya? Itu sangat buruk, bahkan mimpi buruknya semalam jauh lebih baik, dari pada ini.

Ah tidak tidak... mimpinya memang sangat menakutkan, ia tak terlalu mengingat mimpinya, namun ada beberapa bagian yang ia ingat, yaitu saat ia tengah berjalan melewati taman dekat mansion tiba tiba pandangannya mengabur dan matanya terasa sakit, ia memejamkan matanya mencoba untuk meredakan rasa perih yang ia rasakan, namun saat ia membuka kelopak matanya lagi ia melihat semua benda dan orang orang di sekelilingnya dengan perlahan menjadi serpihan serpihan yang beterbangan keatas langit, hingga habis tak bersisa.

Meninggalkan ia seorang diri diruang hampa serba putih, disana ia hanya mendengar suara suara saling bersahutan yang terdengar semakin memekakkan telinga, ia sudah beberapa kali memutari ruangan itu, namun lagi dan lagi ia sampai di tempat ditempat yang sama, ia terlalu bingung harus melakukan apa, hingga tiba tiba suara suara itu lenyap dan muncul satu suara yang terdengar samar sebelum semuanya gelap.

Hanya satu kata yang ia ingat dari suara samar itu, yaitu...

Ilusi

Jujur saja... ia bingung maksud dari kalimat yang diucapkan suara itu-

.
.
.
.
.
.
To be continued

Bad TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang