part 16

11.6K 1K 5
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Siang hari kemudian

Kini juna tengah bermain ponsel disofa ruang keluarga, setelah selesai sarapan ia benar benar tidak di ijikan laras keluar mansion dengan alasan apapun, sekarang ia mengetahui apa yang adiknya rasakan saat ia tak mengijinkannya keluar main bersama teman temannya, hah... mengingat adiknya membuatnya berpikir apakah adiknya sedih atau senang setelah ia pergi, mungkin opsi kedua lebih memungkinkan, karna ia akui bahwa dulu ia sering menjahili adik manisnya itu hingga menangis.

Jika waktu bisa ia ulang, mungkin ia akan berjanji tidak akan menjahili adiknya lagi, apalagi ketenangan hidup yang baru ia rasakan bersama davin akan hilang karna wanita tua itu tak membiarkan pikirannya tenang, tapi disisi lain ia juga bersyukur dengan kepossesifan wanita itu, bukan karna ia mendapat kasih sayang yang melimpah ah... tidak tidak... lebih tepatnya kasih sayang yang berlebihan, namun itu juga yang bisa ia jadikan sebagai pelindungnya saat para tokoh tokoh novel gila ini sekiranya bisa mengancam ketenangan hidupnya.

Ceklek

Hah... baru juga ia merasakan ketenangan, namun wanita itu selalu mengganggu ketenangannya, batin juna menghela nafas lelah melihat orang yang membuka pintu adalah laras.

"Sayang, kau sudah bermain ponsel empat jam lebih, sekarang waktu nya kau tidur siang" ujar laras yang mendudukan tubuh nya disamping juna.

"Haha baiklah, juna akan tidur sebentar lagi, nenek bisa tidur lebih dulu" balas juna dengan senyum yang melihat dipaksakan.

"Tidak, nenek akan menemanimu sampai kau tidur" ujar laras sembari menggelengkan kepalanya, menolak usulan juna.

Juna yang mendengar penolakan laras pun berpikir bagaimana ia bisa kabur dari wanita ini, menurut nya lebih baik ia tak berurusan dengan laras.

"Ah iya, juna akan tidur sekarang" balas juna sembari berdiri dari duduknya, sebelum juna berjalan laras lebih dulu memegang pergelangan tangannya,

"Ada apa nek?" Tanya juna membuat laras  menggeleng pelan dan mengetuk pipi kanan nya pelan.

Hah? Maksudnya ia harus mencium wanita ini?

Mungkin mencium wanita ini satu satunya cara agar ia bisa kabur.

Cup

Cup

"Haha kau sangat peka Sayang, baiklah sekarang cepat tidur lah, nenek akan membangunkanmu sore nanti" ujar laras dengan tawa pelan nya melihat betapa menggemaskan nya cucu manisnya ini, apalagi dengan pipi yang memerah malu setelah mencium pipinya.

Melihat tatapan gemas dan antusias dari mata laras saat melihatnya membuat juna sedikit meringis, ia menjadi sedikit merasa bersalah, karna tak tahu saja saat tak ada laras ia pasti sudah mengungkapkan kekesalannya.

Cup

Cup

"Juna ke kamar dulu, dah" setelah wanita itu mencium kedua pipi dan dahinya, juna segera pamit dan berjalan kearah pintu, sebelum menutup pintu juna melambaikan tangannya sekilas dan menutup pintu nya pelan.

💙💙💙

Malam hari kemudian

Jika jam tujuh malam biasanya ia sudah makan malam, namun malam ini berbeda, setelah bangun dari tidur siang juna disuruh agar cepat cepat bersiap tanpa diberitahu akan diajak kemana.

Kini juna tengah berkeliling mall dengan laras dan beberapa bodyguard yang membawa belanjaan laras yang super banyak, dan sudah seharian pula ia tak bertengkar dengan davin karna hal hal kecil, setelah sarapan davin langsung pamit pulang karna dia memang harus sekolah, jadi mulai hari ini mungkin ia akan jarang bertemu dan bertengkar dengan davin yang sudah ia anggap seperti adiknya itu.

"Kau baru memilih beberapa pakaian dan barang sayang, kau ingin apa lagi? Sepatu? Gelang jam?" ujar laras yang melihat belanjaan juna hanya beberpa paper bag, sedikit katanya? Hah bahkan ia sudah tak bisa menghitung berapa pakaian dan barang barang yang sudah dipilihnya, batin juna dengan jiwa miskin yang sudah meronta ronta.

"Tidak, juna ingin makan, cacing di perut juna sudah berbunyi" balas juna sembari mengelus perut ratanya, mencoba semenggemaskan mungkin agar laras tak memaksanya memilih barang barang tak berguna itu lagi, ternyata pura pura menggemaskan sangat susah, apalagi ia yang belum terbiasa dengan tubuh ini.

"Haha cucu manis nenek sudah lapar rupanya, kalau begitu cucu manis nenek ini ingin makan apa?" Tawa laras yang melihat tingkah menggemaskan cucunya ini.

"Hamburger dan susu rasa almonds, jangan lupa es cream vanila juga, bolehkah?" Balas juna mencoba terlihat seantusias mingkin.

"Tentu" ujar laras sembari menggenggam pergelangan tangan juna dan menariknya pelan.

"Kalian dengar? Jadi... tiga bodyguard tunggu saya dimobil, yang lain pulanglah lebih dulu, cucu saya lapar dan ingin makan lebih dulu" lanjut laras sebelum bodyguard itu ingin mengikuti mereka.

"Baik nyonya besar" jawab serentak para bodyguard sembari membungkukkan sebelum berjalan berlawanan arah dengan laras dan juna.

"Apakah para bodyguard itu sudah makan nek? Kenapa mereka tak ikut makan? Apa mereka tak lapar?" Tanya juna yang heran melihat bodyguard itu masih bisa berjalan dengan tegap dan langkah yang tegas, padahal mereka juga sudah berkeliling mall berjam jam, apalagi mereka yang membawa banyak barang, ia yang tak membawa apapun sudah lelah berkeliling, mungkinkah karna tubuh kecilnya ini yang membuatnya cepat lelah?.

"Tidak, mereka tetap makan disekitar sini, namun peraturan keluarga kita tidak memperbolehkan para bodyguard makan satu restoran ataupun satu ruangan dengan anggota keluarga, jadi... mereka akan makan dekat tempat kita makan sayang, paham?" Jawab laras menjelaskan sembari mendorong pintu kaca tebal restoran yang juna inginkan, sedangkan juna hanya mengangguk dan bergumam.

.
.
.
.
.
.
To be continued

Bad TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang