part 15

12K 1.1K 8
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

"Ayo, nenek akan menyuapi mu untuk malam ini sayang" lanjut laras tak menghiraukan protesan dari anak pertama nya, dan memilih meraih pergelangan tangan juna dan menariknya kemeja makan, bahkan davin yang lebih tinggi dari juna seolah olah tak terlihat oleh laras.

"Kenapa kau tak memberitahu ku bahwa kau memiliki anak semanis ini ha? Tunggu saja hukuman dari ku" ancam laras pada raditya saat melewati kursi kepala keluarga, raditya memang sudah tak memiliki seorang ayah, seingatnya ayah raditya digambarkan meninggal saat raditya masih remaja.

"Ah iya, siapa namamu sayang? Saking senangnya nenek, nenek sampai tak sempat menanyakan namamu" ujar laras bertanya namanya setelah duduk dikursi tepat berhadapan dengan alex dan davin yang sudah duduk.

"Nama saya arjuna nek" balas juna yang masih sangat canggung, sedangkan laras sedari tadi tersenyum lebar membuat nya terlihat semakin menakutkan dipenglihatan juna.

"Jangan terlalu lebar tersenyum nek, kau tidak lihat dia takut dengan senyuman mu?" celetuk seorang pemuda yang tampak seumuran dengan alex, bagus, akhirnya ada yang memahami apa yang dirasakannya, batin juna senang mendengar ucapan pemuda itu, pemuda itu adalah Satya salah satu anak dara.

"Shut, diamlah jangan mengganggu waktu ku dengan cucu manis ku" sinis laras pada cucu pertama nya itu.

"Anggara, namamu di kk keluarga wijaya sekarang Anggara, paham sayang?" Lanjut laras kembali tersenyum saat mengalihkan pandangannya kearah juna.

"Eum tap... tapi saya buk-" balas juna bingung harus menjawab apa, bagaimana ia bisa menjawab, bahkan sedari tadi ia tak diberi kesempatan untuk menjelaskan bahwa ia bukanlah cucu nya, haha... dan apa tadi? Ia manis? Hei... come on, ia seorang pelatih bela diri, dari sisi mana nya ia imut? walaupun dikehidupan sebelumnya juna hanya memiliki wajah biasa biasa saja, namun dulu banyak perempuan yang mengaguminya, dan dengan seenaknya wanita didepannya ini berkata bahwa ia manis? MANIS? akh... jatuh sudah harga dirinya.

"Shut, mulai sekarang nama mu adalah Anggara" ujar laras memotong ucapannya, huh... beradu argumen dengan perempuan membuat ia menjadi lelah sendiri, karna mau se salah apapun perempuan yang akan menang tetap lah perempuan.

💙💙💙

Keesokan paginya

Kini juna dan keluarga besar wijaya tengah sarapan dimeja makan, setelah selesai makan malam keluarga revan langsung pulang, sedangkan saat ia dan davin ingin pamit pulang, laras selalu memotong ucapannya dan mencegahnya pulang, padahal ia sudah menjelaskan bahwa ia bukan cucu nya, namun laras yang memang keras kepala langsung menariknya kearah lift dan mengajaknya tidur dikamar laras, jujur saja juna masih mengantuk sekarang, semalam ia tak bisa tidur karna laras memeluk nya terlalu erat, hah... malam yang buruk.

"Helow mama ku tersayang, kita sudah lapar, bisakah kita memulai sarapan?" Ujar seorang perempuan bertanya dengan nada tertekan melihat laras sedari tadi sudah menaruh daging dipiring tanpa menyuruh mereka memulai sarapan, perempuan itu adalah Tari cucu ketiga laras.

*Note : karna bakal ngebingungin kalo dijelasin ini anak siapa dan siapa, jadi nana buat cucu pertama, kedua, dan seterusnya gitu aja ya? Inget cucu nya nenek laras ada lima, paham?*

"Makan ya tinggal makan, apa kau tidak lihat mama sedang mengambilkan sarapan untuk cucu kesayangan mama, jadi diamlah" sinis laras mendelik kearah cucu ketiganya itu, membuat tari yang ditatap sinis hanya menatap neneknya dengan cengo, bukankah ia yang menyuruh jangan mengawali makan saat ia belum menyuruh, dan dengan seenaknya wanita yang sayangnya nenek nya ini menyalahkan nya, batin tari dengan ekspresi bingung nya

"Makanlah yang banyak sayang, lihat... bahkan tubuh mu seperti tak ada daging nya, apakah anak pungut ku itu tak memberi makan? Hm? Tapi tenanglah sekarang nenek ada disini, makanlah yang banyak, nenek tak suka melihatmu kurus" omel laras beruntun, huh... bagaimana bisa ia gemuk jika beberapa hari yang lalu saja tubuhnya bahkan jauh lebih kurus dari tubuhnya sekarang? dan lagi ia juga baru kedua kali nya datang kesini, itu pun diusir dengan kejam oleh anak mu yang kejam itu, batin juna ingin sekali berteriak dan berkata pada wanita didepannya ini bahwa ia diusir secara tak manusiawi oleh anak dan cucu antagonis nya itu.

"Haha... baiklah, tapi juna tak terlalu suka makan daging saat pagi hari nek" balas juna seadanya sembari mendorong pelan piring berisi daging sapi yang disodorkan oleh laras.

"Pantas saja kau kurus, baiklah, sekarang habiskan sandwich ini saja, nenek tak ingin melihatmu seperti tulang berjalan" ujar laras sembari menyodorkan satu piring yang berisi sandwich, apakah separah itu?, pikir juna yang terlalu heran dengan wanita yang mungkin terlalu berlebihan ini.

.
.
.
.
.
.
To be continued

Bad TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang