bonchap

11.4K 1.1K 32
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Sembilan tahun telah berlalu

Selama itu pula juna dan adiknya ada saja masalah yang membuat hubungan persaudaraan mereka merenggang, salah satunya adalah saat adiknya lulus smp dan berkata ia ingin pergi keluar kota untuk melanjutkan pendidikan sma nya.

Sedangkan juna yang mendengar permintaan sang adik tanpa pikir panjang langsung menolaknya, bukan karna uang, hanya saja juna belum siap untuk kehilangan adik manjanya itu, ia tak ingin adiknya terlalu cepat tumbuh dewasa, ia ingin adiknya tumbuh seperti remaja pada umumnya walau tanpa orang tua sekalipun.

Namun adiknya yang cengeng dan keras kepala itu tetap memasak agar ia menyetujui permintaan adiknya itu, setelah berbagai perjanjian yang ia ajukan akhirnya ia harus rela berpisah dengan adiknya untuk beberapa tahun.

Sekitar dua tahun yang lalu adik nya pulang setelah menyelesaikan pendidikan sma dan kuliahnya, ia merasa adiknya sangat berbeda dengan sifat manja yang sudah tergantikan dengan sifat dewasa, bukan hanya itu, namun adiknya yang suka dunia seni sedari kecil ternyata bersekolah sembari mengembangkan bakatnya dengan melukis dan mengupload gambar gambar lukisannya di media sosial, hingga banyak yang tertarik dengan lukisan adiknya itu.

Ia benar benar tak menyangka adik yang dulu selalu dimanjakannya kini menjadi pelukis yang memiliki cukup banyak penggemar, adik yang selalu merengek meminta uang kepadanya kini sudah bisa menghasilkan uang dari hasil karya nya sendiri, namun ia juga senang karna itu berarti didikan nya selama ini berhasil.

Dan soal dirinya, ia sudah berhenti dari dunia pem beladirian setelah beberapa tahun diangkat menjadi pelatih tetap disana, ia berhenti beberapa bulan yang lalu karna adiknya yang menyuruh, ah... tidak lebih tepatnya memaksa ia untuk berhenti bekerja, dan anehnya sekarang adiknya sudah seperti kakak baginya, tubuh yang dulu ia banggakan karna lebih tinggi dari adiknya, kini tersalip oleh tinggi badan adiknya yang mencapai seratus sembilan puluh tujuh sentimeter, bahkan sudah beberapa bulan ini semua kebutuhan mereka rasya yang memenuhinya.

Bagaimana bisa adik manjanya bisa menjadi dewasa secepat ini?

Itulah pertanyaan yang terngiang dikepalanya saat adik nya itu pulang.

Dan diumur nya yang sudah matang ini ia tak kunjung menikah, ia tak tertarik untuk memiliki kekasih, lagi pula adiknya selalu menolak pilihannya, jadi ia sudah terlalu malas mencari kekasih.

💙💙💙

Malam hari kemudian

Kini juna tengah membaca buku novel dibalkon apartement ditemani dengan beberapa cemilan dan coklat hangat, beberapa hari yang lalu adiknya baru membeli apartemen ini, membuat keadaan apartement masih berantakan.

Saat tengah fokus membaca tiba tiba ada selimut hangat yang diselimutkan dibadannya, membuat ia sedikit tersentak kaget sebelum menoleh, dan terlihat adiknya tengah berdiri disamping tubuhnya.

"Kenapa bang juna masih diluar? Angin malem nggak sehat buat kesehatan abang, abang bisa sakit," ujar rasya sebelum mendudukan tubuhnya dikursi dekat juna.

"Bentar lagi, nanggung tinggal beberapa halaman lagi, kalo adek mau tidur, tidur duluan aja," balas juna sebelum kembali mengalihkan pemandangannya kearah buku novel yang tengah dibacanya.

"Novel... bisa dilanjutkan baca besok abang... lagian bang juna juga udah keliatan ngantuk, jadi... bang juna mending masuk trus tidur," entah kenapa mendengar ucapan adiknya membuat juna sedikit gugup dan segera menutup bukunya dan berdiri.

"Kalo gitu abang masuk duluan, adek juga masuk, dah," ujar juna langsung berjalan masuk tanpa membawa buku novel dan berbagai cemilannya, sedangkan rasya yang melihat sang kakak hanya menggelengkan kepalanya sembari tertawa pelan, akhirnya ia bisa membalas sang kakak, dulu saat ia masih kecil, sang kakak selalu mengancamnya agar selalu menurut, namun sekarang kakak nya lah yang takut dan menurut dengannya.

Ceklek

Mendengar pintu balkon yang terbuka membuat juna yang baru saja merebahkan tubuhnya diranjang langsung memejamkan matanya.

Sedangkan rasya yang melihat tingkah sang kakak hanya tersenyum tipis sebelum berjalan kearah kamar mandi untuk menggosok gigi dan memakai skincare malam.

"Anjir, kenapa adek gue jadi makin nakutin? Bisa bisanya gue nurut?" monolog juna sembari membuka kelopak matanya saat mendengar pintu kamar mandi sudah tertutup.

.
.
.
.
.
.
END

Bad TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang