10.

979 115 2
                                    

Setelah huru hara yang terjadi dipagi hari, Jimin harus tetap bekerja karena ada jadwal konsultasi dengan pasiennya hari ini. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk meninjau perkembangan masing masing pasiennya.

Sedangkan untuk scorsing yang didapat Jimin berlaku mulai esok hari, ia tidak diperbolehkan menerima pasien baru atau bahkan membuka peninjauan baru selama 1 bulan kedepan. Ia hanya diperbolehkan melanjutkan peninjauan yang sudah berjalan, sedangkan hanya tersisa 7 orang saja yang sedang ia tinjau saat ini.

Jimin juga mendapat pengurangan gaji serta wajib absen setiap hari, seusai absen ia harus tetap bekerja membantu Seokjin atau bahkan dokter lain yang membutuhkan bantuan. Disela itu ia juga harus tetap pergi ke pelatihan dokter dipagi hari hingga siang hari selama 2 bulan kedepan.

Setelah peninjauan terjadwal dengan beberapa pasiennya Jimin pergi keruang istirahat tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit, disana ia bisa membuat minuman atau makanan instan yang telah disediakan.

Saat menyeduh kopinya ada seorang dokter lain yang memasuki rest room sambil membawa kotak makanan menyapanya, "Selamat siang"

"Selamat siang, dokter Jung" balas Jimin sembari membungkukkan badannya, tak lama kemudian Seokjin juga memasuki rest room.

"Loh Jimin? kenapa ngga ngajak ngajak kalau mau ke rest room?" Jimin yang mengaduk kopinya tersenyum canggung

"Loh dokter Jung juga disini, selamat siang" sapa Seokjin kepada dokter yang lebih dulu memasuki rest room daripada dirinya

"Siang siang, selamat menikmati istirahat" balas dokter yang duduk di sofa sambil menikmati makanan sehatnya

"Aku kira hyung ada pasien, jadi aku pergi sendiri" Jimin berusaha menyambung kembali obrolannya dengan Seokjin

"Kepikiran ya?" Seokjin menatap Jimin yang tertunduk melihati kopinya

"Sedikit, aku kesusahan mengatur ulang jadwal antara peninjauan pasien dengan pergi ke pelatihan dokter, hyung" Jimin menoleh kearah Seokjin dengan bibir yang mengerucut

"Hmm rubah saja seluruh jadwal peninjauanmu disore hari. Pasien tidak akan menolak jika kau memberitahukannya jauh jauh hari, jangan lupa beritahukan kepada bagian informasi rumah sakit" Seokjin menyandarkan pinggangnya ke meja

"Ya kau benar hyung, tapi bagaimana dengan tugasku yang lain yaitu membantumu atau Jungkook? Ah Min Yoongi sialan" Gerutu Jimin, Seokjin yang mendengarnya membelalak kaget karena Jimin memaki pasiennya tanpa aba aba, sedangkan ada dokter lain yang berjarak beberapa meter dari mereka.

Tak ingin terlihat panik, Seokjin menyauti Jimin dengan kekehan terpaksa, "Hei hei tak seharusnya kau berbicara seperti itu, fikirkan saja dirimu sendiri, aku dan Jungkook pasti bisa mengatasi pasien kami tanpa harus dibantu"

Jimin menatap Seokjin bingung, mengapa hyung-nim nya ini tidak memaki Min Yoongi juga, dan nada bicaranya terkesan dibuat buat agar terdengar ramah.

Beberapa detik kemudian Jimin sadar, "oh tuhan, ada dokter Jung disini mengapa aku lupa"

Seokjin melotot kepada Jimin, ia mendekatkan kepalanya ke telinga Jimin.

"Park Jimin bodoh, Jung Hoseok itu teman Min Yoongi" bisik Seokjin kemudian tertawa canggung menutupi kepanikannya

Sial sial sial, rutuk Jimin dalam hati. Ia menatap Seokjin dengan tatapan “harus bagaimanaaaa?” sedangkan Seokjin kembali menatapnya lalu melirik kepada Dokter Jung seolah berkata “CEPAT KESANA MINTA MAAF”

Dokter Jung yang sedari tadi memperhatikan Seokjin dan Jimin menyadari bahwa Seokjin dan Jimin sedang melakukan kode-kode karena memaki temannya yang menjadi pasien mereka.

"Aku tidak dengar apa apa kok, lanjutkan saja lagipula aku sudah selesai aku akan segera keluar" Suara Dokter Jung membuat mata Seokjin dan Jimin yang sedang melakukan kode-kodean berganti dengan mata terbelalak kaget.

Tanpa pikir panjang Jimin membalikkan badannya menghadap Dokter Jung lalu membungkuk, "Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi. Sungguh tadi tidak sengaja, aku mendapat banyak sekali masalah karena Tuan Min jadi tidak sengaja terpereset kata memakinya"

Seokjin membelalakkan matanya lebih besar karena kaget, begitupula dengan Dokter Jung.

“Park Jimin bodoh, mengapa tetap menyalahkan Min Yoongi saat meminta maaf” batin Seokjin

Sedangkan Dokter Jung yang masih terbelalak kaget berusaha sesegera mungkin merespon Jimin, "Oh kau tak perlu meminta maaf, sungguh. Aku dengan Min Yoongi tidak sedekat itu"

Jimin yang mendengar respon Dokter Jung kembali menegakkan kepalanya,

"Lagi pula aku rasa itu wajar karena Yoongi adalah pasien kalian, tentu saja kalian harus membicarakannya terkecuali kau menceritakan kepada orang lain yang bukan dokter" lanjut Dokter Jung lalu tersenyum lebar lalu melenggang pergi keluar ruangan.

Setelah Dokter Jung menutup pintu dari luar, Seokjin menendang pantat Jimin, "Kau memang benar benar ya"

Jimin yang mendengar gerutuan Seokjin hanya tersenyum kikuk.

— ☁ —

inget inget ya, chapter ini tuh “kunci”.

oiya, besok atau lusa kayanya aku bakal up satu chap lagi, setelah itu aku bakal nunggu chap kmrn kmrn punya vote minimal 20, kalau tiap chapter udh punya vote minimal 20 aku bakal lanjut up lagi. jadiii jangan lupa vote dan comment kalau kalian sukaaa!🌟

Sleep Disorder [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang