Saat di dalam mobil, suasana canggung menyelimuti Yoongi dan Jimin. Keduanya saling menutup mulut rapat rapat seolah tidak kenal satu sama lain.
Yoongi fokus menyetir, begitu pula Jimin yang terus menatap jendela mobil dan arlojinya yang menunjukkan pukul satu dini hari.
"Masih jauh?" Yoongi bersuara saat mobil mereka berhenti karena tertahan lampu merah yang menyala
"Belok ke kiri setelah lampu merah" Jimin menoleh untuk melihat Yoongi sekilas lalu balik pada posisi awalnya.
Yoongi berdehem, berusaha menyamankan diri. Sungguh Yoongi tak pernah merasa tak senyaman ini saat canggung menhampirinya, karena Min Yoongi yang semua orang kenal adalah manusia berhati dingin dan tidak punya belas kasih kepada sesama.
"Yoongi-ssi, bolehkah kita kembali kerumahmu? Aku ingin melaksanakan peninjauan saat kau tidur" Jimin menatap rahang tegas milik Yoongi dari samping saat angka di lampu merah yang terus menghitung mundur berjalan
"Tidak" Jawab Yoongi tanpa menoleh
"Kenapa?" Kepo Jimin
"Kau akan ketakutan dan menangis lagi saat melihatku tidur, apa aku harus tidak tidur saat bersamamu agar kau tidak ketakutan? Atau aku harus mencari dokter lain yang lebih siap mengatasi diriku karena aku mulai tidak yakin kepadamu?" Yoongi menatap lurus kedepan, sesekali mengetukan jarinya pada setir
Jimin terbelalak mendengar jawanan Yoongi, secara tidak langsung Yoongi sudah memecat Jimin bahkan sebelum bekerja.
"Aku tidak takut, sungguh aku hanya terkejut dan pusing tadi" Elak Jimin
"Lalu?" Tanya Yoongi singkat
"Lalu.. Lalu aku menangis, aku sangat pusing dan kau mengerjaiku. Aku sangat panik tadi" Jimin mengerucutkan bibirnya
Yoongi sedikit tersenyum saat melihat Jimin lewat ekor matanya, namun senyuman itu kembali menjadi ekspresi datar
"Apa buktinya?" Sahut Yoongi yang membuat Jimin bingung
"Bukti kau tidak takut" Sambung Yoongi memperjelas pertanyaannya tanpa melihat Jimin
"Emm aku akan mencoba memberikan bukti setelah tinggal bersamamu nanti" Jawab Jimin semangat
"Sebagai bukti tidak takut, malam ini kau tidur bersamaku dikamarku, setuju?" Yoongi menoleh, melihat ekspresi gugup Jimin yang menurutnya lucu
Jimin bingung setengah mati harus menjawab apa namun mau tak mau ia harus menyetujui jika tidak ingin kehilangan pekerjaan sebagai dokter pribadi Yoongi dan mempermalukan RS tempatnya bekerja.
Yoongi terus menatap Jimin yang tengah memandang lurus kedepan. Lampu hijau telah menyala, namun mobil Yoongi masih belum berjalan meskipun sejengkal sehingga suara klakson pengemudi lain membuat ricuh jalanan. Jimin semakin bingung, kenapa Yoongi tidak mengijak gas saat sudah lampu hijau.
"Jadi bagaimana Park Jimin?" Yoongi menatap datar kepada Jimin, tidak peduli dengan klakson yang terdengar ribut di telinganya
Jimin mengerti sekarang, Yoongi tak ingin menjalankan mobilnya sebelum Jimin menjawab.
Jimin mengangguk cepat, "Iya aku setuju"
Saat mulut Jimin baru saja mengatup, Yoongi mengijak gasnya dalam dalam sehingga mobilnya berlaju cepat.
Yoongi memutar setir ke arah rumahnya kembali. Selama perjalanan pulang Yoongi hanya diam dan sesekali tersenyum, berbeda dengan Jimin yang masih panik karena kejadian di lampu merah tadi.
Dalam hati, Jimin terus mengutuk perbuatan gila Yoongi.
Saat sampai rumah, Yoongi turun terlebih dahulu dan disusul oleh Jimin dari kursi penumpang sebelah pengemudi. Jimin menyemangati dirinya sendiri dan terus berdoa agar malam ini baik baik saja.
—
Jimin sekarang tidur di sisi kiri ranjang kamar Yoongi dan Yoongi tidur di sisi ranjang sebelah kanan.
Yoongi memunggungi Jimin berpura-pura tidur seolah tidak tahu jika dokternya sedang gugup karena tidur bersamanya malam ini.
Fikiran Yoongi terus tertuju kepada dokter muda dibelakangnya, begitu pula Jimin yang tak bisa tidur karena memikirkan kemungkinan buruk yang mungkin akan menimpanya malam ini.
—
Jimin menyamankan posisi tidurnya saat sinar matahari menerobos masuk lewat jendela besar yang ada di sisi kanan kamar.
Saat itu juga dalam tidurnya, Jimin tersadar jika ia tidur di kamar Min Yoongi. Banyak pertanyaan bermunculan dalam fikirannya, kapan ia mulai terlelap tidur dengan sangat pulas dan bagaimana kondisi pasiennya saat tidur semalam.
Jimin membuka matanya pelan, dengan pandangan kabur ia bisa melihat sebuah tembok menghalangi sinar matahari sampai kepadanya, hingga ia tersadar bahwa itu punggung Min Yoongi, pasiennya.
Jimin menganga terkejut saat melihat tangan Yoongi sebagai bantalnya dan tangan satunya merengkuh tubuh kecil Jimin dengan sangat rapat, ia memberanikan diri mengangkat kepala dan melihat wajah Yoongi yang masih tertidur dengan memeluknya.
Saat melihat wajah pasiennya yang terlelap dengan sangat tenang, muncul sedikit rasa iba dari hati seorang Park Jimin karena pasiennya ini tidak bisa menikmati tidur nyenyak seperti orang lain. Jimin masih memandangi wajah Yoongi yang terlihat menyejukkan saat tidur, berbeda dengan saat terbangun wajah sejuk itu akan berubah menjadi wajah dingin nan keji dan kaku.
"Kau terpesona?" Jimin kaget dan mendorong dada Yoongi saat Yoongi menyapanya atau lebih tepatnya memergoki dirinya.
Yoongi membuka matanya, melihat Jimin yang baru saja bangun tidur dengan wajah yang terlihat seperti kue mochi, pipi gembul Jimin semakin besar saat bangun tidur dan lagi wajah itu terlihat sangat polos bagai bayi yang baru membuka mata. Yoongi suka pemandangan pagi seperti ini.
Yoongi sedikit tersenyum, "Bagaimana tidurmu?"
Jimin menjauhkan dirinya, mencoba melepas pelukan Yoongi di pinggangnya dan saat Yoongi sadar akan usaha Jimin, Yoongi menyikirkan tangannya dari pinggang Jimin.
"Ini belum menjadi bukti kuat, Park" Jimin mencoba mencerna ucapan Yoongi
"Sebuah kasus membutuhkan banyak bukti, begitu juga denganmu" Lanjut Yoongi
Jimin mulai faham ke arah mana Min Yoongi sialan ini berbicara, dia menghela nafas dan mengangguk.
"Bukankah aku sudah berani tidur denganmu?" Tanya Jimin yang masih menggunakan tangan Yoongi sebagai bantal tidurnya
"Bukan bukti kuat, aku masih tidak yakin. Kau harus tidur disini bersamaku mulai malam ini" Yoongi melirik Jimin
"Tapi.. "
"Bukankah lebih memudahkanmu untuk meninjauku tidur? Dokterku dulu juga sering tidur bersamaku, mereka tidur di sofa itu" Yoongi menunjuk sofa hitam yang berjarak sedikit jauh dari tempat tidurnya
"Tapi aku tidak tega jika membiarkan dokter cute sepertimu tidur disana" Lanjut Yoongi menggoda Jimin
"Tapi aku juga dokter, aku akan tidur di sofa" Protes Jimin
Yoongi tersenyum, Jimin tidak protes disebut cute. Dia malah protes karena dibedakan dengan dokternya yang dulu.
"Boleh sedikit menyingkir? Tanganku keram" Alih alih merespon protes Jimin, Yoongi masih menggoda Jimin.
Jimin yang sadar akan lirikan Yoongi segera menyingkir dan berdiri. Jimin baru sadar dia sejak tadi tiduran ditangan Yoongi.
Yoongi terkekeh pelan lalu beranjak dari atas kasur ke kamar mandi, berbeda dengan Jimin yang masih berdiri di sisi kiri kasur sambil menatap kepergian Yoongi memasuki kamar mandi dalam kamar.
— ☁ —
Tolong, aku yang nulis aku yang lumer sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Disorder [YoonMin]
FanfictionSleep Violence adalah gangguan tidur terkait dengan perilaku agresif, saat tidur mereka bisa berjalan dan mewujudkan mimpi yang tak dapat mereka capai. Gangguan ini juga berpengaruh terhadap kesehatan, karena kualitas tidur yang buruk. Bagian terbu...