“Jim kau tak ingin pulang? Jika tidak, maka aku akan pulang sekarang” ucap Seokjin bersiap untuk keluar dari ruangan Jimin.
“Hyung-nim, apa pasien yang kemarin datang kepadaku dia normal?” tanya Jimin lirih.
“Kau berkata sesuatu?” tanya Seokjin karena ia tidak bisa mendengar yang diucapkan Jimin dengan baik.
“Tidak” Sahut Jimin
“Hey kenapa bersedih? Apa ceritanya sangat membuatmu terbebani? Jangan terlalu difikirkan Park. Aku pamit ya? Namjoon sudah menjemputku” Seokjin tersenyum lalu keluar dari ruangan Jimin.
—
Jimin belum juga pulang hingga matahari terbit, seharusnya dia sudah pulang karena nanti malam ia akan berjaga malam lagi.
“Park Jimin-ssi?” panggil seseorang yang masuk kedalam ruanganya tanpa mengetuk pintu atau permisi.
“Yaa?” Jimin tergopoh keluar dari kamar mandi tanpa mengeringkan wajahnya
“Oh kau, ada apa?” tanya Jimin remeh condong malas
“Ini, dari Pak Lee” pria itu menaruh amplop putih di meja Jimin “Kau masih marah padaku? Padahal aku sudah minta maaf kepadamu”
“Berhenti berbicara aneh aneh, Jeon. Cepat keluar dari ruanganku jika urusanmu selesai” Jimin berbalik, berjalan menuju kamar mandi untuk melanjutkan kegiatan membersihkan badannya
“Hyung-nim!” Jimin berhenti berjalan
“Sampai kapan aku harus terus meminta maaf? Kau terus saja mengabaikanku dan tidak menerima permintaan maafku” Jimin menghela nafas panjang mendengar hal itu
Jimin membalikan badannya, “Jeon Jungkook aku tidak ingin membahasnya lagi, aku sudah lupa kejadian itu. Dan lagi aku sudah memaafkanmu, soal mengabaikanmu? mungkin itu caraku agar tidak membencimu, kurasa kau tau itu”
“Kau membenciku, itu semua kau tunjukan dengan sikapmu. Sungguh aku tak tau jika Kim Taehyung menyukaiku” ucap Jungkook putus asa.
“Brengsek kenapa harus menyebut nama itu, kau ingin aku sakit hati lagi mendengarnya? Keluar kau, aku tak ingin benalu sepertimu berlama-lama di ruanganku” Jimin meninggikan suaranya dan berlalu masuk ke kamar mandi, membanting pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga hingga Jungkook pun terkejut mendengar suara bantingan pintu tersebut.
Jungkook keluar dari ruangan Jimin lesu, hal itu dibuktikan dengan suara pintu ruangan Jimin yang ditutup dengan sangat pelan. Jimin yang ada dikamar mandi menghela nafas dan menjambak rambutnya sendiri, kenapa hatinya terus terasa sakit jika melihat wajah Jeon Jungkook itu.
Tanpa Jimin sadari, ia menangis, hatinya sakit kembali jika mengingat sahabat ah tidak lebih tepatnya adik kecilnya itu mengambil laki laki yang ia cintai. Jimin tak pernah menganggap Jungkook bukan sahabatnya lagi, hanya saja ia masih belum memaafkan perbuatan sahabatnya yang sudah menusuknya dari belakang.
“Yang brengsek itu Kim Taehyung, Jimin. Bukan Jeon Jungkook!” ucap jimin berusaha menyadarkan dirinya sendiri.
—
Setelah selesai mandi dan menyalahkan dirinya sendiri, Jimin keluar dengan rambut yang masih basah mendekati amplop putih yang ada di atas mejanya.
Jimin membaca isi dari surat tersebut dan cukup terperangah oleh isinya, “Menjadi dokter pribadi yang akan mengurusnya dirumah dan difasilitasi?”
Ya Jimin sudah sering menjadi dokter pribadi seseorang, namun tidak mengurusnya di rumah. Mungkin ia harus mendatangi Pak Lee dan bertanya dengan jelas apa maksud semua ini.
—
Jimin mengetuk ruangan pribadi atasannya yang bermarga Lee tersebut dengan membawa secarik surat perintah yang diberikan melalui Jungkook pagi tadi, hingga ada suara yang mempersilahkannya masuk, Jimin membuka pintu tersebut dan masuk.
“Jam tugasmu nanti malam Park Jimin, bukan sekarang” pernyataan yang dilontarkan atasannya saat baru saja melangkah masuk membuat Jimin sedikit kikuk
“Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Pak” Jimin tersenyum kaku
“Oke, duduklah” Jimin duduk di salah satu kursi yang ada di depan meja atasannya “Ada apa?”
“Saya masih kurang paham dengan isi surat perintah yang anda berikan—” belum selesai Jimin berbicara atasannya sudah menyauti
“Akan aku jelaskan. maksud surat itu adalah kau akan menjadi dokter pribadi yang menemani Min Yoongi selaku pasienmu setiap hari, mulai tanggal yang ditetapkan kau akan berangkat bekerja kerumah Min Yoongi bukan ke rumah sakit. Seluruh kejadian apapun kau harus menanganinnya dengan cepat sebagai seorang dokter profesional dan melaporkannya kepada Rumah sakit, hitung hitung kau sedang uji riset saja Park Jimin”
Jimin terbelalak, “Apa bisa seperti itu?”
“Tentu saja, kenapa tidak. Kau akan di fasilitasi oleh Min Yoongi sepenuhnya, bukan kah itu menyenangkan? Kau tau kan Min Yoongi pengusaha besar, segala permintaannya pun mutlak layaknya perintah” Jimin menghela nafas panjang mendengar penjelasan atasannya tersebut
“Kau tidak suka dengan tugasmu kali ini? Sayang sekali, padahal gajimu akan naik sepuluh kali lipat atau bahkan lebih” goda Pak Lee dengan senyuman jahil.
“Min Yoongi tidak ingin dokter lain karena dia sudah menceritakan segalanya kepadamu. Kau akan dibantu oleh Seok Jin dan Jungkook, jika keberatan menjalankan tugas kau bisa memanggil mereka. Apa sudah jelas?” Final atasannya seolah tak ingin Jimin menghindar dari tugas ini
“Berapa lama aku harus tinggal bersamanya?” tanya Jimin putus asa, ia tidak bisa mengelak terlalu sulit untuk lepas dari tugas ini.
“Sampai Min Yoongi merasa cukup” jawab sang atasan dengan santainya, membuat Jimin kaget bukan main
“ITU GILA” ceplos Jimin lalu ia tersadar dengan siapa ia berbicara saat ini dan mulai tersenyum kaku, “Apakah malam ini aku boleh menginap dirumah Min Yoongi untuk beradaptasi?”
“Berbeda dari dugaanku, kau begitu antusias ternyata. Pergilah, akan aku beri tahu Min Yoongi sekarang” Atasannya mengangkat telfon gagang yang ada disudut mejanya untuk menelfon Min Yoongi secara formal, Jimin pamit undur diri untuk bersiap menginap dirumah Min Yoongi malam ini.
— ☁ —
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Disorder [YoonMin]
FanfictionSleep Violence adalah gangguan tidur terkait dengan perilaku agresif, saat tidur mereka bisa berjalan dan mewujudkan mimpi yang tak dapat mereka capai. Gangguan ini juga berpengaruh terhadap kesehatan, karena kualitas tidur yang buruk. Bagian terbu...