Yoongi melepas tangan Jimin, ia sadar tak seharusnya melakukan hal itu.
"Ikuti aku" Jimin mengekori Yoongi naik ke lantai atas, sampai ahirnya mereka memasuki suatu ruangan yang cukup jauh dari kamar Jimin
Ruangan cukup besar bernuansa coklat berisi beberapa alat musik, namun yang menarik perhatian hanyalah piano besar yang terletak di pojok ruangan dekat dengan cendela
Jimin mengikuti Yoongi masuk kedalam, sampai ahirnya Yoongi duduk di kursi khusus pemain Piano. Ia melihat sekitar kebingungan karena tak ada sofa diruangan ini
"Duduklah" Yoongi menepuk sisa tempat duduk disampingnya
"Piano ini umurnya lebih tua daripada kita, ini milik opa-ku. Aku biasanya memainkan piano ini saat aku rindu masa kecil" Yoongi menoleh ke Jimin yang baru saja duduk disebelahnya, badan mereka berdua berhimpitan karena kursi yang kecil
"Sepertinya memang harus beli sofa, aku akan menelfon Woozi nanti" Sambungnya
"Woozi?" Sahut Jimin
"Sekertarisku namanya Woozi" Yoongi memalingkan wajahnya menghadap Piano lagi
Yoongi menghela nafas, "Aku sudah lama tidak memainkannya, hari ini aku rindu ibuku, ayahku, keluargaku yang dulu"
"Mereka memang bukan sumber bahagiaku, tapi terkadang aku juga rindu mereka" Sambungnya
Jimin tersenyum melihat pasien disebelahnya, ia senang karena tanpa dipaksa Min Yoongi mau bercerita dengan sendirinya.
"Apa hal yang sangat kau rindukan dari masa kecilmu?" Ucap Jimin
Yoongi memanyunkan bibirnya, "Pergi ke taman bermain? pergi ke ladang opa? Mungkin itu"
Jimin mengangguk kecil, "Mengapa itu?"
"Dulu aku sering pergi ke taman bermain bersama ibu dan ayahku, aku dapat bermain ini itu dan membeli banyak makanan," Yoongi menoleh ke Jimin
"Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi kan?" Sambungnya
Jimin tersenyum mengulurkan tangannya ke rambut Yoongi mengelusnya pelan, ia tahu inner-child Yoongi terluka dan harus sesegera mungkin disembuhkan. Bagi Jimin pasiennya adalah sosok pembenci keluarga namun juga sangat merindukannya.
Yoongi menjauhkan kepalanya, "Jangan lakukan itu, beberapa sentuhan membuatku emosional"
Jimin menyadari tindakannya terlalu berlebihan, tapi ia tak sadar saat mengulurkan tangannya ke rambut Yoongi. Itu murni karena Jimin merasa sedang melihat anak kecil yang berbicara.
"Maaf, aku tidak bermaksud" Ucap Jimin hati-hati
Yoongi menghela nafas, ia mulai menekan beberapa nots sedangkan Jimin masih terdiam merutuki perbuatannya.
Yoongi yang menyadarinya menghentikan permainan jarinya, "Ingin bermain juga?"
"Ah tidak, aku tidak bisa bermain piano" Jimin tersenyum kikuk
Yoongi menatap Jimin, "Oh, aku kira semua anak yang berumur tujuh tahun akan dipaksa masuk les piano dan Kumon"
"Tidak, itu hanya untuk kalangan atas saja sedangkan kami anak orang biasa malah dimarahi jika ingin les" Sahut Jimin dengan cengiran
"Kenapa?" Tanya Yoongi
"Tidak semua orang tua sadar pendidikan itu sangat penting, Yoongi-ssi. Jadi kau harus bersyukur kau bisa belajar dengan baik sementara orang lain tidak" Yoongi menatap lekat pada Jimin yang sedang tersenyum pilu
"Andai kau tau pergi les setiap hari rasanya seperti sedang dipaksa kerja rodi" Gumam Yoongi
Yoongi kembali fokus pada permainannya, ia mulai memainkan lagu River Flows In You dengan lihai,
"Aku belajar lagu ini selama setahun penuh, sangat susah menghafal notsnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Disorder [YoonMin]
FanfictionSleep Violence adalah gangguan tidur terkait dengan perilaku agresif, saat tidur mereka bisa berjalan dan mewujudkan mimpi yang tak dapat mereka capai. Gangguan ini juga berpengaruh terhadap kesehatan, karena kualitas tidur yang buruk. Bagian terbu...