3.

1.3K 139 10
                                    

"Benar hyung, ini terlalu gila. Aku sangat kesal." Jimin menggerutu kepada seseorang yang sedang ditelfonnya.

Jimin berjalan menyusuri jalan menuju rumah Min Yoongi dengan pakaian dokter serta tas selempang yang menggantung di bahunya, tangannya sibuk memegang ponsel di dekat telinganya sedangkan tangan lainnya membawa secarik kertas yang bertulis alamat rumah pasiennya.

"Oh tunggu, sepertinya aku sudah sampai. Hyung, aku matikan ya? selamat berkencan" Jimin memutuskan sambungan telfonnya, lalu bertanya kepada seorang wanita yang sedang menyapu rumah besar didepannya

"Permisi, benar ini rumah Min Yoongi?" tanya Jimin dengan sopan kepada wanita parubaya yang menyapu tersebut

"Iya benar, ini rumahku" suara yang tidak asing bagi keduanya membuat mereka menoleh kebelakang melihat sosok yang menggunakan jas hitam, dengan cepat wanita tersebut menunduk hormat kepada Min Yoongi sedangkan Jimin masih sibuk bingung.

"Benar ternyata, syukurlah aku sampai dengan selamat" Jimin tersenyum lalu menunduk untuk memberi salam kepada Yoongi, sedangkan Yoongi melewati Jimin tanpa respon apapun.

Jimin berdiri tegak kembali, lalu mengekori Min Yoongi masuk kedalam rumahnya, sesampainya di dalam Jimin sangat sangat mengaggumi rumah besar dengan perabotan vintage itu, memberikan kesan clasic, elegan dan mewah.

Dengan cepat Jimin menutupi ekspresi kagumnya saat Yoongi menoleh kepadanya, "Aku sudah menunggumu dari tadi, kamarmu ada di atas"

Jimin tersenyum, "Min Yoongi-ssi, apa tidak terlalu berlebihan?"

"Tidak usah terlalu formal, kau boleh memanggilku Yoongi atau mungkin hyung?" Jelas Yoongi

"Baik, kalau begitu Yoongi hyung, apa kau tinggal sendirian di rumah sebesar ini?" tanya Jimin mencoba mengintrogasi dengan profesionalitas

"Kau bisa mengintrogasiku setelah melihat kamarmu terlebih dulu, mari kuantar" Jimin mengangguk dan berjalan menaiki tangga mengikuti sang pemilik rumah.

Saat pintu kamar itu terbuka, Jimin lagi-lagi dibuat terperangah oleh rumah pasiennya. Bayangkan saja, luas kamar tamu rumah ini setara dengan luas rumah minimalis yang ada diperumahan pada umumnya.

Jimin masuk ke kamar tersebut dengan langkah tidak percaya, dia sempat berfikir sekaya inikah pasien yang akan ia tangani?

"Aku akan menunggumu diruang kerjaku, Jimin-ssi" sang pemilik rumah menutup pintu kamar saat Jimin sudah berada di dalam, Jimin masih sibuk menoleh kanan kiri untuk melihat setiap inchi kamar yang akan ia tinggali selama merawat Min Yoongi, pasiennya.

"Mungkin kau tau tentang ini, seorang dokter psikolog tidak bisa menyatakan diagnosa secara langsung tanpa adanya observasi" kini Jimin sudah berada di ruang kerja Min Yoongi, ia duduk di sofa sedangkan Yoongi sedang duduk dikursi besar berputar kebanggaannya.

"Oleh sebab itu aku datang kemari untuk menginap, hitung hitung aku sedang observasi dan beradaptasi, Yoongi-ssi" lanjut Jimin sambil melihat pasiennya yang sedang duduk dengan kursi besar berwarna hitam yang bisa berputar dan sedang duduk membelakangi Jimin

"Tak perlu menjelaskan sebabmu datang, aku akan menerimamu kapan saja"

Yoongi memutar kursinya sehingga ia dapat melihat dokter pribadinya sedang duduk di sofa berjarak cukup jauh dengan meja kerjannya, menggunakan kemeja putih dan tangan yang sibuk menulis sesuatu di notebook.

"Baiklah, aku akan menanyakan beberapa hal. Tidak perlu tegang saat menjawabnya, kau bisa santai, begitu pula aku" Jimin menatap mata yang sedang menatapnya dengan pandangan dingin, sedikit membuat Jimin gugup awalnya namun tidak berlangsung lama.

"Sial, kenapa aku tegang" lirih Yoongi.

"Aku ditugaskan bersama Jiminie hyung?" Tanya Jungkook kepada atasannya terbelalak

"Tidak sepenuhnya, kau hanya membantu, bekerja keraslah. Dan kau juga" Ucap atasannya dengan nada menyemangati

"Wah kasian sekali, pasti dia akan menjadi jomblo seumur hidup karena harus terkurung di rumah mewah dan merawat orang sakit" Sekarang Seok Jin yang bersuara

"Dulu dia mendapatkan pria yang sangat cocok dan sangat ia cintai, namun orang itu mencintai pria lain, hm cerita cinta macam apa ini" lanjut Seok Jin mengutarakan sindiran yang begitu blak blakan terhadap Jungkook, didepan atasannya.

"Ya biarkan saja dia jomblo, setidaknya dia memiliki kesibukan Kim" sahut atasannya, "Kalian berdua harus bersemangat membantunya, Semangat!" ucap atasannya lagi menyemangati

"Ya aku akan membantunya!" Ucap Jungkook sangat antusias, berbeda dengan Seok Jin yang sedang meracau karena sebal

— ☁ —

Sleep Disorder [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang