5.

1.2K 145 9
                                    

Saat makan Jimin ingin menyelipkan beberapa pertanyaan agar konselingnya cepat selesai, namun Yoongi menolak dengan alasan jika mengobrol saat makan akan membuat tidak kenyang.

Jimin berusaha memahami alasan Yoongi, namun setelah makan dia merasa sedikit pusing.

"Yoongi-ssi, kenapa aku pusing ya?" Tanya Jimin sambil memegang keningnya

"Kau mabuk baeksejju?" Ejek Yoongi

"A-ah kepalaku berat sekali" Jimin menumpuhkan dagunya dimeja, melihat Yoongi samar samar dengan kekuatan yang tersisa.

Memang benar Jimin tidak bisa meminum alkohol, bahkan baekseju minuman fermentasi yang menyehatkan saja ia mabuk.

Hanya karena tidak bisa menolak Yoongi, ia meminum baekseju dengan suka rela. Biasanya jika dengan Seokjin Jimin akan menolak mentah-mentah minuman beralkohol atau minuman fermentasi yang memabukkan.

"Ayo pulang" Yoongi berdiri bersiap untuk membopong Jimin

"Konselingnya bagaimana?" Jimin mengangkat wajahnya

"Kau mabuk, Dokter Park" Yoongi menghampiri Jimin, membantu Jimin berdiri dan mengajaknya berjalan- menuju kasir untuk membayar.

-

Yoongi kewalahan saat membopong Jimin karena Jimin terus mengigau dan berjalan gontai. Yoongi menghela nafas saat ia sadar tidak membawa mobil kemari dan harus melewati orang banyak di trotoar dengan membawa Jimin yang seperti ini.

Yoongi menoleh melihat Jimin yang mabuk berinisiatif untuk menggendong Jimin agar mempermudah melewati orang orang yang ada di trotoar. Namun Yoongi salah, ia menggendong Jimin didepan sehingga tetap membuatnya kuwalahan ditambah dengan bibir mungil Jimin yang terus meracau.

-

Jimin terbangun dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya yang tak ia kenali dan gelap, dimanakah dia saat ini?

Ia terduduk dan merasakan kasur yang sangat empuk dengan dilapisi bed cover tebal, mungkin ini kamar yang akan ia tinggali selama menumpang dirumah Yoongi.

Namun saat menoleh tiba-tiba ia melihat Yoongi tertidur tenang disampingnya, dengan wajah terkejut Jimin berusaha sebisa mungkin diam dan menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suaranya.

Bencana, Yoongi sudah tertidur pulas dan Jimin sekarang berada disampingnya. Jika Sleep Violence Yoongi kambuh maka Jimin akan tidak baik baik saja karena Jimin masih pusing, mual, dan lemas.


Jimin perlahan menggeser bokongnya tanpa suara, berharap sesegera mungkin sampai ditepi kasur luas ini. Namun baru dua kali ia menyeret bokongnya, tiba tiba tangan Yoongi menarik kaosnya.

"Jangan takut, aku belum tidur" suara itu masuk ke indra pendengaran Jimin, Jimin kaget bukan main dan merasakan detakan jantungnya terpacu dengan cepat.

Seolah tawanan yang akan kabur dan ketauan, perasaan Jimin campur aduk tidak karuan. Peluh membasahi dahinya, ekspresi terkejut, dan mulut mengangah tanpa mengeluarkan suara.

"Sungguh, aku belum tidur Park Jimin. Lihatlah mataku masih terbuka" Jimin menoleh ragu melihat Yoongi yang berbicara dengan mata tertutup.

Ini gila, dia tidur sungguhan Park Jimin. Batin Jimin

Tak tahan melihat ekspresi ketakutan Jimin, Yoongi tertawa lalu membuka matanya.

"Sungguh, aku belum tidur" Yoongi terduduk dan melanjutkan tawanya, berbeda dengan wajah Jimin yang masih ketakutan dan bingung.

Raut wajah Jimin berubah menjadi ingin menangis, badannya bergetar dan matanya berair. Jimin menangis tanpa suara, badannya bergetar dan nafasnya tersenggal.

-

Beberapa saat kemudian dua laki-laki itu duduk dipinggiran kasur, "Park Jimin, aku tidak bermaksud"


Perlahan Yoongi mengulurkan tangannya, menarik Jimin dalam dekapannya dan mengelus punggung Jimin pelan. Yoongi berharap Jimin akan tenang dan diam, namun Jimin tetap menangis sambil menyenderkan kepalanya di dada Yoongi.

"Park Jimin tenanglah!" ucap Yoongi mengelus punggung Jimin, tapi tidak dihiraukan

"Dokter Park, aku hanya mengerjaimu" Lanjut Yoongi. Jimin berhenti menangis, namun masih terisak.

Jimin mendongakkan kepalanya menatap Yoongi dengan tatapan sayu, mengusap matanya yang berair dengan kasar dan menjauhkan badannya dari Yoongi.

Jimin berdiri di samping tempat tidur luas itu dan menunduk penuh hormat, "Maafkan aku karena sudah tidak profesional"

Yoongi melihatnya heran, apa yang sedang Jimin lakukan sebenarnya. Sungguh pria aneh, sedetik menangis sedetik kemudian meminta maaf.

Jimin terus berdiri dan membungkuk dihadapan Yoongi, meskipun tubuh kecilnya masih bergetar dan suara isakan lirih terdengar.

Yoongi menarik nafas panjang, niat jahilnya membuat dokter barunya menangis. Perasaan bersalah sedikit menyentuh hatinya, namun ia juga kesal mengapa dokter psikolog ketakutan seperti ini menghadapi pasiennya.

"Ambil semua barangmu, kau ku antar pulang" Jimin yang masih membungkuk, matanya terbelalak kaget saat Yoongi mengucapkan hal yang membuat dirinya sendiri merasa bersalah.

Jimin menegakkan badannya, "aku menolak"

"Kau tetap kuantar pulang" Yoongi beranjak dari atas kasur

"Jika kau sudah bekerja secara resmi, kubunuh pun kau tak boleh menghindar" Yoongi tersenyum miring kepada Jimin yang masih menatapnya dengan mata berair.

- ☁ -

Sleep Disorder [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang