- Pdkt terniat

107 15 0
                                    

Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan.

Tidak, bulan belum berganti.

Bulan masih tetap menunjuk pada nama November, Akhir November. Sudah 3 minggu lebih bulan November berjalan. Hari sudah kembali pada nama jumat lagi, terlalu cepat berlalu sampai tak terasa rasanya.

Sudah 2 hari seluruh santri putra maupun putri berubah menjadi kuli bangunan dari hari rabu sampai kamis sore. Mengangkat pasir dan bata untuk membangun bangunan baru pondok.

Dan jumat ini adalah yang paling dinanti-nanti para santri. Setelah bekerja yang bersembunyi pada kata 'olahraga' Mereka kini tentu tak menyia-nyiakan kesempatan libur ini.

Seluruh santri menginginkan istirahat yang lama. Tapi tentu mereka tak bisa melakukan itu sehabis melaksanakan shalat subuh, karena masih ada jadwal piket yang harus dikerjakan. Setelah piket selesai baru mereka bisa tertidur dengan pulas.

Seperti sekarang ini, erga tengah piket kamar bersama javin dan yang lainnya mendapat jadwal piket yang sudah ditentukan keamanan pondok.

Bagai rezeki bagi erga karena mendapat piket kamar, bukan piket pondok.

"Erga cantolan nya dimasukin aja ke lemari, bentar lagi penilaian." titah javin pada temannya itu.

"Ga ada cantolan vin, ini punya siapa?" tanya erga memperlihatkan sarung berwarna hitam dibelakang pintu.

"Punya.. gatau punya siapa, masukin asal aja" perintah nya.

Erga paham, ia memasukkan sarung itu ke lemari siapa pun yang berada didekat, tak peduli jika di pemilik lemari atau di pemilik sarung akan marah.

Mereka berdua, javin dan erga berdiri diambang pintu ketika semua pekerjaan telah selesai dilakukan. Karpet yang bersih, tidak ada sampah, tidak ada piring kotor, tidak ada cantolan. Semua bersih, sangat apik untuk dipandang.

Jangan lupakan juga dengan kaca jendela dan lantai teras yang sudah mengkilat.

"Ayo kebawah, mas reihan udah ngitung" ajak erga pada pemuda disamping nya.

Mereka menuruni tangga dan mendapat teman-teman nya yang lain tengah berbaring dilantai yang sudah bersih.

Javin ikut mendudukkan diri disamping temannya.

"Aku ke kantin ya" ucap erga sebelum pergi meninggalkan sekumpulan manusia itu untuk mendatangi tempat yang bernama kantin.

"Halo!" sapa erga pada perempuan cantik yang sedang menyapu lantai.

"Hai kak" sapa perempuan itu balik.

Erga berjalan ke arah meja kasir, berdiri disana sembari menonton jina yang tengah menyapu.

"Udah dibuka dari tadi na?" erga bertanya.

"Baru tadi jina buka, kakak ga telat kok tenang aja" ujar jina disertai kekehan yang membuat kedua lubang disetiap pipinya terlihat.

Erga ikut terkekeh tatkala melihat kedua lubang itu menghiasi pipi jina.

Keduanya sudah lebih dekat daripada minggu-minggu sebelum nya, dikarenakan erga yang sudah menjadi penjaga kantin yang tetap. Jadi dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus kantin, bersama jina si pemilik kantin tentunya.

Belum ada pelanggan, karena belum waktu nya kantin buka untuk semua. Hanya beberapa orang yang bisa masuk.

"Na kamu udah selesai piket nya?" seperti biasa, erga selalu berbasa-basi dengan sangat basi.

Jina menggeleng. "Ya keliatan kakak gimana? aku kebagian piket kantin jadi sekalian aja kan ya?"

"Sekalian tak bantuin maksudnya?" Tanya nya lagi yang mendapat cengiran khas dari si wanita.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang