- Kerusuhan di pondok

76 10 0
                                    

Keesokan harinya saat kesadaran pertama menghampiri, para santri kembali dihebohkan dengan angka-angka yang kembali bermunculan.

Kali ini angka dua yang tertulis begitu banyak nya.

Para santri maupun ustadz tentu heran, siapa yang melakukan ini dan atas dasar apa ia melakukan nya.

Dan akhirnya mereka kembali mengecat ulang dinding yang kemarin sudah mereka cat sebegitu rapih nya.

Kembali mengeluh untuk kesekian kalinya.

Mereka tau kok ini hari libur, tapi masa iya ada orang yang sengaja buat mereka sibuk dihari libur yang harusnya mereka nikmati dengan tidur ini?

Mereka iri kah?

Tanpa bisa mengumpat atau memarahi si pelaku, mereka hanya bisa bekerja dengan tenaga seadanya.

"Mau nangis, cape banget" bian terduduk lesu.

Mereka sudah hampir dua jam disini, mengecat angka-angka yang banyaknya minta ampun.

Sepertinya mereka memang tidak ditakdirkan untuk libur dengan tenang.

"Ini kaya itung mundur ga si? aku takut" shaka kembali berujar tentang pendapat nya kemarin.

"Kalo iya, berarti besok ada apa-apa dong? astagfirullahalazim, ga boleh ngomong gitu" hanan memukul pelan mulutnya ketika tersadar akan ucapan nya.

"Semoga ga ada deh, jantung aku udah kejedar-kejedor" sahut haekal.

Semuanya terdiam memikirkan apa yang akan terjadi besok, tapi mereka tak mau apa yang mereka pikirkan terjadi.

                       •°•°•°

"Kok bisa kecolongan si? mereka nulis-nulis gitu jam berapa coba" mas tara resah.

Sekarang para pengurus pondok sudah berkumpul dikamar mas tara. Tak ada yang boleh masuk selain para pengurus ini, pintu dikunci, jendela ditutup rapat dan hordeng ditarik agar tak ada yang mendengar.

Benar-benar tertutup.

Duduk melingkar agar bisa melihat satu sama lain, ada sekitar 10 orang yang duduk pada ruangan itu.

"Mereka sekelompok ga si? kayanya ga mungkin kalo cuma satu orang" mas juan selaku wakil bendahara pondok berbicara.

Mas tara dan yang lainnya mengangguk setuju.

"Ini diitung mundur, berarti nanti yang jadwal ronda ditambah lagi kan?" mas joka ikut angkat bicara.

"Harusnya mereka ronda nya gantian, jangan langsung jaga semua" sahut mas dimas.

"Julian semalem ikut ronda kan? ada suara rusuh gitu ga?" tanya mas tara pada mas julian.

Mas julian selaku wakil keamanan menggeleng. "Ga ada mas, bener-bener sunyi ga ada suara rusuh apapun" jelas mas julian.

Mas tara makin resah tapi ia berusaha untuk tetap tenang.

"Jarang banget ada kejadian kaya gini, pusing" lelah mas dimas bersandar pada bahu mantan anak kamarnya itu.

Mas juan risih tapi tak mau menegur, tak mau ada perdebatan lain kamar sang ketua pondok ini.

"Kayanya mereka nulis gitu ganti-gantian ga si? kaya misalnya sepuluh menit ini tiga atau empat orang keluar, terus sepuluh menit berikutnya ganti lagi" sang wakil ketua berbicara.

Ada benarnya juga.

                       •°•°•°

Selesai mengantri makan, para santri sudah kembali bekerja menyelesaikan sisa-sisa angka yang belum tertutupi.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang