- Dua bulan berbeda tempat

75 9 0
                                    

Keliling area puncak, pondopo, mie ayam depan SMP, bazar makanan, keliling area taman RY, sawah orang, foto bersama sudah mereka lakukan seharian penuh.

Sampai pada tempat terakhir yang ada di jadwal jendral.

Bangku tepi danau nya.

Keduanya duduk disini dengan bulan yang sudah naik menemani dua bersaudara ini.

Bulan tampak penuh, begitu indah dipandang dari tempat mereka duduk.

"Besok udah ke pondok lagi ya?" jendral bertanya dengan sendu.

Erga mengangguk ditambah deheman pelan sebagai jawabannya.

"Ga bisa ditambah lagi?"

Jendral bergitu keras kepala memaksa sang adik untuk dirumah bersamanya lebih lama lagi.

"Engga bisa jen, tahun depan aja gimana?" saran erga.

Jendral menggeleng. "Tahun depan masih lama"

Erga menghela nafas lelah, untuk kesekian kalinya ia berucap dan untuk kesekian kalinya pula jendral meminta.

Setelah itu tak ada percakapan lagi selain suara jangkrik yang menemani mereka.

Angin malam menerpa tubuh keduanya yang berbalut hoodie dengan warna selaras.

Erga diam menatap pantulan bulan yang berada ditengah danau, sedangkan jendral menatap entah kemana.

"Kalo kata bunda kita kaya dua bulan di langit yang sama, tapi kalo kata gua kita kaya dua bulan yang beda tempat."

Jendral berucap memecahkan keheningan yang mereka buat.

"Beda tempat?" tanya erga tanpa mengalihkan arah pandangnya.

Jendral mengangguk pelan sebelum kembali berucap.

"Lo yang diatas sana dan gua sebagai pantulan yang di bawah" ucap jendral seraya menunjuk bulan yang berada diatas nya lalu beralih pada pantulan bulan di tengah danau.

Erga mengikuti arah tunjuk jendral yang bergantian.

"Kenapa gitu?" tanyanya lagi.

"Kita beda Ga, banget." ujar nya yang kembali menjadi tanda tanya bagi sang adik.

"Kita ga beda jen, apanya yang beda?"

"Gatau apa yang beda tapi gua ngerasa kita beda, sama kaya posisi bulan nya. Lo yang di atas dan gua bawah, lo ngerti kan maksudnya? gua gatau gimana ngejelasin nya"

"Tentang apa?"

"Agama"

Kekehan pelan erga terdengar di telinga jendral membuat nya menoleh menatap sang adik.

"Aku paham agama sedangkan kamu engga, gitu?" ucap erga masih dengan kekeh nya.

Jendral mengangguk mengiyakan.

"Lo juga ngafal. Kalo dibandingin sama gua yang kaya berandalan, gua kaya butiran debu, Ga."

Jelasnya yang mendapat pukulan pelan di belakang kepalanya.

Walaupun tak sakit tapi jendral reflek meringis.

"Terus?" tanya erga lagi penasaran.

"Kita kaya beda kasta" tunduk jendral lucu.

Setelah empat kata itu keluar dari mulut jendral, tawa erga pecah mengisi suasana sunyi di tepi danau tersebut.

"Kamu kok bisa mikir gitu?" heran erga setelah tawa nya berhenti.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang