- Nanti haekal gimana?

131 19 2
                                    


Sampai dirumah, haekal disambut dengan ramainya orang-orang yang berdatangan.

Haekal tentu bertanya-tanya, ada apa? sampai rumah nya dipenuhi oleh para manusia berumur lebih tua dari nya.

Lalu matanya melihat sebuah bendera kuning tertancap didepan pagar rumahnya. Haekal dengan panik segera turun dari mobil lalu berlari kedalam rumah, menerobos masuk melewati orang-orang yang berkumpul.

Haekal berhenti tepat di ambang pintu, melihat ada sosok yang tertutup kan kain putih tengah berbaring ditengah ibu-ibu yang sedang membacakan yasin.

Haekal menatap kosong sang ayah yang duduk disebelah jenazah tersebut dengan tatapan meminta penjelasan.

"Ibu kamu kal.." ucapnya terhenti.

"Ibu udah gaada" lanjut nya dengan lirih.

Haekal diam untuk mencerna semuanya. Ibu? jadi sosok yang tertutup kan kain putih ini adalah ibunya? Perlahan haekal menghampiri tubuh kaku tersebut, air matanya terbendung di kelopak mata membuat pandangannya memburam.

Tangan nya gemetar mencapai kain putih tersebut, lalu menariknya dengan pelan menampakkan wajah cantik sang ibu dengan mata terpejam tenang.

Tangis nya seketika pecah, suara tangis pilu haekal mengisi ruangan ramai tersebut. Begitu menyayat hati.

"Ibu.."

"Ibu haekal pulang, haekal pulang bu." haekal berucap parau sembari mengelus pipi dingin itu.

"Anak gantengnya ibu disini bu, ibu jangan gini.. haekal takut" Tangis haekal kian membesar, tak peduli dengan orang-orang yang akan merasa terganggu dengan suara tangis nya.

"Ibu, haekal belum minta maaf sama ibu, ibu belum liat haekal hafalan kitab bu. Ibu harus liat haekal hafalan kitab pas kelulusan nanti, haekal mau liat senyum ibu pas haekal maju diatas panggung. bu.. Haekal belum sempet liat senyum cantik ibu"

"Jangan tinggalin haekal dulu bu, haekal belum siap.." ucapnya begitu pasrah.

Ucapan yang terlontar dari mulut manis haekal membuat hati sang ayah begitu sakit, melihat bagaimana hancur nya anak bungsunya ketika melihat tubuh sang ibu yang tertutupi kain.

"Haekal.."

Sang ayah langsung merengkuh tubuh kecil haekal yang kini sudah membesar, membiarkan anaknya meraung-raung didalam dekapan nya.

Satu tangan nya mengelus surai coklat haekal dengan teramat lembut, Mencoba menyalurkan ketenangan kepada sang anak.

"Ayah, ibu.."

Haekal sungguh tak kuat, ia takut hidup didunia yang kejam ini tanpa arahan dari sang ibu. Haekal tak mau ibunya pergi..

"Assalamu'alaikum"

Ditengah tangis pilu haekal, datang dua orang pemuda yang berumur berbeda berdiri ditengah ramainya orang.

"kal" panggil pemuda yang lebih muda terdiam.

Pemuda itu menatap tak percaya kearah haekal juga tubuh tertutup kain disamping nya.

"nan.." ucap haekal begitu pelan seraya membalas tatapan pemuda tersebut dengan mata yang memerah..

Hanan mendekati teman sekaligus saudara nya itu. Memeluk tubuh haekal dengan erat, menepuk pelan punggung bergetar itu. Tanpa sadar air matanya ikut jatuh bersamaan dengan tangis haekal yang kian mengencang.

Hanan menarik nafasnya dalam-dalam, menatap sosok yang tengah berbaring dengan mata yang terus basah. Ia sungguh tak sanggup untuk sekedar menatap nya.

"kal.." ia membiarkan haekal terbenam dengan tangis nya, sedangkan pikiran lainnya mencoba menenangkan temannya itu dengan perlahan.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang