- Mie di malam hari

98 15 0
                                    

Ketidakjelasan cerita dan typo adalah hal yang manusiawi.



"Tapi aku punya permintaan. Kalo bisa, selesai aku ngomong ini kamu jangan marah ya? kalo bisa"

"Itu tergantung juga si nan."

Hanan kembali diam menatap haekal, haruskah?

"Kal, ibu kamu meninggal karena bapak aku" ucap hanan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Haekal diam untuk mencerna ucapan hanan, setelah itu gelak tawa nya terdengar lalu seketika ia kembali diam.

Menatap hanan yang menunduk dengan serius "Kasih aku bukti nan"

"Ga ada bukti kal, tapi kenyataan nya emang gitu, maaf" lirih nya.

Tak ada jawaban maupun ekspresi dari haekal, membuat hanan bingung juga khawatir.

"Aku pulang duluan nan" haekal beranjak lalu segera pergi dari tempat itu.

Hanan tak tinggal diam, ia mengejar haekal, menahan bahunya membuat haekal kembali berbalik.

"Apa nan? kamu mau ngomong apalagi?" sentak haekal sedikit meninggikan suaranya.

Hanan menggeleng melepaskan cekalan nya pada bahu haekal.

"Aku perlu kejelasan nan, aku harus tanya ke ayah dan bapak kamu! aku ga mau percaya aja sama omongan kamu yang selalu tentang candaan, aku pulang sendiri."

Haekal kembali meninggalkan hanan seorang diri, hanan ingin bicara tapi lidahnya seakan kelu untuk berucap.

Melihat punggung haekal yang semakin jauh dari tempat nya berdiri. Ia menghela nafas pasrah, ingin menangis tapi yang tersakiti haekal bukan dia.

Hanan pergi dari tempat itu, berjalan menghampiri motor haekal yang ia gunakan.

Harusnya hanan yang pulang sendiri bukan haekal.

                                 •°•°•°

Haekal melamun dalam jalan nya, entah kenapa ini terasa begitu cepat.

Ojeknya berhenti tepat didepan kediamannya, membayar lalu setelah itu berjalan dengan langkah tergesa-gesa menuju ayahnya.

Seperti dugaan nya, ayah selalu berada di ruang keluarga dengan tontonan nya.

Haekal duduk tak jauh dari tempat ayahnya duduk.

"Ayah kasih tau haekal semuanya" ucapnya langsung pada inti.

Ayah yang tak menyadari kehadiran haekal sedikit tersentak membuat teh yang ia pegang sedikit terguncang.

Ayah meletakkan teh nya pada meja lalu menatap anak bungsu nya itu "Kasih tau tentang apa?"

"Ibu, bapak hanan"

"Bapak yang buat ibu meninggal kan? hanan bilang gitu sama haekal, bener yah?"

Ayah diam sesaat sebelum kepalanya mengangguk mengiyakan pertanyaan anak nya.

Haekal cukup tau, setelah mendapat apa yang ia inginkan haekal beranjak dari duduknya lalu pergi ke kamar dengan emosi yang tak karuan.

"Kal dengerin ayah dulu!" teriak ayah dari bawah tapi tak ada jawaban dari sang anak.

Bantingan pintu didengar ayah, yang menandakan haekal benar-benar marah.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang