- Jalanan sore

115 16 0
                                    

Up lagi karena hampir dua minggu aku ga up😔

Maaf typo nya

Jalanan sore yang tak begitu ramai akan pengendara. Matahari yang mulai turun dengan perlahan, memancarkan cahaya jingga yang juga ikut turun.

Jendral berada dibelakang motor erga, benar-benar berjaga agar tak terjadi apa-apa pada adik bungsu nya itu.

Ini kali pertama bagi erga berjalan diluar pondok pesantren menggunakan motor, apalagi di jalan raya. Jalan yang biasa dikenal dengan jalan yang ramai, padat dan rawan akan kecelakaan.

Melewati garis cahaya senja, masih tak tau kemana mereka akan pergi, hanya mengikuti jalan hitam yang mereka lewati.

Rico menyalip, melaju tepat disebelah ariel.

"MAU KEMANA WOY?" tanyanya berteriak.

"GATAU GUA JUGA"

Rico memutar bola matanya malas, menaikan kecepatan laju nya membuat nya melewati ariel dengan mudah.

Ariel tak hanya diam, ia mengikuti rico dari belakang berusaha menyalip nya kembali.

"JANGAN KEBUT-KEBUTAN WOY!"

Jendral berteriak dari atas motornya nya yang sudah pasti tak akan didengar oleh dua orang itu.

Sungguh keputusan yang salah mengiyakan ajakan main mereka.

Erga menghentikan motornya dipinggir jalan yang cukup sepi membuat jendral ikut menghentikan motornya.

"Kenapa?" jendral bingung.

Erga memukul helm nya dengan pelan, tak menjawab pertanyaan dari sang kakak.

Jendral turun dari motornya berniat membantu apa masalah erga.

"Kenapa si?" tanyanya lagi.

"Gatel"

"Lepas dulu helm nya anak bunda fanya, percuma kalo ga dilepas, gimana si" geram jendral melepas helm yang terpasang dikepala sang adik.

Erga hanya mampu terkekeh lalu menggaruk ditempat gatal nya.

"Mau kemana si? kalo tau cuma jalan-jalan gini doang mending tak tinggal tidur tadi" erga mengambil helm nya yang dipegang jendral.

"Puter balik yuk, kita keatas aja" ajak jendral.

"Ada tempat bagus?"

Jendral mengangguk "iyaa" balas nya.

"Ayo!" erga antusias.

Jendral kembali menaiki motornya, memutar balik arah diikuti dengan erga. Kali ini jendral memimpin, memberi arah pada sang adik.

Motornya keduanya melaju dengan kecepatan normal. Walaupun jalanan cukup sepi sekarang, tetap saja jendral takut jika harus melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.

Jendral bawa ade soalnya, kalo lecet nanti dia yang kena.

Angin segar menerpa lengan erga yang hanya tertutupi kaos pendek, matanya fokus pada jalanan aspal yang ia lewati.

Mengikuti sang kakak dari belakang, membiarkan jendral mengajak nya ketempat apapun itu.

Motor jendral memasuki area yang erga tau itu taman, memarkirkan motor tersebut dibarisan parkir yang kosong, begitu juga dengan erga.

Erga menuruni motornya, melepas helm yang melekat dikepala nya.

"Pusing, helm nya berat" keluh erga memegangi kepala bulat nya.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang