- Apasih?

138 16 0
                                    

Maaf typo, maaf juga kalo ga jelas 😫

Bel pulang sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu, bahkan mereka sudah selesai dengan shalat dzuhur nya.

"ASSALAMU'ALAIKUM, HAEKAL HANAN ADA DIKAMAR GA?" teriak javin memasuki kamar yang berpenghuni kan 19 orang itu.

Kasian banget javin berasa lagi nyariin anak ayam yang ilang.

"Mereka pulang, ga ada yang ngasih tau tah?" mas Mukhtar memberitahu.

"LOH! YANG BENER AJA MAS?" gertak javin.

"JAVIN DIH! kamu tu dari tadi teriak-teriak mulu, ga bengek apa?" kesal samudra yang sedari tadi sudah mendengarkan teriakan javin.

"Loh suka-suka aku, kenapa suka-suka ku? ya karna suka-suka ku."

Samudra teramat jengkel, menampilkan ekspresi yang seakan berkata 'awas kamu vin, aku jait beneran mulut kamu pas lagi tidur.'

Sedangkan javin hanya memasang wajah tak peduli nya. Sungguh, hari ini tu javin ngeselin banget.

"Iya mereka pulang, tu ada suratnya di atas lemari mas juan" sahut shaka menengahi.

Javin dengan cepat mencari surat yang tadi shaka beritahu. Dan benar, ada dua surat izin yang bertuliskan atas nama hanan juga haekal.

"Aku merasa ga dianggep" javin mendramatis.

"Erga sayang, kamu jangan kaya mereka berdua ya? durhaka sama bunda."

Tangan samudra udah siap megang sendal buat nampol tu muka javin, tapi dengan baik ditahan sama shaka.

"IHH" gertak erga melotot sampe bola matanya mau keluar, ga.

"Ahaha, kasian javin punya anak durhaka semua" ejek bian.

"Awas kamu bian, aku keluarin dari silsilah keluarga kamar 09" javin menunjuk samudra seolah memberi peringatan.

Samudra juga bian memutar bola matanya malas, hilih.

Teng teng

"Seluruh santi putra maupun santri putri harap kumpul dimasjid, sekarang!"

Suara pemberitahuan dari mas jae terdengar.

Mereka semua heran, jarang sekali ada pemberitahuan seperti ini. Akhirnya mereka segera turun dikarenakan sesi keamanan putra sudah mulai menghitung dari kamar paling ujung.

Tak mau kena ta'zir untuk kesekian kalinya.

Mereka berlima sampai dimasjid dengan mas Mukhtar disamping samudra, menduduki tempat yang masih sepi lalu menunggu santri lainnya datang.

Cukup lama untuk membuat semua santri putra maupun putri hadir dimasjid, akhirnya masjid kini penuh dengan gerombolan para manusia yang duduk.

Di depan, ada mas juan juga reihan yang sudah berdiri sembari memegang mic ditangan masing-masing.

"Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh" mas juan mengawali.

"Jadi disini ada satu berita buruk buat kalian. innalillahi wainnailaihi rojiun, telah berpulang ibu dari salah satu teman kita, yaitu ibu dari haekal nazhief alvaro. Tadi pagi pukul 5 subuh dini hari."

Kelima teman haekal tentu kaget mendengar berita tersebut. Samudra sampai tak bisa berkata-kata lagi.

"Jadi, mohon bantuannya dengan sumbangan seikhlasnya. Seribu, duaribu atau seratus ribu juga gapapa asal ikhlas."

"Nanti bakal diminta ke setiap kamar sama masing-masing pengurus, sekarang boleh balik lagi kamar masing-masing. assalamu'alaikum."

Mas reihan mengakhiri pemberitahuan tersebut.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang