- Dipulangkan

155 10 0
                                    

Samudra juga mereka yang tidak terluka kembali ke pondok pesantren untuk mengambil barang-barang mereka sebelum masing-masing orang tua menjemput.

Tak lupa juga mengambil untuk mereka yang terluka.

Mahen disini sekarang, di pondok pesantren Erga yang.. entahlah.

Bangunan asrama yang terbakar walaupun tak semua, dan kondisi yang berantakan tentunya.

Mahen naik keatas bersama dengan santri lainnya.

Pergi ke kamar Erga yang ia tau kamar 09 pada bangunan satu lantai dua.

Jika salah ia akan bertanya.

Sampai ia memasuki kamar dengan insting nya yang entah benar entah salah.

Melihat ada beberapa santri yang juga tengah mengambil barang-barang mereka.

"Abangnya Erga ya? ini barang-barangnya tadi udah diberesin Mas Mukhtar"

Ucap orang itu memberikan tas milik Erga dengan pakaian dan barang lainnya didalam tas tersebut.

Setelah mendapat apa yang ia inginkan dan mengucapkan terimakasih, Mahen kembali turun untuk menghampiri mobilnya.

Harus segera kembali kerumah sakit, takut ada kabar yang ia lewatkan.

                                 •°•°•°

Setelah mengambil barang-barang, mereka yang menunggu jemputan wali terasa seperti orang yang tak punya rumah sekarang.

"Kaya gembel" ucap Haekal pada yang lainnya.

"Kamu emang kaya gembel Kal" sahut Bian membenarkan.

Haekal mendecak tak suka.

"Jadi kita bakal dipulangin ni?" Kahfi berucap.

"Iya ya? beneran dipulangin?" Samudra ikutan linglung.

Kini Hanan, Haekal, Bian, Samudra, ditambah Kahfi tengah duduk dibawah pohon mangga yang untungnya masih berdiri.

Memandangi asrama mereka yang hangus sebagian sekaligus menunggu jemputan.

Mas Mukhtar dan Mas julian datang menghampiri kelimanya.

Ikut mendudukkan diri disana.

"Mas pulang juga ga?" tanya samudra.

"Mungkin? kayanya iya deh, soalnya ngapain disini" Jawab Mas Julian.

"Mas Juan mana?"

"Dirumah sakit, ngedata santri yang udah dijemput wali"

Kelimanya mengangguk paham, pendataan memang harus dilakukan.

"Erga gimana ya?" Bian tiba-tiba bersuara membahas Erga.

Kedua orang dewasa itu tentu tak tau, mereka sama sekali tak pergi ke rumah sakit.

"Doain aja Erga gapapa" sahut mas Mukhtar.

"Tadi katanya wali Erga udah dateng ngambil barangnya"

Mas Mukhtar juga Mas Julian mengangguk membenarkan.

"Udah ini pesantren bakal dibuka lagi ga ya?" kali ini Haekal bersuara.

"Buka, itu harus. Tapi kayanya renovasi nya bakal lama deh, pelakunya juga belum ketangkep" sendu samudra.

"Sabar aja, masih bisa belajar dirumah buat sementara waktu. Anggep aja lagi liburan" timpal Mas Julian memberi semangat.

Yang lain hanya bisa tertunduk.

Dua Bulan Zafari [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang