Shabira (2)

12 4 0
                                    

Hal yang paling menyakitkan adalah ketika berharap kepada manusia.

- Shabira -

•••••

Sampai di lokasi ke dua yaitu bermain ATV masih daerah Pangalengan. Tempatnya disuguhi jalan yang licin bekas guyuran hujan dan juga berbatu tapi tidak kalah indahnya dengan pemandangan alam kebun teh yang maasya Allah sangat indah serta sejuk.

Kami langsung bergegas untuk mampir ke restoran yang berada satu area untuk makan siang dulu.

“Ki, gue sama Bella ya berdua. Gantian, gue mau PDKT sama dia aja deh. Sama lo gak pasti.” Ucap Azri yang tiba-tiba datang menghampiriku saat mau memakai helm.

“Dih, jangan. Gue gak ikhlas ya, karena lo juga gak jelas.” Jawabku dengan meledeknya.

“Ah gak asik lo. Gue samperin dia duluan ah.” Katanya kemudian gontai mendekati Bella.

Aku menghiraukan ucapannya saat Azri pergi, setelah dipikir-pikir tak masalah juga kalau harus sendiri. Lagi pula aku belum pernah mencobanya, jadi aku ingin belajar sendiri.

“Ini kuncinya neng, kalau mau nyalain mesinnya digasnya pelan-pelan aja ya neng.” Kata penjaganya kemudian memberikan arahan saat aku mulai banyak bertanya.

“Oke, makasih ya Pak. Saya coba.” Ucapku kemudian Bapaknya pergi setelah menjawab ucapan terima kasihku.

Langkah pertama aku mencoba untuk menstater setelah dihidupkan ternyata sedikit susah. Aku jadi kebingungan sendiri, karena yang lain sudah duluan pergi bersama pasangannya.

“Ih gimana sih?” omelku sendiri saat kembali menstater. Tak pantang nyerah aku kembali berusaha sampai akhirnya bisa menyala.

Selanjutnya  aku mencoba untuk menjalankan ATV, tapi setiap digas perlahan malah badanku yang terbawa. “Oke, santai. Pelan-pelan aja Ki.” Ucapku menenangkan sendiri.

“Kenapa?” tanya seseorang yang menghampiriku.

“Hmm, gak apa-apa.” Jawabku dengan melihat siapa yang datang.

“Mundur!” titahnya yang kulihat dia sudah mengenakan helm safety.

“Gak mau, aku bisa kok.” Tolakku kemudian dengan percaya dirinya mencoba menarik gas lagi secara perlahan.

Awalnya berjalan baik, tapi sebelum jauh grip gas yang ku tarik tiba-tiba endut-endutan kemudian mesinnya mati. Aku hanya pasrah dengan keadaan ini, keberuntungan tidak memihakku apalagi jalanannya sedikit berlumpur.

Aku mencoba menghubungi Bella dan Azri karena mereka bersama, tapi tak ada yang menjawab panggilanku. Menghubungi yang lain pun pasti sama, mereka sedang menikmati perjalanannya mana mungkin sempat menerima panggilan telepon dariku.

“Ayo Za, naik.” Ucapnya tiba-tiba dengan mengendarai ATV sudah ada di sampingku.

Aku hanya diam, celingukan karena bingung harus menerimanya atau jangan. Ke-PDan ku tadi membuat diriku malu sendiri.

“Masih mau di situ? Ya udah saya tinggal.” Lanjutnya kemudian menarik gas perlahan.

“Ya udah deh, tapi ini gimana? Masa ditinggalin.” Kataku sedikit teriak karena dia mendahuluiku.

SHABIRA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang